Sunday, 24 November 2024, 10:19

gaulislam edisi 324/tahun ke-7 (5 Rabiul Awwal 1435 H/ 6 Januari 2014)

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Alhamdulillah jumpa lagi ya di hari Senin, hari terbitnya gaulislam di setiap pekan. Kali ini (Senin, 6 Januari 2014) gaulislam udah edisi ke-324 lho. Artinya, sudah 324 pekan gaulislam nonstop menemani kamu semua dengan beragam artikel seputar remaja dan keislaman. Alhamdulillah, atas izin Allah Ta’ala buletin kesayangan kamu ini nggak pernah absen menemani kamu belajar Islam. Oya, khusus untuk edisi cetak memang tak setiap pekan terbit. Kalo kamu semua liburan sekolah ya edisi cetaknya ikutan libur. Tetapi kalo edisi internet tetap terbit terus. Itu udah komitmen kami untuk tetap memberikan yang terbaik buat kamu semua, remaja muslim dambaan umat. Cieee.. keren banget kedengarannya ya?

Oke deh, edisi kali ini kita akan bahas fenomena remaja dan kondisi terakhir kehidupan kita secara umum. Kalo fenomena remaja sih sebenarnya dari tahun ke tahun nyaris nggak ada beda. Maksudnya, masalah yang dihadapi dan jadi pembahasan selalu berkaitan dengan pacaran, musik, pertemanan, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan guru, tawuran, narkoba, seks bebas, hedonisme dan sejenisnya. Jika pun ada hal baru sebenarnya itu hanya “faktanya” saja alias kulitnya aja. Tetapi isi or esensinya tetap sama.

Kalo saat ini remaja cewek yang alay dan cenderung memamerkan auratnya serta bertingkah bak orang yang murahan, lalu dikenal dengan nama “cabe-cebean” atau yang cowoknya dengan jenis seperti itu dinamai “terong-terongan”, itu karena kondisinya yang mungkin pas dengan jaman sekarang. Padahal, fakta kayak gitu di tahun 1990-an juga udah ada. Jadi, nggak ada yang aneh sebenarnya. Tetapi harus diakui dampaknya kini lebih parah karena dibantu media sosial di internet dan juga media massa lainnya. Sehingga terkesan heboh dan lebih memberikan pengaruh besar.

Di awal tahun 2014 ini, selain masalah remaja yang makin menggila, kita juga disuguhi dengan problem ekonomi. Epiji 12 kg naik melambung tinggi, tetapi pemerintah tak berkutik dengan alasan hal itu bukan kewenangan mereka. Harga epiji yang 12 kg itu memang bukan subsidi. Sehingga pemerintah tak bisa berbuat banyak saat Pertamina menaikkan harga. Ini sebenarnya baru satu babak lho. Di babak berikutnya, pemerintah juga berencana menaikkan tarif listrik untuk industri hingga empat kali selama 2014 ini. Ya, begitulah. Selain itu, menjelang Pemilu pada April 2014 ini suka banyak yang aneh-aneh. Parpol mulai berebut pengaruh, berebut kebijakan dan berebut pencitraan. Bukan tak mungkin lho kalo nanti menjelang Pemilu pada April 2014 itu, bisa saja banyak harga-harga tertentu bisa diturunkan oleh pemerintah (tepatnya partai pemerintah), sambil berharap rakyat kemudian terpedaya sehingga akan memilih partai yang berkuasa di pemerintah. Ini kemungkinan lho. Bukan hal yang mustahil. Tetapi, pastinya kita liat aja deh. Wait and see.

 

Habis Cesar terbitlah Oplosan

Kerusakan akhlak di negeri ini terus berlanjut, pemicunya tetap acara-acara televisi yang menayangkan asusila. Masyarakat dicekoki dengan beragam kemaksiatan—atau minimal hal-hal yang tak bermanfaat. Belajar agama malas, tetapi jika diajak hiburan sregepnya bukan main. Goyang Cesar sempat bikin wabah. Anak sekolah, guru, polisi, bahkan ibu-ibu rumah tangga ikutan memeragakan goyangan kayak orang gila itu. Dipadu dengan musik dangdut jenis koplo dan lirik yang membangkitkan birahi, jadilah goyang Cesar cetar membahana. Iringan musik dangdut yang menyertainya memenuhi udara dan menyesaki setiap ruang kehidupan, menyebarkan hawa panas miskin manfaat, bahkan di beberapa tempat digunakan untuk menemani ajang baku syahwat bertabur maksiat. Naudzubillah.

Setelah Cesar berjaya, menjelang akhir tahun 2013 kemarin, muncul lagi goyang Bang Jali dan Goyang Oplosan. Televisi yang menyebarkannya pun sama. Orang-orang di belakang acara tersebut emang doyan membuat label-label goayangan tertentu yang kontennya bernuansa pornoaksi. Memang bukan lagi remaja yang ikut nimbrung di acara itu, di dalam studio televisi yang menyiarkan acara tersebut, kalo kamu saksikan banyak juga yang pecicilan itu adalah ibu-ibu, ada juga di antara mereka yang berkerudung. Aduh, memalukan! Bapak-bapaknya juga nggak ketinggalan. Jadi sebenarnya saat ini yang disasar bukan saja remaja, tetapi kalangan yang udah mulai mapan. Mereka dipaksa untuk menerima tren hiburan jenis itu. Seolah tak ada pilihan lain untuk menghibur diri. Ya Allah, ini sudah jelas-jelas kerusakan dan mengapa banyak umat Islam yang berdiam diri atas kerusakan ini?

Soimah (ini nama sebenarnya bagus, wanita yang berpuasa), tetapi kelakuannya pada acara YKS di Trans TV dan acara sejenis yang dilakoninya membuat citra dirinya hancur lebur. Apalagi Goyang Oplosan (lagu yang dibesutnya) memeragakan gerakan-gerakan sensual. Entah sudah berapa ribu korban yang berhasil tergoda—atau setidaknya keenakan dengerin lagunya dan melihat goyangannya. Sebabnya, bukan saja karena hampir saban hari tayang di televisi tertentu, juga adanya situs penyedia tayangan video semacam youtube menjadi sarana penyebar-luasan aksi mereka. Ditambah lagi share ke twitter dan facebook. Walhasil, kemaksiatan itu dengan cepat mewabah mempengaruhi cara pandang masyarakat kita. Bahaya!

 

Proyek terorisme yang terus berlanjut

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kalo kamu rajin memperhatikan berita, selain kerusakan akhlak, juga soal politik dan proyek terorisme. Kamu tentunya bakalan ngeh dengan penggerebekan terduga teroris di Kampung Sawah, Ciputat di malam tahun baru dan menjelang pagi hari tahun baru (31 Desember 2013 hingga 1 Januari 2014). Sebenarnya banyak keanehan bin kejanggalan kok, cuma media massa pada umumnya cenderung satu arah dalam memberitakan masalah ini dengan sumber informasi dari kepolisian.

Saya sebenarnya hampir mendapat kesempatan untuk mengetahui lebih lanjut soal kejanggalan tersebut. Sabtu, 4 Januari 2014 lalu di sebuah grup facebook yang saya ikuti diumumkan bahwa akan ada obrolan membahas tema tersebut, dihadirkan banyak wartawan muslim. Sayangnya, saya nggak dapat kesempatan tersebut karena berbagai kendala. Beruntung seorang teman di grup itu kemudian menuliskan hasil pertemuan dalam acara itu. Isinya saya kutipkan saja di sini ya, semoga informasi yang sedikit itu bisa membuka wawasan kita dan cara pandang kita. Sebab, ini disampaikan langsung oleh pelaku media massa yang meliput penggerebekan tersebut.

Ini kutipan di grup itu yang ditulis seorang teman saya: Misi proyek terorisme global tetap saja 3-G: Gold, Gospel, Glory. Di jaman kini, Gold identik dengan minyak (emas hitam) dan dolar. Gospel ya Sipilisasi (termasuk di dalamnya deradikalisasi) dan diboncengi Kristenisasi. Glory ya hegemoni pasar. Di Indonesia, proyek terorisme bermuatan kepentingan: fundraising budget Polri (untuk mencairkan dana luar/dalam negeri), pertarungan karier dan kuasa elite Polri yang juga bisa mengandung sentimen agama, eskavasi (pengalihan) isyu. Karena itulah, operasi terorisme terus dibutuhkan, walaupun skenarionya semakin konyol seperti yang terjadi di Kampung Sawah Ciputat.

Syahdan, 2 tersangka penembak polisi di Pondok Aren, sudah ditangkap. Eh, tahu-tahu mereka menjadi bagian dari 6 ‘teroris’ yang ndekem di Ciputat. Kontrakan ‘teroris’ itu sudah dikawal polisi sejak H-3. Pada hari-H (31/12), sejak pagi pasukan penyerbu sudah siaga. Malam hari baru brang-breng-brong katanya perang sama ‘teroris’. Nggak tahunya, penyerbuan tertunda karena menunggu ‘pasukan bodrex’ Ecep Yasa (TV-One) dan sejenisnya untuk menyelenggarakan siaran langsung seperti di Wonosobo dan Temanggung dulu. Oya, soal orang yang katanya ‘teroris’ itu, gimana mau dibilang ‘syuhada’, wong 2 ‘teroris’ itu suka nongkrong dan minum bir sama pemuda setempat. Dan ketika para ‘teroris’ tewas dalam posisi ngumpul entah di kamar mandi entah di ruang depan, kemungkinan mereka sudah dibunuh duluan baru mayatnya dipajang di rumah itu. Sama seperti kasus Temanggung (Ibrohim tukang kembang yang sempat dikatakan sebagai Noordin M Top). Sama juga kasus Atrium Senen (Ismar Latif, saya pernah mewawancarai keluarganya di Bengkulu). BTW, ini maksudnya teman saya yang mewawancarai yang menuliskan informasi tersebut. Saya kutip seadanya.

Maka dari itu—teman saya kembali menuliskan—maaf, foto semacam ini jangan disebarluaskan, karena insults our intelligence and makes us very angry (Don Michael Corleone). Hehehe… ngerti kan kamsud, eh maksudnya? Teman saya itu, selain menuliskan pendapatnya panjang lebar, juga menampilkan sebuah foto yang isinya ada semacam ungkapan selamat jalan bagi para ‘syuhada’ dalam kasus Kampung Sawah Ciputat tersebut. Nah, karena diminta foto tersebut jangan disebarluaskan, maka saya tidak menyebarkannya di sini. Memang akan kedengaran jadi aneh nantinya. Tapi sudahlah, proyek terorisme di Indonesia seperti yang ditulis teman saya di atas, memang punya misi penggalangan dana kok dan juga opengalihan isyu. Intinya, jangan mudah percaya dengan pemberitaan seputar terorisme. Oke?

 

Lalu, kita harus ngapain?

Jangan diam aja. Kalo udah tahu kondisi kehancuran akhlak terus berlangsung, perang opini dan upaya pencitraan negatif terhadap umat Islam melalui proyek terorisme, kondisi ekonomi dan politik yang nggak menentu menjelang Pemilu pada April 2014 ini, kita harus berupaya keras membendungnya. Syukur-syukur bisa mengubah kondisi-kondisi tersebut. Jangan bengong planga-plongo kayak sapi ompong dan kambing peot begitu, Bro en Sis.

Kita harus bergerak? Seperti apa gerakan yang bisa kita lakukan? Yang jelas bukan goyang itik, goyang cesar atau goyang oplosan. Gerakan kita adalah upaya untuk mencerdaskan diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Minimal banget mereka nggak ikut-ikutan larut dalam kemaksiatan yang ada, langkah selanjutnya mengajak mereka untuk berubah. Jika tidak bisa, setidaknya kita sudah menyebarkan dakwah kepada siapapun agar kaum muslimin tak menjadi korban pembodohan dan rekayasa media massa untuk menjauhkan umat dari pemahaman agama yang shahih dan jelas.

Mulai dari mana? Nggak usah ribet. Mulai saja sekarang dengan sadar diri untuk mengkaji Islam. Sudah sangat banyak kajian keislaman di sekitar kita. Ikuti yang benar dan jangan ikuti yang salah. Lihat orang-orang yang mengajarinya, lihat perilaku kesehariannya. Kalo kamu masih bingung menentukan langkah, silakan ikuti yang sudah jelas identitasnya. Jangan yang abal-abal. Mulailah dari ikutan kegiatan rohis atau remaja masjid yang ada pembimbingnya yang diketahui jatidirinya oleh masyarakat secara umum. Belajarlah tentang keislaman secara menyeluruh, yakni dari akidah, syariat, kepribadian, dakwah, pendidikan, sosial, hukum, ekonomi, politik, dan sejenisnya yang memang mencakup segala hal yang diajarkan Islam.

Masih bingung juga? Ya sudah, pelan-pelan aja dulu. Ikuti temanmu yang sudah lebih dulu baik dan aktif di rohis. Kamu bisa mulai belajar darinya. Insya Allah suatu saat nanti kamu bisa juga memilih dan memilah mana yang harus diikuti, mana yang tak perlu diikuti. Oke?

Sobat gaulislam, terakhir, di tengah kondisi yang tak menentu di berbagai sisi ini, tetaplah berpegang teguh kepada Islam, bukan kepada yang lain. Jangan mudah percaya dengan beragam informasi yang bisa menyesatkan, apalagi jika itu datangnya dari media massa saat ini yang sering menjelek-jelekkan Islam dan kaum muslimin. Waspadalah

Allah Ta’ala befirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS al-Hujuraat [49]: 6)

Nah, untuk para pelaku maksiat, sadarlah, bahwa apa yang kalian tampilkan selama ini di televisi dan media lainnya, bisa berdampak buruk bagi kalian sendiri suatu saat nanti. Ingatlah hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, “Siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang baik kemudian beramal dengannya, maka ia mendapat balasannya (pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikitpun,” (HR Ibnu Majah)

Kalo kita menyampaikan kebaikan, ada pahala yang tak putus karena berbagi ilmu. Tetapi kalo kita berbagi kemaksiatan, waduh bahaya Bro en Sis. Jadi, tetaplah beriman kepada Allah Ta’ala, ikuti aturan-Nya. Jangan mudah tergoda untuk berbuat maksiat, dan sebaliknya: jadilah pejuang dan pembela Islam dan kaum muslimin. Ayo semangat belajar Islam! [solihin | Twitter @osolihin]

1 thought on “Dari Goyang Oplosan sampai Proyek Terorisme

Comments are closed.