gaulislam edisi 633/tahun ke-13 (12 Rabiul Akhir 1441 H/ 9 Desember 2019)
Lagi-lagi cinta. Yap, bener banget, Bro en Sis! Sudah berapa lama ya buletin kesayangan kamu ini nggak bahas soal ini? Sebelumnya kan sering banget dibahas loh! Kamu, pembaca setia mah bakal setuju deh. Iya, kan?
Bagi kamu pembaca yang masih newbie bisa cek web gaulislam, ya. Nah, ratusan artikel gaulislam edisi online menunggu kamu tuh. Menunggu buat dibaca dong pastinya! Banyak banget ilmu yang bisa didapet. Update kondisi pergaulan remaja kekinian dalam kacamata Islam. Mantap! Pokoknya nanti lebih paham sama ajaran Islam yang keren itu deh! Insya Allah. Eits, nggak sekedar dibaca ya! Kudu diamalkan dan di-share kepada yang lain. Dakwahin kepada temen sekolah kamu. Siap ya? Harus dong!
Fenomena Bucin
Wah, apaan tuh? Oh, bumbu yang rasanya gurih kan, ya? Yang biasa dipake Mamang bakso (ketahuan nih suka jajan begituan, hehehe…) Eleuuh, itu mah micin kali. Hahaha. Ini bucin, Bro en Sis! Budak Cinta. Hayo loh, siapa tuh? Masih zaman ya perbudakan? Eits, jangan salah. Zaman dulu mungkin sudah nggak aneh. Sebelum Islam datang, perbudakan hal biasa dilakukan sama pemuka kafir Quraisy di Mekkah.
Sebelum merdeka, orang-orang di negara kita diperbudak sama penjajah Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang. Dipaksa kerja rodi tanpa dapet bayaran. Diancam, disiksa, dibodohi. Ya begitu lah. Walaupun faktanya masih, kok. Bedanya sekarang negara kita jadi Buchin alias budak China. Ckk..ckk.. *mikir sambil tepok jidat berulang kali.
Budak cinta. Siapakah mereka? Pastinya yang terjangkit virus merah jambu sama lawan jenis. Kebanyakan mengekspresikan cinta lewat pacaran. Nah, coba deh perhatikan teman sekolah yang pacaran. Mereka maunya bikin si doi happy terus, kan? Tampil keren dan gentle tiap ketemu, mengikuti kemauan pacar, sering mengalah sampai ngorbanin waktu, tenaga, perasaan dan duit. Rela ngelakuin apa saja bahkan hal bodoh dan gila sekalipun. Tanpa mikir pake logika. Waduh! Mirip sama lirik lagu AgnezMo ini: Cinta ini, kadang-kadang tak ada logika.
Beneran. Misalnya nih, jemput si doi pake motor. Bela-belain berangkat padahal urusan sendiri saja belum beres. Lah iya, motor sendiri. Kalau hasil pinjaman? Nah loh, nggak modal dong. Ada lagi yang rela sering ke rumah pacar padahal di luar kota. Jarak bukan halangan, katanya mah. So, tetep saja didatengin. Padahal jauh, belum kalau cuacanya panas atau hujan, macet dan kantong kering. Oh no!
Lagi weekend, pacar ngajakin shopping ke mal. Minta beli ini-itu. Seorang bucin bakal mengikuti kemauan doi nya itu meskipun sebenarnya dia lagi kesulitan uang. Gengsi kalau nolak. Malming-an ngajak pacar nonton ke bioskop, makan di kafe. Nggak peduli habis duit berapa. It’s oke, kantong bolong. Sing penting pacar seneng. Malah nih ada yang maksa minta duit ke ortunya. Uang jatah bulanan dihabiskannya. Segitu amet, Bro en Sis!
Takut diputusin, merasa galau kalau belum ketemuan, asik lihat foto dan postingan terbarunya di medsos. Stalking berjam-jam sampe lupa waktu. Lupa makan, minum, main, ngerjain tugas, absen sholat dan rela melepas kehormatan diri. Nah, ini dia level terparah! Nauzubillah min dzalik!
Remaja usia SD dan SMP banyak loh yang begini. Nggak kebayang gimana bisa fokus sama mapel di sekolah, kalau sehari-hari lebih sibuk sama cinta. Haduuh… musibah itu mah.
Cinta beda agama. Pacaran sama nonmuslim. Model begini juga ada. Mikirnya, nggak peduli agamanya apa. Yang penting kan, cinta. Sehari-harinya nggak beda jauh. Sampe ada yang rela nganterin ke gereja, ikut acara keagamaan dan lainnya. Waduh! Begitulah jika cinta sudah ditempatkan di atas segalanya. Mereka sudah berani memberhalakan cinta. Naudzubillahi min dzalik.
Sebetul-betul cinta
Sobat gaulislam, ternyata masih banyak nih remaja yang keliru memahami konsep cinta. Salah dalam memaknai, mengekspresikannya. Salah satunya ya tadi, lewat pacaran. Termasuk pacaran yang dilabeli kata ‘islami’. Sama saja haram hukumnya. Duh, sudah sering dibahas, dikoarin. Ayat tentang larangan mendekati zina sudah pada hapal, kan? Nah, iya. Tapi masih banyak yang betah. Nggak kapok. Santuy padahal lagi main-main hukum Allah Ta’ala. Berani banget dah!
Rasa cinta itu wajar. Naluriah. Anugerah yang indah. Sudah dikasih sama Allah Ta’ala. Hidup di dunia tanpa cinta apa jadinya? Hampa dong! Bakal hancur dan kacau kehidupan ini. Allah Ta’ala sudah ngasih sepaket: ada benci dan cinta. Tentu saja rasa cinta ini kudu sesuai dengan aturan dari Sang Maha Pemberi Cinta. Sudah ada tuntunannya dalam Islam. So, nggak bisa tuh pemuasannya sembarangan apalagi atas nafsu belaka. Jangan juga berlebihan hingga lupa dengan Allah Ta’ala. Catet ya!
Sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya), “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(QS Ali ‘Imran [3]: 14)
Nah, ayat ini menunjukkan bahwa cinta selain sebagai anugerah juga luas maknanya. Nggak cuma sama lawan jenis. Suka dengan harta, perhiasan, gadget, hewan ternak dan bisa dimanfaatkan, kendaraan seperti mobil atau motor dan lahan, rumah. Semua kesenangan ini harus dijadikan sebagai sarana untuk mengharapkan ridho Allah Ta’ala. Jangan malah terlena hingga berujung petaka.
Saat cinta jadi berhala
Bro en Sis, masih ingat kasus kematian Andriana Yubelia Noven Cahya, siswi SMK di Bogor, yang menjadi korban pembunuhan pacarnya sendiri? Yap, Adriani tewas ditusuk dengan sebilah pisau di sebuah gang. Mayatnya dibiarkan tergeletak di jalanan sempit. Sang pacar membunuh kekasihnya itu karena alasan cemburu! Sadis!
Nah, begitulah jika sudah dibutakan sama cinta. Rasa cinta yang suci ternodai karena nafsu dan godaan setan yang jahat. Termasuk nih para bucin zaman now yang kelakuannya aneh-aneh. Di luar nalar orang dewasa. Sampe dibilangnya, sekarang mah pada lebay. Bener sih, lebay parah! Sampe Psikolog Meity Arianty, STP., M.Psi ikut berkomentar. Menurutnya, para bucin ini logikanya tumpul. Pikirannya pendek. Cenderung ngikutin hawa nafsu dan semaunya. Rela ngelakuin apapun demi cinta. Logika berpikirnya nggak jalan. Lebih dominan perasaan. Setuju!
Sadar atau nggak sih, kelakuan bucin yang menomersatukan si doi. Secara nggak langsung, itu artinya menjadikan pacar sebagai prioritas utama dalam hidup. Rela berkorban dan terluka demi dapet senyuman en perhatian si doi. Eh, malah banyak juga loh yang sudah banyak berkorban tapi si doi cuek saja tuh. Biasa saja. Nggak ada rasa ngehargain gitu. Hiks… hiks… Eh, sudah digituin masih saja setia. Sampe kebahagiaan sendiri kurang diurusi. Pokoknya pacar yang didahulukan. Lagi sedih, yang dicari pacar. Lagi happy ingetnya doi. Segala situasi yang dicari pacar. Seolah ini, nggak bisa hidup tanpa dia. Aalah, istri bukan, suami bukan. Preet!!
Karena jadi prioritas utama otomatis titik fokus, ya sama dia. Banyak waktu habis untuknya. Saat lagi marahan, jadi galau. Yang biasanya sibuk jadi loyo. Males-malesan. Paling main gadget sambil stalking medsos punya dia. Gitu terus sampe lupa waktu dan makan. Ibadahnya? Boro-boro. Jadinya hidup nggak produktif, kan? Rugi, Bro en Sis!
Hati-hati jadi nggak acuh pada banyak hal. Termasuk nasihat orang tua nih. Nah, loh. Seringnya memang seperti ini. Nasihat ortu diabaikan. Tapi perkataan pacar dituruti. Daripada nganter ibu ke pasar, mending ngantar dia ke mal. Daripada membantu ayah mencuci mobil, mending ikut dia main basket. Aduh! Kata-kata orang tua malah dilawan. Nilai-nilai, norma masyarakat, dan agama juga ditabrak. Demi si doi.
Please! Hidup nggak melulu soal kamu dan dia saja. Masih ada orang tua, keluarga dan temen di sekelilingmu. Jangan lupain mereka dong! So, bahaya dan banyak ruginya jadi bucin itu. Begitulah saat cinta justru dijadikan berhala, manusia jadi budaknya. Inget, romantis nggak perlu sampai berlaku miris dengan modal berpikir tipis. Don’t be bucin!
Mengendalikan cinta
Sobat gaulislam, cinta itu suci. Jangan gampang dinodai. Kalau kamu lagi falling in love jangan sekali-kali milih jalan maksiat dengan pacaran. Simpen dalam hati. Santai saja. Serahin sama Allah Ta’ala. Yakinin diri bahwa Allah punya rencana indah. Yang indah itu cinta pada waktu dan orang yang tepat. Sekarang mah fokus saja mencari ilmu, bahagiain orang tua, sambil siapin bekal buat menghalalkan si dia. Eaaa… auto baper!
Mumpung masih sekolah, sibukkan diri dengan kegiatan positif, bermanfaat dan islami. Join sama komunitas rohis atau pemuda hijrah. Berteman dengan orang-orang shalih/shalihah yang bisa saling mengingatkan dan menguatkan dalam ibadah juga rasa cinta kita pada Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Cinta yang bersemi karena iman dan akhlak yang mulialah yang suci dan sejati.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Jangan jadi budak cinta
Sekali lagi. Cinta itu anugerah dari Sang Maha Cinta. Cinta cuma soal rasa. Bisa benar dan salah. Tergantung bagaimana cara kita mengekspresikannya. Jika diekspresikan untuk kebaikan yaitu sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya, maka akan jadi baik. Membawa keberkahan bagi kita. Sebaliknya, jika justru diarahkan untuk keburukan ya bisa membawa petaka dan dosa. Tinggal pilih. Simpel sebenarnya, kan?
Nah, supaya setan nggak ikut campur, maka dekatkan diri pada Allah Ta’ala. Mohon perlindungan pada-Nya. Cari perhatian Allah Ta’ala dengan getol ibadah dan semangat mengkaji Islam. Insya Allah, nggak bakal deh terjerumus ke dalam dunia para budak cinta. So, don’t be Bucin ya! Say no to Bucin! [Muhaira | FB Muhaira Az-Zahra]