gaulislam edisi 212/tahun ke-5 (18 Dzulhijjah 1432 H/ 14 November 2011)
Seorang guru yang sekolahnya langganan gaulislam mengirim pesan singkat ke nomor ponsel saya. Isinya saya copy paste apa adanya saja supaya lebih ‘alami’ ya. Hehehe.. Mau tahu pesannya?
Begini: Salam..Kang, sy lg bingung sXgus Greget.. Ada slh 1 murid pr sy yg skrng kls 1 Mts mngrim sms sprti ni:
=Hy nama w …… alamat rumah gua dd komplek KEMATIAN jalan Ariiw PERSEKUTUAN PARA SETAN cat rumah gua warna HITAM no 666 maen ya ! ! nanti gua sediain tempat duduk dari BATU NISAN kalo kedinginan gua kasih SORBAN HITAM di samping rumah gua juga ada MAKAM SELATAN soal nya ada yang ABORSI KEGELAPAN di belakang rumah gua pas ada yang meninggal di nyanyiin HARMONI KEMATIAN banyak PASUKAN MATI yang menyanyikan nya eh langsung ada CAHAYA BIDADARI yang datang. gua punya burung yang suara nya mirip SILUET apa lagi kalo dengerin KEDJAWEN, rasa nya pengen KE ALAM SURGA ajjh 😀 =
Kemudian dalam pesan itu juga beliau, seorang guru yang tengah gundah dengan kelakuan salah seorang (mantan) anak didiknya ini menuliskan: “kmarin dia ikt acr black metal dpajajaran itu. Qr2 apa yg hrs sy lkukan, blz gmna smsnya? Maaf dan mksh sblumnya.”
Saya hanya membalas singkat, bahwa insya Allah jawaban dari SMS-nya ini akan saya tulis spesial di buletin gaulislam edisi pekan depan (baca: maksudnya pekan ini, edisi 212/tahun ke-5/14 November 2011).
Bro en Sis, ngomongin soal musik, sepertinya nggak ada habisnya. Seru. Banget. Gimana nggak, dalam kehidupan kita sehari-hari beragam jenis musik apapun berjejalan di gendang telinga kita minta didengarkan. Saat ini, di tempat saya, beberapa tetangga sepertinya lagi keranjingan ama Ayu Ting Ting, jadi yang disetel itu mesti “Alamat Palsu”. Waduh, kalo di dunia internet mah, tuh orang ngasih alamat domain yang udah expire atau emang nggak ada alamatnya kali ye. Sehingga pas diklik: “server not found” hahaha…
Jaman saya SD dan SMP, lagu-lagu yang menghiasi ruang dengar saya nggak jauh dari lagu dangdut, lagu jaipongan, pop sunda, dan paling banter pop Indonesia dan sesekali dengar lagu rock yang iramanya masih bisa disimak. Ya, hanya itu. Saya belum kenal namanya musik beraliran classic rock, heavy metal, blues (apalagi death metal dan black metal). Meski di tahun itu 80-an, mungkin bagi teman seusia saya di kota sudah kenal kali ye dengan band-band macam Led Zeppelin, Black Sabbath, Deep Purple atau Blue Oyster Cult dan lainnya. Hehehe.. telinga saya di desa nun jauh dari kota lebih banyak dengerin lagu-lagu pop. Itu pun lihat dan dengarnya di televisi seminggu sekali pas acara Kamera Ria atau Aneka Ria Safari. Hehehe… jadi inget jaman dulu deh. Sekadar nyebutin beberapa lagu, misalnya: Kau Milikku (Richie Ricardo); Pernahkah (Angel Paff); Antara Cinta dan Dusta (Obbie Messakh); Apanya Dong (Euis Darliah); Berdiri Bulu Romaku (Hetty Koes Endang); Ada Kamu (Harry Mukti); atau lagu-lagu parodi dalam irama dangdut yang dibawakan Johny Iskandar bersama PMR. Oya, paling banter yang berkaitan dengan musik yang agak ‘keras’ ya lagu-lagunya God Bless dan Nicky Astria kali ye. Halah.. belum kenal banget lagu-lagu black metal. Jangankan lagunya, wong istilahnya aja waktu itu saya nggak tahu: ndeso!
‘Ideologi’ setan black metal
Bro en Sis, perilaku seseorang bergantung cara pandang yang dimilikinya. Nah, cara pandang yang dimilikinya terikat-kait dengan informasi yang selama ini ia dapatkan. Asupan informasi tertentu dan itu berlangsung dalam waktu yang lama, bisa saja membekas dalam dirinya sehingga membentuk cara pandang dan menumbuhkan perilaku. Contoh mudahnya adalah cara pandang seseorang yang menganggap bahwa kebahagiaan bagi dirinya adalah diukur dari banyaknya kekayaan materi yang dia raih. Maka, apapun yang bisa mendatangkan kekayaan akan dia ambil: dari mulai bekerja; berjualan, atau bahkan hasil korupsi dan menipu. Dia hanya fokus pada harta kekayaan yang dianggapnya membuat bahagia. Di sini, kelihatan banget tuh bahwa cara pandang akan mempengaruhi perilaku. Sementara cara pandang dibentuk oleh informasi yang dia dapatkan dan kemudian diyakininya.
Nah, ngomongin soal musik dan lagu juga sama, Bro en Sis. Cerita seorang guru yang mengirim SMS ke saya yang saya ceritakan di awal tulisan gaulislam edisi 212 ini, adalah contoh bahwa (mantan) anak didiknya menjadi berubah cara pandang setelah bergaul dengan kawan-kawannya yang menyukai jenis musik black metal. Ini memang masih perlu diuji apakah ia benar-benar penganut dan meyakini ‘ajaran-ajaran’ dalam lagu yang dibawakan genre musik black metal atau memang dia sekadar gaya-gayaan aja biar disebut gaul dan diterima di komunitas bermainnya. Perlu diverifikasi. Meski demikian, menurut saya, tetap harus dipantau dan diingatkan bahwa jika hal itu terus menerus dan dia merasa enjoy dengan kondisi tersebut karena dukungan dari teman-temannya, maka bukan tak mungkin akan menjadi gaya hidup baginya meski awalnya sekadar ikut-ikutan doang. So, waspadalah!
Oya, kondisi ini sama persis ketika seorang remaja awalnya ikut-ikutan ngaji, sekadar solider ama temen yang ngajakin dia ngaji. Tetapi, karena sering diajak pengajian, bergaulnya dengan anak-anak pengajian, membicarakan topik yang berkaitan dengan Islam dan syariatnya, bertemu dengan guru-guru ngajinya, dibimbing dan diarahkan, maka bukan tak mungkin ia akan menjadi orang yang memiliki cara pandang yang sama dengan kawan-kawan ngajinya dan kemudian ia merasa bahwa itu adalah pilihan terbaik bagi jalan hidupnya, maka insya Allah pada suatu saat ia bahkan bisa mengembangkan dirinya dengan cara pandang tersebut.
Sobat muda muslim pembaca setia gaulislam, perlu diketahui bahwa genre musik black metal ini memusuhi semua ajaran agama. Kalo menyimak lirik-liriknya memang sering mengambil kata-kata berbau setan, penyembahan berhala, dewa-dewa kuno, tema gaib yang mengutuk agama Kristen. Ini memang bisa dilihat dari sejarah munculnya black metal. Ketika menelusuri informasi ini, jujur saya kebingungan sendiri (hehehe). Selain banyak banget, juga ada info yang berbeda untuk sejarah munculnya black metal ini. Nggak tahu yang bener yang mana dari segi siapa yang pertama kali memunculkan. Ada yang bilang grup band Venom dari Inggris, tapi banyak juga yang merujuk bahwa kemunculan black metal itu dari Norwegia yang diusung oleh Mayhem. Di Norwegia memang unik, pernah suatu ketika bagi para diplomat baru yang bertugas di Norwegia diberikan pelatihan mengenal seluruh kebudayaan Norwegia, khususnya seputar lirik-lirik black metal. Alasannya, black metal adalah sebuah komoditi ekspor bagi Norwegia.
Black metal di Norwegia mempunyai sejarah panjang. Mulai dari pembunuhan, kejahatan sadis, hingga pembakaran gereja yang dikaitkan dengan genre ini. Salah satu kasus yang paling terkenal ialah di tahun 1994 ketika Varg Vikernes, vokalis dari band black metal Burzum, membunuh Oystein Aarseth, vokalis dari band Mayhem. Vikernes dibebaskan pada tahun 2009 silam.
Oya, kelakuan para pengusung black metal juga aneh-aneh lho. Misalnya Per Yngve Ohlin a.k.a. Dead (anggota Mayhem). Dead memiliki tingkah laku yang aneh; suatu kali ia mengubur pakaiannya di bawah tanah selama beberapa minggu sehingga ia dapat memakai pakaian tersebut yang sudah membusuk dalam suatu konser. Ia juga pernah memasukkan seekor gagak mati ke dalam kantong plastik untuk “menghirup hawa kematian” sebelum naik panggung. Hal ini makin memperkuat atmosfir musik Mayhem, dan lirik band ini berkembang menjadi satanisme, kegelapan, depresi, dan kejahatan. Dalam banyak pertunjukan mereka, kepala-kepala ditancapkan di atas tombak dan Dead melukai dirinya sendiri dengan pisau. Pada bulan April 1991, Dead mati bunuh diri dalam usia 22 tahun dengan tembakan di kepala dan luka-luka di pergelangan tangan, disebabkan oleh pisau berburu yang baru ia beli hari itu.
Musik islami seperti apa?
Pernah dengar lagu-lagu ideologisnya Soldiers of Allah seperti “1924”; “Jihad”; “No Compromise”; “Staring into Kafirs Eyes”; “By Islam We Are Family”, dan puluhan lagu lainnya? Keren dan ideologis, Bro en Sis!
Jenis musik yang diusung adalah rap. Syairnya kuat dan ‘memanaskan’ kesadaran kita sebagai muslim. Di saat banyak orang tertipu dengan kehidupan dunia dan jebakan-jebakan orang-orang kafir untuk meninggalkan ajaran Islam, SOA berteriak: Who do you fear?/ Allah or the Kafir?/ Why do you want to be like the kafir when you have the haq (truth) in your hand? Ini penggalan dari lirik “Staring into Kafirs Eyes” yang seolah berteriak keras di dekat gendang telinga kita. Hebat dan menyadarkan.
Bro en Sis, sebenarnya lagu-lagu islami banyak juga di berbagai macam genre musik. Selain rap, kita juga udah disuguhi lagu-lagu Bang Haji Rhoma Irama yang bernuansa pesan religi. Cukup banyak malah. Juga dari Ebiet G Ade, dan ratusan grup nasyid serta grup band umum yang mendadak islami ketika Ramadhan dengan mencipta lagu-lagu religi. Ini bisa dikategorikan lagu yang islami. Syukur-syukur penyanyinya juga islami. Jangan sampe nyanyinya doang tapi kelakuannya nggak sesuai dengan yang disampaikan di lagu-lagunya.
Menurut Dr Abdurrahman al-Baghdady, penulis buku “Seni dalam Pandangan Islam”, Khilafah Islam terdahulu tidak pernah melarang rakyatnya mempelajari seni suara dan musik. Mereka dibiarkan mendirikan sekolah-sekolah musik dan membangun pabrik alat-alat musik. Mereka diberikan ghairah untuk mengarang buku-buku tentang seni suara, musik dan tari.
Namun demikian, Khilafah Islamiyah akan tetap mengawasinya. Menurut beliau, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam seni (musik, vokal, tari), di antaranya: tidak boleh mengajak orang untuk minum arak, tidak bergaul bebas, jangan berpacaran, tak bermain cinta dengan bukan mahram, atau ngajakin bunuh diri. Tidak boleh pula yang mengarah kepada perbuatan cabul dan membangkitkan birahi seksual. Apalagi lagu yang isinya bertentangan dengan akidah Islam pasti dilarang.
Nah, jika begitu tentu nggak pantas banget seorang muslim mengamalkan ‘ajaran’ black metal dan menyebarkannya. Setuju? [solihin | Twitter: @osolihin]
yach menarik emang …. kalo bicara musik itu bicara bahasa universal … musik terlepas pesan tersembunyi yang disampaikan … itu adalah sesuatu yang dipahami oleh umat manusia dari belahan dunia manapun …kalo bicara soal musik setan … musik non setan … atau sebagainya … kita bicara soal selera …. ada yang menjadikan musik sebagai icon agar diterima dalam lingkungan sosialnya … terlebih bagi mereka anak anak abg yang lagi dalam proses pencarian jatidiri … mereka menganut sesuatu tanpa memahami lebih mendalam … jadi menurut saya musik yang disebutkan di atas itu tidak serta merta bisa dijadikan landasan untuk menstigma golongan tertentu … musik ya musik aja … dinikmati bukan diyakini …jangan di mix antara musik dan sepak terjang di dunia nyata … musik ya musik … hidup ya hidup … itu beda jalan tapi satu arah …