Friday, 22 November 2024, 03:51

edisi 026/tahun I (14 Rabiul Akhir 1429 H/21 April 2008)

Hari-hari gini, jantung kamu yang duduk di kelas 12 bisa jadi lagi sering berdetak keras. Dag dig dug…dher! Pastinya bukan karena dikejar utang atawa putus cinta, tapi karena jadwal Ujian Nasional (UN) udah di depan mata. Tepatnya tanggal 22-24 April 2008, kamu-kamu bakal menghadapi ?final battle’ yang katanya nentuin banget hasil belajar kamu selama tiga tahun di bangku SMA/SMK/MAN. Sementara itu kamu-kamu yang duduk di kelas 9, bakal ngadepin UAN pada tanggal 5-8 Mei 2008.

Yang bikin ujian nasional kali ini beda adalah jumlah mata pelajaran yang diujikan bertambah. Tahun lalu, untuk sobat muda yang duduk di kelas 9 – atau kelas 3 SLTP – hanya 3 mata pelajaran yang diujikan. Nah, tahun ini ditambah satu mata pelajaran lagi; Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dan buat kamu-kamu yang duduk di kelas 12, mata pelajaran ditambah pula. Dari yang tadinya cuma 3 kini jadi 6 mata pelajaran. So, kalian bakal diuji kemampuannya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, bahasa Inggris, fisika, biologi, en kimia.

Oya, yang bikin tambah deg-degan, bukan cuma jumlah mata pelajaran yang diujikan nambah, tapi standar kelulusannya yang juga ikutan naik. Yang tadinya 5,00 kini menjadi 5,25 dengan tidak boleh ada nilai di bawah 4,25.

Nah, kalo kriteria di atas tidak tercapai, maka ada kriteria kedua yang mensyaratkan: boleh terdapat nilai 4,00 hanya pada satu mata pelajaran yang di-UN-kan, dan 5 mata pelajaran lainnya harus mencapai nilai sekurang-kurangnya 6,00 dan mencapai nilai rata-rata minimal 5,25. Kebayang betapa kerja keras kudu dikerahkan abis-abisan. Tiga mata pelajaran aja ngos-ngosan apalagi ditambah?

Bingung UN

Terus terang aja, ujian nasional, sampai hari ini masih terus jadi perdebatan. Ada kalangan yang pro dan kontra terhadap ujian nasional. Mereka yang nggak setuju dengan adanya ujian nasional di antaranya beralasan kalo UN itu nggak fair. Bayangkan, kata mereka, hasil belajar bertahun-tahun baik itu di SD, SLTP atau SLTA dengan sekian macam mata pelajaran, tapi hasilnya hanya ditentukan oleh 3 sampai 6 mata pelajaran.

Menurut mereka itu nggak adil banget. Banyak pelajar yang berprestasi, jadi jawara sepanjang tahun, tapi keok di UN. Bahkan sampai kejadian nggak lulus. Bingung, kan?

Selain itu, standar kelulusan UN juga nggak memperhatikan kualitas sekolah. Begini ceritanya, di Indonesia itu masih banyak sekolah yang ketinggalan, baik sarananya maupun jumlah dan kualitas gurunya. Bayangin, ada sekolah yang satu guru bisa ngerangkep mengajar sekian mata pelajaran. Belum lagi dengan kondisi sekolah yang memprihatinkan. Jangankan punya laboratorium, lha wong gedung sekolahnya aja ada yang ambruk. Jangankan yang jauh di pelosok daerah, di Jakarta saja ada gedung sekolah dasar (SD) yang ambruk saking udah reyot-nya.

Ya, kondisi belajar-mengajar di tanah air yang ideal belum merata. Ada sih sekolah yang udah oke, tapi nggak sedikit yang masih ketinggalan. Tentunya nggak fair kalau semua dituntut untuk lulus dengan standar yang sama. Ibarat motor bebek 2 tak disuruh adu pacu dengan Ducati-nya Casey Stoner. Pastinya tuh motor 2 tak bakal ?pingsan’ keabisan nafas.

Yang terjadi kemudian adalah aneka kecurangan di lapangan. Banyak temen pelajar yang sudah lulus bisik-bisik kalo mereka dapat bocoran jawaban soal ujian ketika UN berlangsung. Ada yang dikirim via sms, ada yang lembaran kertas, ada juga yang diberitahu langsung jawabannya. Pelakunya? Guru-guru mereka sendiri. Waduh!

Menurut sumber yang bisa dipercaya, malah ada sekolah yang memerintahkan guru-guru mereka untuk mengoreksi hasil ujian para siswa sebelum disetor ke panitia ujian. Tujuannya tidak lain agar jumlah kelulusan di sekolah yang bersangkutan tinggi.

Tentang aneka kecurangan ini bukannya tidak ada yang melapor. Mungkin kamu masih inget ketika sejumlah guru yang idealis dari Komunitas Air Mata Guru mengadukan berbagai kecurangan saat UN berlangsung. Tapi, bukannya dihargai dan diperjuangkan, gara-gara itu sejumlah guru malah dipecat oleh sekolah tempat mereka mengajar. Sementara laporan kecurangan itu sampai sekarang nggak jelas juntrunganya. Ihik…ihik. Jadinya bener-bener banjir air mata.

Sekolah aja nggak cukup

Terus terang aja, yang namanya ujian atau ulangan bikin kita deg-degan. Apalagi ujian nasional yang nentuin kita lulus atau nggak. Banyak temen pelajar yang tegang bahkan takut menghadapi ujian nasional. Apalagi dengan standar kelulusan yang terus dinaikkin setiap tahunnya. Lha wong dengan standar rendah seperti beberapa tahun silam aja yang nggak lulu juga banyak, apalagi kalo dinaikkin.

Cerita takut nggak lulus nggak hanya dialami pelajar yang prestasi belajarnya biasa-biasa aja, apalagi yang kemampuan otaknya cekak. Tapi mereka yang berprestasi juga ikutan tegang, lho! Nggak ada jaminan kalo rapor dan ulangan harian yahud maka bakal lolos dari hadangan ujian nasional. Beberapa tahun silam, ada pelajar berprestasi di sebuah SMA di Jakarta, selalu masuk peringkat 3 besar, dapat jatah PMDK (Penelusuran Minat Dan Kemampuan) hanya bisa termangu, tidak lulus UN karena nilai matematikanya 4. Ihik…ihik.

Lebih parah lagi ada seorang pelajar yang sampe nekat bunuh diri gara-gara tidak lulus. Sebelumnya ia ingin mengikuti ujian Paket C tapi orangtuanya nggak sanggup, karena tidak punya biaya. Sang pelajar akhirnya putus asa dan nekat mengakhiri hidupnya karena malu tidak lulus sekolah. Bagaimana tanggapan pemerintah? Adem ayem tuh. Seperti kata pepatah, anjing menggonggong, kafilah berlalu.

Guyz, demi menghadapi hadangan ujian nasional, banyak temen-temen kelas 9 dan 12 yang membekali diri dengan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Lho, apa bimbingan guru di sekolah kurang?

Kayaknya itu yang dirasakan oleh banyak pelajar. Tanpa bermaksud merendahkan jasa bapak dan ibu guru, nggak sedikit pelajar yang ngerasa bahwa untuk menghadapi UN nggak cukup hanya mengandalkan bimbingan di sekolah. Apalagi, dirasakan oleh banyak pelajar kalo bimbel di luar sekolah itu lebih menarik, kreatif dan bervariasi latihan soalnya. Maka menjamurlah aneka bimbel di tanah air. Peminatnya pun membludak.

Peserta bimbel nggak cuma mereka yang ngerasa otaknya cekak, tapi para pelajar yang udah berprestasi juga ikut bimbel. Pasalnya mereka pasang target bukan sekadar lulus UN, tapi juga jebol SPMB ke PTN favorit mereka.

Tentu aja hal yang kayak begini menyisakan persoalan. Berarti selama ini kegiatan belajar-mengajar di sekolah jangan-jangan kurang menarik bagi siswa, kurang atraktif dan miskin latihan soal sehingga siswa milih bimbel. Waduh, gimana mau mendongkrak kelulusan?

Selain itu, ikut bimbel berarti kan pengeluaran ekstra. Dan itu relatif nggak murah. Nggak semua orangtua mampu memasukkan anaknya ke bimbel. Bagaimana dong nasib para pelajar yang ortunya nggak mampu memasukkan anaknya ke bimbel?

Perbaiki keadaan

Guyz, bagaimanapun juga ujian emang kudu ada. Pelajar harus menempuh ujian untuk mengetahui hasil belajar mereka; apakah bener-bener serius atau jangan-jangan cuma numpang ngisi absen lalu selebihnya jajan, maen, dan ngeceng. Akan tetapi ujian itu harus menyeluruh dan lengkap. Nggak cuma segelintir mata pelajaran yang diujikan, karena itu nggak mewakili seluruh mata pelajaran yang diajarkan selama bertahun-tahun.

Tapi sebelum ngomong soal ujian, seharusnya pemerintah terlebih dahulu memperbaiki dunia pendidikan. Seperti sarana sekolah; gedungnya yang layak, laboratorium yang memadai, alat-alat peraga, dan pastinya guru-guru yang berdedikasi tinggi untuk mengajar lagi berkualitas.

Terlebih lagi, tujuan pendidikan itu seharusnya menciptakan pelajar yang berkepribadian islami. Yakni insan yang cara berpikirnya Islam dan bersikapnya pun islami. Artinya pelajar tuh kudu jadi insan yang baik luar-dalam; be smart and be a good student. Sayang sekarang ini, dunia pendidikan kita baru bisa mencetak pelajar yang pinter. Ukurannya apalagi kalo bukan indeks prestasi, peringkat di kelas, dan nilai ujian nasional. Sementara itu akhlaknya dan ibadahnya belum tergarap. Banyak lho pelajar SLTA yang belum lancar baca al-Quran, belum lagi yang suka pacaran, nge-dugem, ataupun tawuran.

Nah, karena sekolah kita melulu disuruh ngejar nilai, maka orang suka ngambil jalan pintas; berbuat curang. Di antaranya ya ngebocorin soal ujian dan kunci jawabannya. Ampun!

UN juga jadi ukuran bahwa selama ini selalu hasil akhir yang diperhitungkan, bukannya proses belajar. Padahal banyak siswa baik en pinter berguguran di UN, atau hasilnya nggak bagus meski mereka jawara kelas.

Para pelajar juga dibikin mabok dengan hasil akhir UN. Maka begitu dinyatakan lulus aneka selebrasi yang nggak pantas pun digelar; coret-coretan baju, pawai keliling kota, dsb. Tanpa mereka mikir apakah selama belajar di sekolah mereka beneran belajar atau sekadar main. Atau mau ngapain juga setelah lulus sekolah. Tapi yang penting; lulus! Musibah deh.

Berjuanglah sobat!

Kita tentu kepengen kegiatan belajar mengajar itu enak dan menyenangkan. Tapi apa boleh buat inilah sekarang keadaannya. Kita belum bisa nih melepaskan diri dari keadaan yang nggak ideal, malah menyesengsarakan banyak pihak. So, buat kamu yang bentar lagi ngadepin UN, bagaimanapun kudu berjuang.

Pertama, kuatkan niat dan tekad. Yakinkan dirimu bahwa tujuan kamu bersekolah adalah menjadi insan cendekia yang bertakwa. Bahwa kamu kudu jadi muslim yang cerdas dan berguna. Sabda Nabi saw.: “Manusia yang paling utama adalah orang beriman lagi berilmu yang jika dibutuhkan bisa membantu dan jika ditinggalkan sendiri ia bisa mengurus dirinya sendiri.”

Jadi juara atau lulus UN dengan nilai tertinggi emang asyik. Tapi kalo untuk kepuasan sendiri, bukan untuk kebanggaan umat Islam itu namanya egois. So, berjuang lulus UN itu adalah untuk kebaikan kaum muslimin.

Kedua, kerja keras. Pokoke gebet abis semua materi ujian. Jika memang kamu ngerasa bimbel di sekolah kurang, nggak ada salahnya kamu juga ikut bimbel di berbagai lembaga bimbel yang ada. Tentunya pilih bimbel yang kualitasnya oke dan terjangkau pula biayanya. Tapi kudu inget jangan sampai kamu pake acara maksa-maksa ortu untuk ikut bimbel kalo ortu emang nggak punya biaya.

Lengkapi pula belajarmu dengan aneka latihan soal. Di toko-toko buku banyak lho dijual bank soal UN. Kamu bisa beli atau pinjam ke kakak kelas untuk dipakai berlatih. Tapi kalo minjem jangan lupa balikin lagi setelah ujian.

Ketiga, atur waktu dan jaga kesehatan. Jangan karena belajar keras kamu jadi lupa kontrol kesehatan dan ngatur waktu. Istirahat juga perlu, demikian pula asupan makanan bergizi. Banyak remaja yang kelewat ngotot belajar eh pas ujian ambruk; sakit.

Keempat, minta restu orangtua. Yup, dukungan orang tua perlu banget. Minta mereka mendoakan kamu agar lulus dan jadi pelajar yang oke.

Kelima, banyak mendekatkan diri kepada Allah. Bagusnya sih nggak cuma pas waktu mau UN doang. Setiap saat perbanyak ibadah dan berdoa kepadaNya. Sabda Nabi saw.:“Mintalah kepada Allah dari anugerahNya, sesungguhnya Allah senang untuk diminta.” (HR Tirmidzi)

Jangan lupa jauhi perbuatan haram dan kemaksiatan. Karena perbuatan itu bisa membuat Allah Swt. tidak ridlo, dan Dia bisa saja menggagalkan segala usahamu. So, selamat ujian! [iwan januar]

1 thought on “Dag-Dig-Dug Ujian Nasional

Comments are closed.