gaulislam edisi 558/tahun ke-11 (18 Syawal 1439 H/ 2 Juli 2018)
Ngeri bingitz hidup di jaman now. Gimana nggak, kejahatannya bener-bener level jahat pol, kebejatan juga bener-bener bejat dahsyat. Intinya ngeri deh. Eh, ini lagi komen apaan sih, maen nulis jahat dan bejat aja? Oppss.. ampe lupa. Gini Bro en Sis, kita ambil contoh soal kasus Bowo. Bowo? Bowo yang mana dan siapa dia? Aduuh.. salah lagi deh. Kirain kamu pada ngeh. Saya yang udah tuwir aja (juga baru) ngeh kok. Artis tik tok, katanya. Apaan tik tok? Halah, tepok lutut 7 kali dah!
Sobat gaulislam, hehehe.. sebenanya nggak perlu tahu Bowo si tiktoker juga nggak apa-apa sih. Cuma memang dia lagi jadi bahan obrolan, baik pro maupun kontra. Ya, fenomena Bowo (Prabowo Mondardo) di kalangan ADM alias Artis Dunia Maya, konon lagi moncer. Tempo hari saya pernah lihat video bocah tersebut yang lagi ngadain meet and greet bareng fans-nya. Konon untuk bisa ikut acara itu setiap orang ditagih Rp 80 ribu. Di waktu lain tarifnya Rp 100 ribu. Ya, suka-suka dia deh. Udah macam seleb beneran aja tuh. Tapi, pembahasan kita di buletin kesayangan kamu ini, nggak berhenti di situ. Ada hal lain yang perlu kamu tahu. Pantengin sampe beres ya. Baca tuntas, gitu lho.
Idola dan fansnya
Seseorang nggak bakalan jadi idola kalo nggak ada yang mengidolakan. Penggemar adalah energi bagi para seleb (dan yang ngerasa seleb) untuk percaya diri dan menganggap bisa diperhitungkan. Itu sebabnya, banyak juga yang nggak ambil pusing soal perilaku dirinya dan fansnya, yang penting dia dihargai dan diterima sebagai idola. Model ikatan idola dan fans seperti ini udah lama banget. Udah biasa terjadi. Hanya saja, saat para penggemar jenuh dengan bintang sinetron atau seleb-seleb layar kaca, lalu mencari idola lain yang boleh dibilang antimaisntream. Nah, di media sosial banyak orang biasa menjadi luar biasa bila melakukan hal-hal yang unik, menarik, bahkan konyol dan gila. Kok?
Ya, sebenarnya nggak gitu banget sih. Cuma, anehnya kita-kita ini seringkali merasa terpukau kepada hal-hal yang aneh-aneh, gitu. Sementara yang lurus-lurus aja, yang normal-normal aja, yang biasa-biasa aja, yang baik-baik, malah nggak dilirik. Padahal, kenormalan dan kebiasaannya tersebut adalah kebaikan. But, jarang ada yang mau ngikutin. Masih mending mau ngikutin, tahu saja seringkali nggak. Duuaarr!
Beneran. Kurang apa sih dengan maraknya dakwah bagi kalangan remaja? Banyak buku-buku remaja yang kontenya islami, nggak keitung dah para penceramah yang menyasar pasar remaja dengan tema keseharian remaja, bejibun pula akun-akun media sosial yang memberikan teladan kebaikan bagi remaja. Nah itu, kenapa kok sedikit yang menganggapnya sebagai kebaikan? Malah, yang muncul dan jadi viral adalah yang negatif. Apakah kebaikan saat ini nggak laku dan kalah dengan kejahatan dan kebejatan? Silakan dipikirkan dan direnungkan, kenapa bisa begitu.
Siapa sebenarnya idola itu? Apakah memang dia diciptakan pasar atau si idola inilah yang menciptakan pasar? Kalo berdasarkan pengamatan selama ini sih, keduanya bisa memungkinkan untuk dilakukan. Idola baru bisa kapan saja bermunculan, bersamaan dengan digiringnya opini dan persepsi tentang seseorang tersebut. Ini mungkin saja ‘alami’. Tetapi memang memungkinkan pula ada yang settingan. Misalnya, orang biasa tapi melakukan sesuatu yang luar biasa. Terlepas apakah positif atau negatif, bisa saja jadi terkenal karena diblow-up media massa. Bisa juga orang biasa, tak melakukan sesuatu yang luar biasa, namun pihak tertentu yang menilai bahwa seseorang tersebut layak dijadikan idola dan kemudian mengikutinya. Ini lebih karena ada niat tertentu yang sudah disusupi setan. Misalnya macam si Bowo tiktoker itu. Follower di akun instagramnya aja hampir 300 ribuan. Video miskin manfaatnya ada yang ditonton jutaan orang. Bisa jadi yang nonton nggak semuanya fans berat dia, bisa juga haters-nya, bisa juga yang sekedar penasaran kayak saya. Hehe…
Sobat gaulislam, berarti antara seseorang yang diidolakan dan para penggemarnya itu ada semacam simbiosis mutualisme. Para idola pengen publisitas. Para penggemar mencari muara untuk penyaluran demi memuaskan bahagianya punya junjungan. Maka ketika keduanya bertemu dengan perantara media sosial, jadilah ada ikatan antara idola dan fansnya. Walau bisa jadi sebenarnya ikatan yang salah dan rapuh.
Idola yang jadi berhala
Soal idola ini emang seperti udah mendarah-daging dalam diri remaja. Pasalnya, emang banyak remaja yang begitu. Jujur saja, idola ABG banyak banget. Kalo dulu yang dijadiin idola itu hampir selalu dari kalangan selebritis yang udah terkenal di layar kaca atau layar lebar, kini orang biasa yang terkenal di media sosial bisa dijadikan idola.
Nggak percaya? Kalo seleb layar kaca sih, udah bejibun. Di majalah-majalah remaja juga yang dieskpos selalu kaum seleb yang wara-wiri di dunia hiburan. Dari mulai gosipnya, gaya hidupnya, sampai karir mereka. Tentu saja itu dibuat dengan tujuan supaya remaja mengidolakannya. Awalnya mungkin cuma menanamkan simpati doang, tapi kan lama-lama remaja jadi keterusan seneng karena publikasinya yang dibuat seheboh mungkin. Makanya bisa kamu lihat, majalah remaja yang mengekspos kaum seleb pasti iklannya bejibun banget, karena emang banyak pembacanya. Ini udah dari dulu pakemnya begini.
Nah, di jaman now, media sosial juga menjadi senjata bagi warga biasa yang ngebet jadi seleb tapi nggak ada akses ke layar kaca apalagi layar lebar or layar perak. Jadilah channel youtube, instagram, dan seabrek aplikasi yang menyertainya sebagai sarana manjat ketenaran. Si Bowo tiktoker itu salah satunya.
Bro en Sis, ngomongin soal idola sepertinya emang nggak ada abisnya. Beberapa tokoh idola tersebut selalu menjadi favorit di zamannya. Waktu kakek kamu remaja dulu, idola yang akrab dengan mereka adalah sosok Marylin Monroe, Elvis Presley, Marlon Brando, dan yang seangkatannya. Kalo zamanya bapak-bapakmu remaja, berarti zaman saya–mengidolakan sosok Joy Enriquez (yang nyanyiin lagu How Can I Not Love You—dari film Anna and The King), Ricky Martin, Christina Aguilera, Britney Spears, Kerry Katona (Atomic Kitten), Sheila on 7, dan seabrek gerombolan seleb lainnya, baik mancanegara maupun yang domestik punya. Nah, kids jaman now, zaman kamu ini, tentu saja sesuai dengan fakta sekarang. Mungkin Siti Badriah, bisa jadi Aliando dan kawan-kawannya. Termasuk, salah satunya yang sedang jadi bahasan dalam tulisan ini.
Kenapa remaja sering terjebak untuk mengidolakan seseorang, ya? Ini berkaitan dengan naluri manusia, Bro en Sis. Dalam diri manusia itu ada naluri beragama. Lho apa hubungannya? Sebentar, kamu jangan dulu mengkerutkan dahi alias bingung bin pusing. Tenang.
Begini, gharizah tadayyun (naluri beragama) ini diwujudkan dengan adanya upaya untuk mensucikan sesuatu atau menganggap sesuatu lebih dari dirinya. Misalnya aja, nenek moyang manusia di masa animisme dan dinamisme, mereka menyembah batu, pohon, dan kuburan. Hal itu dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan akan naluri beragama mereka. Namun, karena cuma mengandalkan perasaannya doang—tanpa dibimbing wahyu dari Allah—maka yang terjadi adalah kesalahan. Mereka sih nggak ngeh kalo itu salah, yang penting bisa tenang karena merasa sudah terpenuhi. Habis perkara.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Naluri ini ada dalam setiap orang. Orang yang atheis sekalipun sebetulnya memiliki naluri ini. Tapi, karena mereka nggak percaya adanya pencipta, maka pemenuhannya dialihkan kepada pahlawan-pahlawan mereka. Misalnya aja, orang Soviet yang atheis sering menyembah gambar atau patung pahlawan mereka seperti Lenin dan Stalin, serta tokoh-tokoh lain yang dianggap sebagai pahlawannya.
Pokoknya diagung-agungkan dan jadi sesembahan mereka. Ini membuktikan bahwa naluri itu emang ada dalam diri setiap manusia. Oya, tentu saja orang-orang atheis ini merasa tenang dengan terpenuhinya naluri tersebut. Padahal kalo menurut aturan Islam, jelas pemenuhan naluri yang mereka lakukan salah banget. Mereka cuma mengandalkan perasaannya semata. Namun tidak memperhatikan hakikat di balik penciptaan makhluk-makhluk tersebut.
Hal ini persis dengan yang pernah dilakukan oleh orang-orang Arab Quraisy di masa jahiliyah. Mereka malah membuat sesembahan sendiri. Hingga di kota Mekkah saja lebih dari seratus berhala yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan naluri ini. Ketika Islam datang, karuan aja semuanya dimusnahkan tanpa ampun.
Nah, kamu yang mengidolakan kaum seleb; baik artis film dan sinetron, penyanyi, dan pemusik, youtuber, selebgram, tiktoker dan sejenisnya, kudu hati-hati. Soalnya, bukan tak mungkin bila kemudian kamu lupa diri dan akhirnya tanpa sadar mengikuti gaya hidupnya. Pendek kata, kalo kamu sudah menganggap mereka tuntunan hidup kamu, berarti kamu telah menjadikan mereka sebagai “nabi”.
Waduh, jangan sampe deh. Soalnya rugi banget! Tentu saja karena yang diajarkannya bukan kebenaran dan kebaikan. Dan, yang terpenting emang nggak layak dijadiin teladan. Tapi, untuk kasus Si Bowo Tiktoker ini, ada fansnya yang mengusulkan dia jadi tuhan. Malah ada juga penggemarnya yang rela nggak masuk surga asal keperawanannya ‘dipecahkan’ sama Si Bowo. Bener-bener nggak waras!
Makanya kita prihatin banget dan sekaligus menyayangkan kenapa banyak remaja putri yang tergila-gila bocah tiktoker ini. Padahal itu hanya untuk sesuatu yang tak ada gunanya, bahkan bisa menjerumuskan kepada syirik—bila itu diekspresikan secara berlebihan. Bisa jadi berhala or sesembahan dong? Bisa jadi, idola itu berhala jaman now. Waspadalah!
So, sekarang kamu mulai ngeh bahwa “pemujaan” terhadap idola merupakan salah satu perwujudan yang salah dari naluri beragama. Malah dalam level tertentu bisa menjerumuskan kamu ke dalam kesyirikan, lho. Hati-hati ya! Dan ingat, persoalan nggak berhenti di situ aja. Kamu malah bisa “dituduh” oleh Islam telah menjiplak perilaku mereka dalam kehidupan kamu, jika setiap apa yang dilakukan oleh tokoh idolamu kamu ikuti dengan sepenuh hatimu. Yakni seluruh gaya hidupnya kamu contek abis–nggak satupun yang tersisa. Wah, bisa gaswat itu.
Sobat gaulislam, sudah saatnya kita membuang jauh-jauh mental “layak jajah” dalam diri kita. Why? Karena emang nggak benar dan nggak baik. Ekspresi kamu yang berlebihan dalam memperlakukan idola kamu berarti kamu merasa bahwa kamu berada di bawah “keagungan” mereka. Dan selama itu pula lah kamu nggak bakalan bisa mandiri. Ah, seandainya saja kamu berbuat demikian kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kamu bakal selamat. Rasa cinta kita pun tersalurkan dengan baik, yakni kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan sebetulnya Allah sudah menjadikan Rasululullah shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai teladan yang baik. Jadi buat apa mengidolakan kaum seleb atau mereka-mereka yang belum tentu bisa menjamin kamu selamat dunia-akhirat. Yes, cuma orang-orang yang miskin idealisme aja yang berbuat begitu.
Kita sedih banget saat temen-temen kamu berdesakan, rela berjubel, rela berlama-lama menunggu, bahkan ada yang nggak peduli dengan keselamatannya sendiri, cuma untuk bertemu idolanya. Ah, bener-bener layak jajah.
Padahal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam seharusnya menjadi teladan kita. Benar, cuma beliau yang layak dijadiin teladan dalam hidup kita. Bahkan Allah sudah menjaminnya lewat firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab [33]: 21)
Udah ya ngimpinya. Buka mata dan buka telinga. Terima nasihat dari ortu dan gurumu, atau temanmu yang shalih-shalihah Sadar diri dan jauhi maksiat. Tinggalkan para idola yang dipromosikan setan.
Bagi para ortu, jagalah dan didiklah buah hati dengan iman, ilmu, adab, dan kasih sayang. Anak adalah amanah, menyiayiakannya berarti mengkhianati amanah. Pelihara akidah mereka jangan sampai pemikiran dan perilakunya menyeret mereka ke neraka.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS at-Tahrim [66]: 6)
Semoga kita semua dihindarkan dari godaan setan dan dari bujuk rayu bala tentara setan dari kalangan manusia. So, belajar Islam, semangat mencari ilmu agama, berteman dengan orang-orang shalih/shalihah, berguru pada ustaz dan ulama yang benar. Siap ya. Mantap! [O. Solihin | IG @osolihin]