Friday, 22 November 2024, 06:12

gaulislam edisi 756/tahun ke-15 (17 Ramadhan 1443 H/ 18 April 2022)

Kalo deketan itu biasanya jadi tahu, jadi paham, jadi cinta. Ketika kita berteman dengan seseorang, maka kita akan berusaha mendekatinya, lalu bisa tahu tentang dia, bisa memahami apa yang dia mau, bisa percaya, dan bisa tumbuh rasa cinta. Begitu biasanya. Walau, tentu ada batasan dan aturan yang wajib dipatuhi. Terutama kalo itu berteman dengan lawan jenis. Sebenarnya berteman dengan sesama jenis juga ada aturan dan batasan, jangan sampe nanti malah deket banget yang identik dengan suka sejenis. Wah, ini sih bahaya banget, dong. Eh, tapi kita nggak bakal bahas yang ini, ya.

Sobat gaulislam, al-Quran adalah pedoman hidup kita sebagai muslim. Petunjuk ke jalan yang benar. Itu sebabnya, dekatlah dengan al-Quran agar hati jadi tenang, pikiran jadi benar. Sebab, al-Quran akan membawa kita pada kebaikan. Makin dekat dengan al-Quran makin terasa nikmat. Membacanya saja berpahala, apalagi mengetahui isi dan maknanya, bakalan tambah ilmu dan wawasan kita, yang ujungnya makin nggak bisa lepas dari al-Quran. Jika sudah demikian, berarti kita sangat dekat dengan al-Quran dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Semoga demikian, ya!

Syaikh Khalid al-Anshori, yang cuitannya di twitter dikutip akun TwitUlama, mengatakan bahwa di antara tujuan utama membaca al-Quran agar mendapatkan: ilmu, beramal, pahala, bermunajat, berobat, kebaikan, dan syafaat. Tuh, ini sekaligus menunjukkan bahwa membaca al-Quran itu banyak manfaatnya. Nah, mumpung di bulan Ramadhan, perbanyaklah tilawah al-Quran, ya. Ramadhan juga bulan turunnya al-Quran. Semoga barokah dan pahala berlimpah. Amiin ya robbal ‘alamiin.

Beneran ini. Jangan sampe malas kalo disuruh baca al-Quran. Meski demikian, nggak perlu juga sih dipaksa-paksa pake ancaman untuk membaca al-Quran. Intinya, raih kebaikan dengan hati yang ikhlas. Sebab, kita yang butuh dengan al-Quran, bukan al-Quran yang butuh kita. Meski demikian, tentu saja kita harus mengupayakan (walau merasa terpaksa di awal) untuk mulai membacanya, memahaminya, dan yang terpenting mengamalkan ilmu yang sudah didapat dari al-Quran.

Bacalah al-Quran, terus dan terus

   Nggak ada ruginya membaca al-Quran. Setiap hurufnya diganjar pahala sepuluh kebaikan. Beda kalo kita baca buku atau baca-baca komen di medsos. Nggak ada dalil yang menyebutkan akan mendapatkan pahala. Kalo manfaat dari membaca buku atau berita atau komen di medsos, insya Allah ada. Tetapi pahala sebagaimana jika kita membaca al-Quran, bisa jadi nggak kita dapatkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari al-Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

So, semangat membaca al-Quran. Mumpung bulan Ramadhan. Pahala akan berlimpah kita dapatkan. Tentu saja jika kita ikhlas karena ingin mendapatkan keridhaan Allah Ta’ala. Firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathir [35]: 29-30)

Dinukil dari laman muslim.or.id, Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Qatadah (wafat: 118 H) rahimahullah berkata, “Mutharrif bin Abdullah (Tabi’in, wafat 95 H) jika membaca ayat ini beliau berkata: “Ini adalah ayat orang-orang yang suka membaca al-Quran” (Lihat kitab Tafsir al-Quran al-Azhim).

Imam asy-Syaukani (w: 1281H) rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah terus menerus membacanya dan menjadi kebiasaannya.” (Lihat kitab Tafsir Fath Al Qadir)

Nah, setiap kali bertambah kuantitas (jumlah) bacaan al-Quran, maka akan dilipatgandakan lagi pahalanya. Kian banyak. Tamim ad-Dary radhiyalahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Shahih al-Jami’, no. 6468)

Oya, beruntung bagi kita yang rajin melaksanakan shalat. Sebab, dalam  shalat kan ada membaca al-Quran juga, maka pahala akan terus ditingkatkan. Beneran. Pahala akan berlimpah, dan tentu saja hasil panen sendiri, buah dari ketaatan dan keikhlasan kita.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maukah salah seorang dari kalian jika dia kembali ke rumahnya mendapati di dalamnya 3 onta yang hamil, gemuk serta besar?” Kami (para shahabat) menjawab: “Iya”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Salah seorang dari kalian membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada mendapatkan tiga onta yang hamil, gemuk dan besar.” (HR Muslim)

Jangan abaikan al-Quran

Sobat gaulislam, bersyukur dan berbahagialah kalo kita termasuk orang yang senantiasa membaca al-Quran, rajin menelaah isinya, mengamalkannya, dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Namun, jangan sampe deh kita mengabaikan al-Quran.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Rasul (Muhammad) berkata: ‘Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Quran ini diabaikan.” (QS al-Furqan [25]: 30)

Seperti apa sih perbuatan mengabaikan al-Quran itu? Begini. Menurut Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah ada beberapa perbuatan manusia yang dapat dikategorikan sebagai pengabaian terhadap al-Quran, di antaranya:

Pertama, tidak mendengarkan, tidak mengimani, dan tidak memerhatikan al-Quran. Kedua, tidak mengamalkan ketentuan halal-haram di dalam al-Quran, meski ia sudah membaca dan mengimaninya. Ketiga, tidak memutuskan hukum berdasarkan al-Quran. Keempat, tidak menghayati, memahami dan mengetahui maksud pernyataan-pernyataan yang diungkapkan dalam al-Quran. Kelima, tidak menjadikan al-Quran sebagai terapi dari segala pemyakit hati, malah mencari penyembuhan dari selainnya. (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalam kitab Fawaidul Fawaid, hlm. 141-142)

Bro en Sis, perlu kamu tahu juga lho, bahwa kalo mengabaikan (apalagi melupakan) al-Quran, maka kita bakalan salah jalan alias tersesat. Padahal al-Quran adalah petunjuk. Memberikan pencerahan ke jalan yang lurus. Ibarat penunjuk jalan ketika kita berada di perjalanan, tetapi kita mengabaikan petunjuk jalan tersebut, maka sangat mungkin akan salah arah. Pernah nggak kesasar di perjalanan? Nah, apalagi dalam urusan kehidupan dunia dan akhirat. Lebih bahaya kalo nggak tahu jalan.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada thagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS an-Nisaa [4]: 60)

Kalo kita mengabaikan atau melupakan al-Quran, juga akan berdampak pada sempitnya kehidupan kita. Kita sudah dikasih tuntunan, tetapi nggak diambil tuntunan tersebut. Nggak dikuti petunjuknya. Bahaya, Bro en Sis.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku (al Quran), maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha [20]: 124)

So, waspadalah. Dekatlah dengan al-Quran, sempatkan waktu untuk membacanya setiap hari (jangan nyari sempatnya), pahami isinya, amalkan tuntunannya. Kalo kita sengaja melupakan al-Quran, itu juga berarti kita meninggalkan hal yang bermanfaat dan menggantinya dengan kerusakan bin keburukan. Itu sebabnya, ketika kita jauh dari al-Quran, berarti sedang menempuh jalan keburukan.

Menurut KH Zainuddin MZ, dai kondang di tahun 1990-an sampai awal tahun 2000-an, beliau menyampaikan dalam salah satu ceramahnya bahwa “menjauhkan manusia dari aturan agama pada hakikatnya sama dengan usaha membinatangkan manusia. Bahkan kalo manusia sudah jauh dari aturan agama, sanggup berbuat lebih buas daripada binatang.”

Bener ini. Kita bisa lihat manusia yang jauh dari aturan agama (al-Quran dan as-Sunnah), maka hidupnya nggak punya tujuan jelas. Hanya berpikir sesaat dan sesat pula. Nggak mau diatur dengan kebaikan.

Oya, yang dimaksud membinatangkan manusia itu, menurut KH Zainuddin MZ, menjadikan karakter manusia seperti binatang. Beliau mencontohkan, kalo bajing itu paling makanannya cuma kelapa. Namun bajingan, kabel telepon juga bisa dimakan. Mungkin maksudnya bisa dicuri lalu dijual. Bajingan juga bisa berbuat lebih dari bajing. Ada tuh bajing loncat yang suka nyuri barang orang di mobil truk.

Selain itu, banyak kebiasaan buruk atau sesuatu yang diidentikkan dengan keburukan yang disematkan kepada manusia menggunakan nama-nama hewan. Misalnya, “akal bulus” (untuk menyebut orang yang licik); “dikadalin” (diperdaya atau ditipu); “kumpul kebo” (bagi laki-perempuan yang hidup serumah tanpa nikah); “ayam kampus” (nyebut mahasiswi yang melacurkan diri); “buaya darat” (buat lelaki hidung belang); atau ada peribahasa “bagai kerbau dicocok hidung”, dan masih banyak lagi. Silakan kamu cari sendiri. Intinya, ketika manusia jauh atau dijauhkan dari ajaran agama (Islam), maka akan menyebabkan manusia tersesat.

Itu sebabnya, kalo ingin memanusiakan manusia, jalan yang benar adalah mendekatkan manusia dengan ajaran agama Islam. Kitab al-Quran jadi pedoman, jadi jalan hidup. Dekatlah dengan al-Quran agar mendapat petunjuk, selamat di dunia dan di akhirat. Kalo jauh dari al-Quran, berarti bakalan tersesat jalan. Di dunia sengsara, di akhirat celaka. Naudzubillah min dzalik. [O. Solihin | IG @osolihin]