gaulislam edisi 286/tahun ke-6 (5 Jumadil Akhir 1434 H/ 15 April 2013)
Hei! Hari ini ada pertempuran besar-besaran! Bukan pertempuran pistol air lho, bukan juga pertempuran gobag sodor, apalagi pertempuran kelereng. Bukan itu, tapi yang lebih mengerikan lagi! Duh, pertempuran apa ya? Ada yang tahu?
Yap, benar sekali. Pertempuran itu adalah sosok dua huruf gede yang menghantui pikiran remaja tiap hari, UN alias Ujian Nasional. Hehe… lebay amat sih. Tapi emang betul kok, banyak banget remaja mulai dari yang SD sampai SMA takuuut banget ama dua huruf yang barusan disebutin. Seberapa mengerikankah kedua huruf tersebut? Dan mengapa banyak banget hal-hal yang sebenarnya sangat tidak diperbolehkan yang terjadi selama datangnya hari UN ini? Dan mengapa? Nah, kita bahas yuk!
Ceritanya nih, tapi fakta loh ya, tanggal 15 April 2013 (hari ini), teman-teman kita yang duduk di bangku kelas tiga jenjang SMA akan menjadi sekelompok orang yang pertama kali berhadapan dengan UN. Tepatnya, tanggal 15 hingga 18 April 2013 (tetapi untuk 11 Provinsi yang berada di Wilayah Indonesia Tengah, UN untuk SMA/SMK/MA dan sederajat diundur, yakni mulai diadakan tanggal 18 April 2013, info lengkapnya silakan kunjungi website kemdiknas.go.id). Di UN tersebut para siswa harus menjawab materi pelajaran yang diujikan dengan benar agar nilai mereka nggak ambruk dan akhirnya bisa lulus. Kalau nilai mereka ambruk, maka bisa dipastikan mereka tidak akan lulus! Duh, kok jadi serem gini, ya?
Begitu juga dengan adik-adik kita di SD dan SMP. Untuk SMP, tanggal 22-25 April 2013 dan untuk SD dan sederajat, UN akan diadakan pada tanggal 6-8 Mei 2013. Bisa dipastikan, hari-hari tersebut merupakan hari-hari paling berat sepanjang sejarah bersekolah sobat semua. Kemudain, pertanyaan selanjutnya pun muncul. Sudah seberapa siapkah aku?
Hayo, bagaimana persiapan kalian? Apakah kalian udah yakin, kalian udah siap yang terbaik buat Ujian Nasional?
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Ternyata banyak juga lho, temen-temen kita yang kagak peduli sama sekali ama yang namanya ujian ini. Loh, kok bisa? Iya dong! Tahukah kalian, ternyata zaman sekarang ini nih, yang namanya anak remaja sekolah udah buanyaaaakkk banget yang menyimpang dari tujuan utama orang tua menyekolahkan mereka. Gimana nggak, menurut pihak survei gaulislam nih, (cieee…) ternyata banyak banget remaja yang berangkat ke sekolah, bukan dengan niat dan tujuan menuntut ilmu dan memperdalam pemahaman ilmu, melainkan sekadar tempat untuk bermain-main dan bersosialisasi semata! Kongkow-kongkow doang gitu lho!
Lebih memprihatinkan lagi nih ya, ternyata nggak sedikit remaja yang memiliki pikiran kayak gitu. Bahkan hampir semua! Setiap hari, saat keluar dari rumah untuk berangkat sekolah, mereka niatnya aja udah beda. Pingin ketemu temen lah, ketemu geng lah, atau bahkan ketemu pacar. Nah, kalau fakta keseharian dari kehidupan remaja kita di sekolah seperti ini, maka apakah mereka masih bisa dibilang peduli dengan persiapan mereka menghadapi ujian nasional?
Black track UN
Udah jadi rahasia umum, bahwa UN setiap tahunnya di Indonesia hampir pasti selalu terjadi kecurangan (meski mungkin ada juga di beberapa sekolah yang nggak, tapi siapa yang berani jamin?). Nggak sekadar murid-murid nakal yang nggak belajar yang saling contek-contekan. Ternyata, banyak banyak juga lho, pihak sekolah yang saking pinginnya murid-muridnya dapet nilai tinggi dan lulus semua, akhirnya berlaku curang dengan ngasih tahu jawaban atau minimal ngajarin murid-muridnya waktu UN berlangsung.
Belum cukup sampai situ. Bermunculanlah pihak-pihak yang berusaha memancing di air keruh, alias orang-orang yang memanfaatkan momen UN ini sebagai ajang berbisnis. Mereka menjual soal-soal dan kunci jawabannya dengan harga tinggi, dan tidak sedikit dari pihak sekolah dan siswa yang rela membeli soal-soal tersebut agar bisa sukses di UN nantinya. Huh, kesuksesan yang kotor itu namanya! Lebih parah lagi kalo ternyata soal dan jawaban itu bodong alias ngibul. Udah mah rugi keluar duit banyak, celaka juga karena jawaban soal salah semua.
Begitulah fakta memiriskan yang tiap tahun terjadi di negeri ini. Benar-benar memprihatinkan memang, mengingat nampaknya kecurangan besar semacam ini sudah dianggap wajar oleh masyarakat, dan seperti sudah menjadi rahasia umum yang memang biar sajalah terjadi. Padahal, Indonesia ini kan mayoritas berpenduduk muslim. Kalau udah gini, apakah masih pantas kita mengaku sebagai pelajar dan muslim yang baik dan berakhlak?
Hilangnya nilai pendidikan
Bro ensi Sis rahimakumullah, ‘penggila’ gaulislam, kurikulum pendidikan yang sekarang bisa dibilang sungguh sangat terlalu dan ‘mekso’. Gimana nggak sih? Coba kalian buka tuh buku pelajaran SD adik kalian. Lihat deh, udah seberapa sadisnya pelajaran-pelajaran itu dijejalin ke kepala adek-adek kita. Bahkan yang duduk di jenjang SMP pun banyak yang udah nggak bisa lagi ngerjain soal SD, karena rasa-rasanya, makin lama kurikulum yang disodorkan terasa makin susah dan mencekik.
Pelajaran matematika contohnya. Kita tidak diajarkan untuk mengerti dan memahami cara dan teknik berhitung, namun kita hanya dijejali dan terus dijejali oleh rumus. Bahkan nih, dalam suatu soal, kalau jawabannya bener tapi caranya nggak sesuai sama rumus yang sama plek dengan buku teks, maka jawaban kita bisa disalahkan oleh guru. Tuh, kan, diskriminatif banget!
Kesalahan pun makin fatal, manakala belajar kini sudah tidak peduli dengan apakah seorang siswa dapat memahami sebuah ilmu dengan baik dan menguasainya, melainkan hanya demi mendapatkan beberapa biji angka yang disebut NILAI. Akhirnya, semua orang pun mulai lupa dengan tujuan utama mereka belajar, dan mereka hanya berlomba-lomba meraih nilai tertinggi, bahkan dengan cara yang paling dilarang sekalipun.
Padahal dalam Islam nih, menuntut ilmu itu nggak sekadar mengejar nilai! Menuntut ilmu itu adalah kewajiban untuk setiap muslim. Coba lihat deh bagaimana orang-orang terdahulu bersekolah. Mereka rela mengorbankan banyak hartanya hanya demi mendapatkan ilmu. Rela menempuh ribuan kilometer hanya untuk mendapatkan ilmu. Bandingin deh sama kita sekarang. Udah bisa sebaik mereka?
Ingat nggak kalian gimana pendidikan di masa khilafah dulu? Pendidikan menjadi salah satu tonggak terpenting dalam siklus kehidupan manusia. Pendidikan dijalankan dengan serius, nggak main-main apalagi main beneran (hehe….). Pendidikan diatur dengan baik oleh negara. Nggak ada perkembangan ilmu yang tercegah, baik karena alasan sarana dan prasarana, apalagi sekadar masalah biaya. Semuanya diberi gratis oleh negara loh! Gretong, asli! Nggak kayak pendidikan sekarang yang biayanya makin selangit.
Puncak kejayaan Islam adalah saat keilmuan amat diperhatikan dan dihargai. Bahkan, pada zaman khilafah dulu, orang-orang Eropa pun belajar dari orang Islam. Keren nggak tuh? Jadi, ilmu yang telah berkembang pesat di Eropa kini, nggak lepas dari jasa besar dari kaum muslimin zaman khilafah, terutama, insan yang bergelut dalam dunia pendidikan, baik pelajar maupun yang diajar.
Pertanyaannya sekarang, apakah kita mampu dan mau untuk meraih kejayaan itu lagi dan bangkit dari segala keterpurukan ini? Nah, jawabannya ada di diri kalian sendiri. Tetapi sebagai ajakan, mari mewujudkannya kembali.
Sedia senjata sebelum perang
Sobat muda muslim, sediakan amunisi ilmu kalian dengan baik, persiapkan juga mental kamu, jangan sampai entar kamu ngompol pas ujian (hehehe…). Dan yang terpenting, kamu kudu senantiasa berdoa kepada Allah Swt. agar selalu dimudahkan jalannya menghadapi UN ini, dan mintalah restu dari orang tua, karena ridho Allah ada pada ridho orang tua. Murka Allah pula ada pada murka orang tua.
Pesan dari gaulislam nih, jangan sekalipun kalian tergoda untuk berbuat curang saat UN nanti! Sebab, dengan berbuat curang, sama aja kalian udah mengkhianati diri kalian sendiri, mengkhianati orang tua, dan mengkhianati Allah Swt. yang Maha Melihat kalian. Karena, untuk apa 3 tahun kalian belajar capek-capek, kalau entar UN ternyata cuma selesai pakai ‘nyontek’? Apa guna keringat orang tua kalian yang udah diperas biar kalian bisa tetap sekolah selama ini? Apa guna juga Allah menjadikan kalian sebagai muslim, jika akhlak dan tindakan kalian jauh dari Islam?
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, hasil UN nggak akan punya arti apa-apa kalo kita nggak berbuat banyak bagi kehidupan kita untuk dunia dan akhirat. Emangnya entar kalo udah masuk kubur, kita bakalan ditanya nilai UN kita? Nggak kan?
Allah Ta’ala pun nggak peduli gimana entar hasil UN kalian, tapi Allah akan sangat menilai bagaimana usaha yang kalian lakuin. Allah akan selalu mencintai hamba-hambaNya yang mau berusaha dan memiliki keinginan yang kuat untuk selalu berusaha menjadi yang lebih baik, dan lebih baik lagi.
Tuntutlah ilmu dengan setulus hati dan niat yang lurus, yakni demi menapatkah ridha dari Allah Swt. Ilmu hanya bisa diraih dengan sabar dan serius. Maka dari itu, kalau kalian mempelajari sebuah ilmu dan ternyata nggak ‘nyantel’ juga, maka tiliklah lagi diri kalian, apa kalian itu udah serius dan sabar atau belum dalam meraih ilmu.
Mendapatkan ilmu yang bermanfaat itu jauh lebih oke ketimbang nilau UN selangit tapi nggak bisa ngapa-ngapain. Nilai yang pas-pasan hasil jerih payah sendiri, tentunya akan jauh lebih berkah dan ilmunya lebih bermanfaat daripada yang dapat nilai sampai satu kosong kosong tapi ilmunya bolong-bolong. Kalian ingin menjadi yang seperti apa, keputusan ada di tangan kalian sendiri. Tapi gauilislam yakin, kalian udah pada dewasa semua kok. Udah nggak minum ASI lagi kan? Nah, tuh dah pada gede, hehehe… Kalian pasti udah tahu dong, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang berpahala dan mana yang berdosa. Tapi yang jelas, pilihlah yang terbaik untuk kehidupan kalian ke depannya, dan tentu saja masa depan kalian nanti di akharat!
Sambutlah Ujian Nasional kali ini dengan senyuman. Ujian bukan sesuatu yang mengerikan kok. Well, paling juga soalnya susah-susah. Hehehe… Tapi yakin aja deh, kalianlah yang akan memenangkan UN ini, bukan kalian yang justru dikalahkan oleh nafsu dari setan untuk mencontek, dan bukan pula dikalahkan oleh ketumpulan otak kalian gara-gara jarang belajar, jangan sampai deh ya!
Believe it: you can win this! [Hawari | Twitter @hawari88]