gaulislam edisi 726/tahun ke-14 (13 Shafar 1443 H/ 20 September 2021)
Kalo ada teman kamu yang cowok, tapi dia cengeng, ingetin aja bahwa cowok itu mestinya lebih sabar dan tegar. Emang asik kalo ada teman kita yang cowok tapi mentalnya memble? Baperan, panikan, lalu nangis bombay (apalagi disertai guling-guling di lantai). Duh, kalo anak kecil, umur 2 tahun sih orang masih maklum. Lha, ini udah baligh. Apa nggak malu? Malu-maluin udah jelas. Nah, masalahnya kamu malu nggak kalo ngelakuin begitu? Kalo normal berpikirnya, kayaknya nggak bakalan melakukan kekonyolan tersebut.
Emang cowok nggak boleh nangis? Hehehe.. nangis karena inget dosa, ya bukan cengeng namanya. Nangis karena terharu dapetin kebahagiaan juga nggak terkategori cengeng. Cengeng itu lebih ke arah lemah semangat dan nggak bisa mandiri. Ini menurut KBBI, lho. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Emang ada pengertian lain di KBBI juga, yakni umumnya cengeng diartikan mudah menangis atau suka menangis serta mudah tersinggung. Namun, yang akan kita bahas di sini, pengertian yang lemah semangat atau nggak bisa mandiri. Nah, itu juga menurut KBBI, kategorinya masuk pengertian cengeng. So, cowok mestinya gagah dan tegar. Jangan melow, apalagi manja alias nggak mandiri.
Eh, emangnya masih ada yang begitu? Ada aja sih. Pernah nggak nemuin anak cowok yang nelepon mulu ke ibunya ketika dia ngadepin tantangan? Ada lho, anak cowok, udah jenjang SMA, masih juga minta solusi ke ortunya atas masalah yang sebenarnnya kalo dilihat itu biasa. Kan, lucu aja sih, dia nggak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Gara-gara marahan sama temennya, lalu bilang ke ortunya. Sendal ilang aja cerita panjang lebar sambil termehek-mehek. Idih, cowok apaan model gitu? Kan, bisa selesaikan sendiri. Minta baik-baik ke ortunya agar dikasih uang buat beli sendal. Simpel banget, kan?
Teryata menurut cowok mental cengeng, itu rumit. Sehingga kudu bolak-balik curhat ke ibunya atau ayahnya, sambil menyalahkan temannya dengan alasan ini dan itu. Aduh, nggak asyik banget model cowok kayak gitu. Mestinya, tegar hadapi kenyataan hidup. Cowok itu umumnya udah biasa menghadapi kesulitan atau bahkan terlatih berhadapan dengan ancaman. Kasihan ortumu kalo kamu udah segede gini masih aja membebani ortumu. Kapan dewasanya? Kapan mandirinya? Kapan bisa bantu ortu?
Jangan manja
Sobat gaulislam, menurut KBBI, manja itu artinya kurang baik adat kelakuannya karena selalu diberi hati, tidak pernah ditegur (dimarahi), dituruti semua kehendaknya, dan sebagainya. Ini bahaya lho. Apalagi sejak kecil diperlakukan begitu. Udah gede kemungkinan bakalan cengeng. Biasanya model gitu, akan menjadi egois. Nggak mudah menerima nasihat apalagi teguran. Sebab, dia udah terbiasa manja sejak kecil. Bahaya banget buat keberlangsungan masa depannya.
Ada yang model gini? Meski nggak banyak, tetapi ada aja. Saya sering menyaksikan yang model gini. Tampilannya sih layaknya anak SMA pada umumnya, tetapi pas menghadapi kenyataan yang nggak sesuai harapannya, semangatnya langsung down, melempem kayak kerupuk kena air. Jiwanya rapuh karena nggak biasa menerima kenyataan pahit. Sejak kecil, sangat boleh jadi hanya dikenalkan dengan “mudahnya mencapai apa yang diinginkan”. Nggak ditegur dan nggak diberikan fakta bahwa tak semua keinginan bisa terpenuhi. Jadinya ya Ambyar, dah!
Nah, kalo sekarang masih manja, kamu perlu benahi diri. Apalagi kini kamu udah hidup bersama teman lainnya. Jauh dari ortu, tak mudah pula untuk langsung terpenuhi setiap apa yang kamu inginkan. Realistis, Bro. Dunia tak selalu punya warna sesuai kesukaanmu. Hidup itu dinamis, dan kamu kudu menyesuaikan. Jangan sampai nggak siap ketika benar-benar hidup kamu susah tersebab tak pernah merasakan gimana beratnya menanggung kesusahan. Nggak ditempa dengan kehidupan yang sulit dan berat.
Oya, penyebab remaja menjadi manja bisa juga disebabkan orang tuanya yang terlalu cemas dan protektif. Khawatir anaknya sakit, khawatir anaknya sedih, dan kekhawatiran lainnya yang kemudian memunculkan orang tua yang protektif terhadap anaknya. Ujungnya, anak juga jadi peragu untuk melakukan sesuatu, dan akhirnya karena merasa selalu dipenuhi setiap keinginannya, tanpa disadari malah jadi manja. Ini juga perlu diwaspadai.
Kalo kamu merasa bahwa itu terjadi pada dirimu, segera lakukan pembenahan terhadap dirimu sendiri. Belajarlah dari temanmu yang sudah bisa mandiri dan nggak tergantung banget atau ngandelin banget orang tua dalam banyak hal. Malu atuh, udah gede masih bingung memutuskan sesuatu. Padahal, sesuatu tersebut sebenarnya sudah bisa kamu pilih sendiri dan jelas untung-ruginya. Jadilah orang yang bertanggung jawab, jangan malah jadi cowok cengeng. Ih, nggak banget!
Gagal itu biasa
Sobat gaulislam, jangan cengeng kalo kamu melakukan sesuatu dan ternyata gagal. Kenyataan tak sesuai harapan yang kamu idamkan. Nyesek juga sih kalo kayak gini kejadiannya, tetapi sebagai seorang muslim, dan juga sebagai cowok, kamu kudu sabar dan tegar. Jangan mudah menyerah. Lagian, gagal itu biasa, kok. Hal yang sangat boleh jadi dialami banyak orang yang memang berbuat sesuatu, orang yang berjuang. Wajarlah.
Kata pepatah, hidup ini nggak selamanya bisa memilih. Adakalanya kita harus rela menerima, sepahit apa pun kenyataannya. Nikmati saja. Nggak usah bingung, nggak usah jadi beban. Anggap saja kegagalan ini bagian dari dinamika hidup. Orang-orang yang lebih sentimentil suka bilang, ini seninya hidup. Duilee.. kedengarannya indah banget, ya? Tapi bagus tuh, selain menghibur diri, juga belajar menikmati dengan senang hati terhadap sesuatu yang sebenarnya tak kita inginkan dan tak kita harapkan.
Kamu pernah nggak dapetin angka delapan ngakak alias dapet nilai 3 pas ulangan matematika? Hehehe.. saya sendiri pernah dapet angka “0”. Ini bukan ketawa bangga, lho. Tapi berusaha untuk dinikmati saja sambil gondok tentunya. Saat itu saya tentu kecewa berat. Saya sempet down dan nggak mood ke sekolah. Waktu dapet angka “0” itu saya masih kelas 1 SD. Nggak seperti anak-anak lain yang lebih rileks meski dapet angka yang kurang bagus, saya malah kecewa karena khawatir kena marah ortu.
Begitu nyampe rumah, di luar dugaan ortu saya nggak marah. Ia cuma berkata, “Kamu masih punya harapan esok hari.” Ya, kalimat itu mampu membuat saya tegar. Saya mulai bisa menerima kenyataan bahwa tak selamanya yang kita impikan bisa dengan mudah diraih sesuai rencana dan harapan.
Nah, dalam kondisi seperti ini, yang diperlukan adalah keterlibatan orang lain. Bisa ortu, bisa teman, bisa juga guru kita di sekolah. Sebab, kalo kita punya masalah, maka kita tentunya terlibat secara emosi dan sangat boleh jadi akan sangat berpengaruh kepada tindakan kita. Itu sebabnya, kalo kita lagi punya masalah, bawaannya uring-uringan mulu, bete, nggak enak ati. Kalo dibiarin bisa tambah runyam tuh. Coba deh, kamu bisa lihat bahwa ada orang yang gagal terus kecewa berlarut-larut. Sampe males makan, males belajar, ogah bergaul, dan tak enak tidur. Kayaknya madesu alias masa depan suram.
Kondisi yang ‘mengkhawatirkan’ itu, biasanya karena kaget bin shock aja sih. Nggak rela dan nggak terima dengan kenyataan yang dihadapi. Bisa dibilang wajar. Karena tiap orang emang berbeda dalam cara meresponnya. Itu semua bergantung kepada pengalamannya dalam menikmati hidup ini. Bagi mereka yang kurang ‘terampil’ dan selalu lurus-lurus aja dalam hidupnya, maka bisa dipastikan, ia akan kaget berat. Beda ama yang udah pernah, atau malah terbiasa “pahit”, ia akan lebih dewasa dan bijak dalam bersikap.
Tapi yakinlah Bro, bahwa kalo kamu menghadapi persoalan sulit seperti itu, jika kamu harus menelan rasa kecewa yang emang pahit itu, nikmati sajalah sebagai bagian dari dinamika hidup kita. Nikmati apa adanya. Yakin saja bahwa kamu bisa lolos dari tekanan itu.
Rasa kehilangan akan harapan, rasa ketidakpastian, dan rasa kecewa karena gagal meraih harapan kudu kita jadikan sebagai hiasan dalam kehidupan ini. Suatu saat kita bisa ‘menjenguknya’, mempelajari dan memahami kenapa bisa terjadi. Itu akan memperkaya batin kita.
Bro en Sis rahimakumullah, dua hal yang perlu ditanamkan dalam diri kita adalah tawakal dan ikhtiar maksimal. Ya, tetap mengharap pertolongan Allah Ta’ala sambil berupaya maksimal agar kehidupan ini normal kembali, meskipun mungkin dalam beberapa kondisi kayaknya bisa dibilang tak menentu. Tapi yakinlah, itu hanya sementara waktu saja. Ibarat penyakit mah, dalam tahap pemulihan.
So, jangan terus mengurung diri dalam rasa kecewa yang amat dalam. Gagal itu biasa. Tapi berusaha terus, itu yang luar biasa. Yakin saja, bahwa peristiwa itu akan sirna seiring perjalanan waktu, kepedihan perlahan-lahan akan lenyap sejalan dengan berlalunya waktu. Karena emang kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
Oya, kamu juga bakal mengerti bahwa dalam upaya menghadapi sebuah kegagalan, kamu akan menjadi lebih kuat, lebih mudah beradaptasi, dan tentunya akan lebih pede menjalani hidup ini. Teruslah berusaha untuk berhasil. Lupakan kegagalan. Oya, kamu kudu berhenti juga mencari alasan untuk sebuah kegagalan.
Kenapa harus berhenti mencari alasan? Saya menemukan sebuah pernyataan bagus dalam sebuah artikel motivasi yang dikirim seorang teman via e-mail. Di situ disebutkan kalo kamu fokus mencari alasan untuk sebuah kegagalan, kamu bisa temukan berjuta-juta dengan mudahnya. Namun, alasan tetaplah alasan. Ia takkan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan. Kerapkali, alasan serupa dengan pengingkaran. Semakin banyak menumpuk alasan, semakin besar pengingkaran pada diri sendiri. Ini menjauhkan kamu dari keberhasilan; sekaligus melemahkan kekuatan diri sendiri. Berhentilah mencari suatu alasan untuk menutupi kegagalan. Mulailah bertindak untuk meraih keberhasilan.
Tak kalah penting dan sebenarnya ini yang utama, tetap jaga imanmu. Gagal itu biasa. Keimanan jangan hilang. Keyakinan kita kepada Allah Ta’ala yang Mahakuasa, jangan pudar. Itu sebabnya, jangan lemah semangat, apalagi sampe nggak bisa mandiri. Cengeng itu merugikan dirimu. Gagal mah biasa dan tak perlu bikin patah semangat bertahun-tahun. Masih ada harapan. Jangan putus asa. Optimis dengan terus berusaha, dan tentu saja yang utama adalah tawakal.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS ath-Thalaq [65]: 2-3)
Ini ujian. Bersabarlah. Jangan cengeng, Bro. Dunia ini adalah daarul ibtilaa’ (negeri tempat ujian dan cobaan). Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali.” (QS al-Anbiya [21]: 35)
Dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan radhiyallahu anhu ia berkata: Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.” (HR Muslim)
So,jangan cengeng, ya Bro. Cowok kudu sabar, tegar, dan tak mudah menyerah. Kalo gagal bangkit lagi, kalo jatuh segera bangun. Jangan manja dan jangan melempem. Tetap Semangat! [O. Solihin | IG @osolihin]