Pernah dengar lirik lagu ini nih: “Cewek matre, cewek matre, ke laut aje�. Ehm, kalo pernah tahu, syukurlah. Bagi yang nggak tahu, kamu bisa tanya aja ke yang udah tahu hehe…
Cewek matre emang nyebelin. Semua-mua dihitung dengan takaran materi. Atau paling nggak, ada azas manfaat yang berusaha diraih oleh cewek matre dalam melakukan sesuatu. Taruhlah contoh misalnya dalam persahabatan. Tipe matre ini mau menjalin persahabatan hanya kalo ada manfaat yang ia dapat dari orang lain, terutama materi yang dia incar. Kalo unsur ini nggak doi dapatkan, jangan harap bisa temenan deh dengannya.
Bukan hanya dalam berteman, dalam mencari pasangan hidup pun, cewek matre cenderung mencari yang kaya raya alias tajir. Alasan klise sih, biar hidup nggak susah. Hidup sekali kudu dibikin bahagia dengan mencari suami yang kaya raya. Nggak cukup berhenti di sini, ketika berpacaran pun cewek matre cenderung suka morotin pacarnya demi sesuap nasi dan segenggam berlian. Hehehe…
Walhasil, sifat matre seringkali ditempelkan pada makhluk berjenis cewek. Seakan-akan semua cewek identik dengan matre dan doyan harta. Waduh…gawat juga. Moga kamu bukan termasuk ke dalam golongan cewek tipe ini yah. Tapi, apa benar sih semua cewek itu emang matre? Dan apa iya sifat matre itu bawaan orok? Kita telusuri yuk biar nggak salah menilai. Cie…
Cewek = matre?
Matre asal katanya dari materialistis, sebuah sikap dan sifat turunan dari kapitalisme. Asal kamu tahu, kapitalisme ini adalah paham yang memuja kepemilikan harta atau modal. Mereka yang punya harta dan beruang bisa menjadi raja dan menguasai banyak hal. Mereka yang tak berduit, minggir aje ke trotoar.
Dari ilustrasi kecil di atas, matre dan kapitalisme mempunyai kaitan erat satu dengan yang lain. Mereka dukung mendukung untuk menumbuh-suburkan paham ini di tengah-tengah masyarakat kita. Mendompleng keberadaan media semisal TV dan majalah, mereka hadir dalam bentuk iklan dan tayangan yang serba wah dan glamour. Tiap hari bahkan tiap saat ada aja produk baru yang ditawarkan. Dan itu semua hanya bisa didapatkan bila ada duit sebagai alat tukar. Nggak ada duit kartu kredit pun jadi. Kartu kredit pun dibayar pake duit. Emang bisa kartu kredit dibayar pake daun? Ya nggak lah.
Dari sini, bagi cewek yang matanya ijo kalo ngelihat barang mewah, langsung berubah bentuk menjadi cewek matre. Apalagi cewek-cewek yang kurang iman dan kurang cerdas. Mereka mengira bahwa materi dan barang mewah itulah yang bisa membawa kebahagiaan dalam kehidupannya. Bahkan tak jarang mereka rela menggadaikan keimanan dan kehormatan demi materi. Hii…naudzhubillah.
Tapi apa iya sih, semua cewek matre kayak gini? Ya nggak dong. Pasti ada cewek dari golongan baik-baik yang nggak melulu menilai seseorang dari harta yang ia punya. Ada kok cewek yang lebih melihat ke hati, akhlak dan kebaikan seseorang. Kalo pun terlihat langka jenis yang terakhir ini, itu karena emang sistem yang diberlakukan ke kita saat ini adalah sistem penghambat karakter baik. Meski sebetulnya bukan hanya cewek aja sih yang bersikap matre, tapi cowok juga ada kok yang matre. Cuma pamor cowok matre emang kalah tenar dibanding dengan para cewek.
Nah, kita sudah tahu kan bahwa ternyata nggak semua cewek itu matre. Ada juga ternyata yang baik dan lebih mengutamakan inner beauty kata orang bule. Melihat seseorang bukan dari apa yang telah dicapai tapi lebih ke bagaimana ia mencapainya. Kalo ada dua kubu yaitu cewek matre dan yang nggak, terus apa iya sih untuk menjadi matre itu emang bawaan orok?
Sikap matre itu bentukan lingkungan. Nggak ada yang namanya sikap matre bawaan orok. Karena bagaimana pun setiap bayi yang dilahirkan ke dunia ini berada dalam kondisi fitri alias suci. Orangtua dan lingkunganlah yang akan membentuk karakter dia. Kalo ortu dan lingkungan mendidiknya dengan budaya matre, maka si anak nggak bakal deh jauh dari pola didik ini. Begitu juga sebaliknya. Kalo didikan ortu dan lingkungan baik dan benar, maka hasilnya juga akan baik dan benar pula. Nggak bakal sifat dan sikap matre jadi bagian hidupnya. Kira-kira siapa mereka ini?
Mereka adalah cewek-cewek yang mempunyai mabda’ atau ideologi oke. Yup, ideologi itu adalah Islam sebagai the way of life. Kalo Islam yang dijadikan dasar dan sandaran dalam berbuat dan bersikap, sifat matre bakal ngacir jauh-jauh deh. Lha wong dalam Islam, materi itu bukan menjadi tujuan dan cita-cita hidup kok. Materi hanya sarana dan alat untuk meraih tujuan lain yang lebih indah? yaitu ridho Allah. Jadinya virus matre ini nggak bakal punya kesempatan untuk hinggap di benak orang-orang? yang beriman. Insya Allah. Catet itu yee. Awas kalo nggak dicatet. Ini bukan ngancem, cuma saran aja, karena biasanya lupa kalo nggak dicatet. Ehm.
Matre dan Islam
Cewek matre adalah anak turunan dari kapitalisme. Terus, gimana Islam menyikapinya ya? Gimana pula sebaiknya kita bersikap?
Matre yang bermakna materi dan bukan paham, diakui keberadaannya dalam Islam. Uang, harta, perhiasan, dan segala pernik-pernik kemewahan itu digambarkan oleh Allah sebagai bentuk ujian bagi hambaNya untuk menguji mana yang bertakwa or cuma sekadar boleh ngaku. Karena kan banyak tuh yang langsung silau bin lupa daratan ketika ujian berbentuk kemewahan menghampiri. Dia sudah langsung lupa aja bawaannya akan misi dan visinya dalam hidup. Seakan-akan harta dan dunia adalah segalanya.
Beda banget dengan orang bertakwa. Ia sadar bahwa semua materi yang dipunyainya berupa harta dan perhiasan adalah titipan Allah yang tidak kekal. Karena sifatnya yang fana inilah maka satu ketika mereka bisa musnah, hilang tak berbekas bila memang dikehendaki oleh Sang Maha Memiliki. Jadi ia akan menaruh semua benda materi itu di tangannya saja, bukan di hatinya apalagi di pikirannya.
Fungsi materi dalam Islam hanyalah sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Dan tujuan akhir seorang muslim adalah ridho Allah saja. Maka materi yang ia punya digunakannya untuk beramal di jalan Allah dengan banyak sedekah dan infaq. Kalo zakat mah emang sudah kewajiban untuk dibayarkan oleh pemilik harta yang mencapai nishab-nya, yakni batas jumlah harta yang bisa dikeluarkan untuk zakat.
Meteri yang dipunyai digunakannya untuk ikut membiayai perjuangan di jalan Allah. Kamu tahu Umar bin Khaththab? Beliau ini menginfakkan separuh dari hartanya untuk perjuangan di jalan Islam. Tapi ternyata kedermawanan ini masih kalah dengan sosok mulia Abu Bakar ash-Shidiq yang mengifakkan seluruh hartanya untuk kemenangan dakwah. Wuih…bisa nggak yah kita seperti ini?
Jadi ternyata materi itu diakui keberadaannya dalam Islam. Nggak salah kok kalo misalnya kamu pingin kaya dan berharta banyak, selama itu bukan dijadikan tujuan. Bahkan umat Islam kudu kaya dan banyak harta supaya bisa banyak infaq dan shodaqoh demi perjuangan menegakkan kalimat Allah. Tapi ingat bahwa itu semua kudu tetap mengikuti rambu-rambu syariatNya. Oke kan?
Cewek matre yang islami, emang ada?
Di atas tadi sudah ada contoh dari kalangan para cowok yang nggak matre. Para cewek pun nggak mau ketinggalan. Ketika Rasulullah mengumumkan bahwa dakwah membutuhkan dana yang besar, para muslimah dari kalangan shahabiyah langsung mempreteli alias melepaskan semua perhiasan yang ada di tubuhnya. Mereka dengan ikhlas memberikan semuanya untuk dakwah demi kemenangan Islam. Itu karena mereka tahu bahwa nilai perhiasan itu sangatlah kecil bila dibandingkan dengan ganjaran di surga kelak. Dan pastinya ganjaran ridho dan cinta dari Allah akan berlipat-lipat kita dapatkan dong ya.
Kamu tahu seorang wanita mulia bernama Khadijah r.a.? Beliau ini adalah wanita bangsawan yang kaya raya. Tapi tahukan kamu siapa yang dipilihnya sebagai suami? Adalah seorang pemuda miskin bernama Muhammad yang notabene adalah pegawainya. Padahal kalo beliau mau, bisa saja dipilihnya salah satu bangwasan terkaya di jamannya yang juga ingin menikahinya. Tapi ternyata ia memilih seseorang bukan karena harta dan kekayaannya, tapi karena akhlak dan agamanya.
Oya, pernah tahu kan dengan Fatimah az-Zahra putri Rasulullah? Beliau ini menikah dengan Ali bin Abi Thalib yang miskin. Karena miskinnya, sampai-sampai mahar penikahannya adalah sebuah cincin dari besi. Tidak berhenti di sini saja, karena miskinnya tangan Fatimah sampai bengkak-bengkak karena menumbuk gandum dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya. Meski putri Rasulullah yang merupakan pemimpin negara, tapi Fatimah hidup sederhana. Subhanallah.
Lalu ada juga wanita mulia bernama Zainab binti Jahsi. Ia menikah dengan mantan budak (maksudnya budak yang telah merdeka) yang hitam legam lagi miskin. Meski awalnya ia menolak karena status kebangsawanan dan kekayaannya, akhirnya ia pasrah apabila memang itu perintah Allah dan rasulNya. Subhanallah sekali kan?
Tuh kan, bagai langit dan bumi perbedaan cewek matre dengan sosok-sosok mulia itu.
Apa itu berarti kita tak boleh menikah dengan pemuda kaya? Bukan itu intinya, Non. Sah-sah aja kamu nanti punya suami yang kaya raya. Tapi jangan sampai mengutamakan kekayaan daripada akhlak dan kebagusan agamanya. Memang sih idealnya adalah udah kaya, agama bagus lagi. Hmm…cewek mana yang nggak bakal bilang “ho’oh� tuh?
Jangan lupa, Allah Maha Pembolak-balik hati. Ada kalanya seseorang yang awalnya idealis pingin punya suami yang agamanya bagus, berubah pikiran ketika ada pemuda tampan dan kaya naksir dirinya. Waduh, lupa deh dengan kriteria awal yang dipatoknya. Eh, ini bukan berarti kamu nggak boleh punya suami yang kaya dan cakep. Boleh aja kok selama suamimu itu muslim dan akhlaknya baik meski pemahaman agamanya masih biasa. Barangkali memang itulah yang terbaik untuk kamu yang telah diberikan oleh Allah Swt. Tul nggak?
Begitu juga ketika berteman. Awalnya pingin punya teman yang baik agamanya supaya bisa tertulari kebaikan juga. Tapi ketika ada teman tajir tapi agama kurang mendatangi, udah deh langsung lupa dengan tujuan semula. Ini bukan berarti kamu nggak boleh berteman dengan anak tajir loh. Cuma masalahnya kalo temanmu ini tajir tapi ternyata rusak akhlaknya, wah kamu kudu hati-hati deh. Jangan-jangan bukannya mengajak dia insaf malah kamu sendiri yang ikutan rusak. Duh, jangan sampai deh.
Finally
Jangan sampe deh kamu jadi generasi dengan gelar cewek matre. Nggak ada bagus-bagusnya tuh. Mending kamu jadi generasi dengan gelar cewek sholihah yang cerdas dan taat syariat. Wuih..te o pe be ge te tuh alias top banget. Materi adalah hal kecil dan remeh bagi kita. Ia bukan tujuan tapi sarana aja untuk mencapai ketakwaan.
Bila pun satu ketika nanti Allah mengaruniai kelebihan harta dan kita menjadi cewek tajir bin kaya raya (amin), kita nggak bakal gelap mata. Sebaliknya, kita akan menjadi pemurah terhadap orang tak berpunya dan pemurah pula dalam memberikan kontribusi dana bagi perjuangan dakwah. Toh, semua kekayaan yang bersifat materi itu cuma titipan aja yang bersifat fana alias nggak kekal. Masih ada kok kekayaan lain yang bakal menjadi bagian diri kita selamanya. Apakah itu? Yaitu kekayaan berupa iman, Islam dan ketakwaan. Ketiga hal inilah yang kekal menjadi milik kita dunia akhirat. Insya Allah jika kita ikhlas meraihnya.
So, bagi mereka para cewek matre, segera sadar dan insaf deh. Bukan nyuruh-nyuruh nih, tapi ngajak. Masih bagus tuh daripada disuruh ke laut aje. Iya kalo bisa berenang, kalo nggak kan bakal tenggelam tuh. Bisa berenang pun bakal capek deh di laut seluas itu. Sekarang mending jadi cewek sholihah aja yang cerdas dan taat syariat Islam. Bakal beruntung dunia-akhirat. Akur dong ya. Kudu atuh! Biar kompak. Hehehe.. [riafariana]
(Buletin STUDIA – Edisi 325/Tahun ke-8/22 Januari 2007)