Thursday, 21 November 2024, 18:22

logo-gi-3 gaulislam edisi 135/tahun ke-3 (10 Jumadits Tsaaniy 1431 H/ 24 Mei 2010)



Kematian paranormal Mama Lauren pekan kemarin ternyata jadi ajang cari jimat. Gimana nggak, sisa kain kafan untuk membungkus jasad Mama Lauren diperebutkan warga yang ikut melayat. Hingga akhirnya ada pihak keluarga yang kepikiran untuk menjaga makam Mama Lauran selama 40 malam. Tujuannya, supaya tidak ada orang-orang yang membongkar makamnya. Hmm.. konon menurut keyakinan sebagian orang, terutama penganut ilmu hitam, kain kafan dan tali pocong dari orang yang diyakini punya ilmu tertentu bisa membuat dirinya makin digdaya. Ah, yang benar saja, Bung!

Kematian Mama Lauran mengundang kontroversi. Kalo saya menyimak di berbagai pemberitaan, termasuk entertainment, Mama Lauren katanya tahu saat dia akan mati. Walah, kaum muslimin seharusnya tidak percaya dengan kabar tersebut. Sebabnya apa? Sebab, kematian adalah rahasia Allah. Allah Swt. tidak memberikan pengetahuan tentang yang ghaib kepada siapapun kecuali yang dikehendakiNya, yakni kepada rasul yang diridhoiNya. Lha, Mama Lauren itu siapa? Cuma paranormal! Jadi nggak bisa dipercaya.

Ssstt.. seseorang pernah bilang ke saya: “Bingung juga sih. Ramalannya kok kadang-kadang benar ya? Terus gimana tuh?” Ah, itu kan kebetulan aja. Lagian biasanya paranormal nggak bisa nyebutin dengan pasti tentang ramalannya. Cuma bilang: “akan ada ini dan itu”. Kitanya aja yang tertipu karena udah terlanjur percaya. Glodak!

Jaman dulu di kampung saya ada juga dukun. Orang bilang sekarang paranormal atau pinter. Dia ngakunya bisa ngeramal dan nyembuhin orang. Sebenarnya saya nggak terlalu percaya, tapi orang-orang di desa udah kadung menganggapnya hebat. Tapi setelah saudara saya bilang, “Ngapain minta tolong ke dia, shalat aja dia nggak. Gimana bisa dipercaya?” Hmm.. bener juga ya, jangan-jangan dia temenannya ama jin bin iblis deh yang memang para pembangkang Allah Swt. Sejak saat itu saya sama sekali nggak percaya.

Masyarakat primitif

Jaman boleh berubah. Teknologi boleh serba digital, tapi soal kepercayaan tentang hidup, masyarakat kita masih banyak yang mengandalkan kepada ramalan para dukun (kecuali dukun beranak dan dukun urut kali ya..?), masih percaya mitos, dan segala urusan klenik. Itu sebabnya, nggak salah-salah amat kalo dibilang bahwa masyarakat kita masih primitif. Ciri khas masyarakat primitif adalah percaya kepada para dukun dan tukang ramal. Di masa jahiliyah dulu, yang subur makmur adalah tukang sihir, tukang tenung, dan tentunya dukun ramal. Mereka banyak didatangi orang yang ingin mengetahui nasib mereka di masa depan. Untuk jasanya, sejumlah harta kekayaan mereka raih.

Sekarang, di jaman kuda gigit prosesor, masih banyak juga orang yang percaya dukun dan tukang ramal. Kalo kamu baca tabloid or majalah mistik, di situ banyak iklan tentang klenik. Dari mulai yang menawarkan jasa untuk keselamatan, sukses usaha, dagang, ruwatan rumah, kemasukan jin, sampe urusan jodoh. Dan, boleh jadi dukun sekarang lebih modern lho, nggak heran kalo syarat yang diminta bukan lagi ayam hitam cemani, tapi Toyota Crown Royal Saloon atau mobil Aston Martin DB5 yang pernah dipakai James Bond (beuuu itu sih dukun matre kali yeee…)

Suer, masyarakat kita emang bener-bener aneh bin ajaib. Selain percaya sama dukun, perkara mitos juga akrab banget dalam kehidupan masyarakat negerinya Mak Lampir—yang jadi bintang utama MGM alias Misteri Gunung Merapi ini. Misalnya, banyak yang masih percaya tentang keberuntungan disesuaikan dengan hari kelahiran, terus nggak boleh bepergian jauh pada hari-hari tertentu. Kalo mau menikahkan anak saja harus nyari hari baik. Kalo sopir di jalan kebetulan ngelindes kucing, sampe kudu bela-belain beli kain kafan dan dikubur karena takut kualat, sebaliknya kalo yang ketabrak orang malah ngibrit ninggalin korbannya nggak pake lihat lagi karena takut dipenjara. Aneh memang. Astaghfirullah…

Nah, maraknya tayangan dan bacaan seputar klenik ini makin mengukuhkan bahwa masyarakat kita masih percaya tahayul, dukun, perbintangan, dan ramalan. Sama seperti masyarakat Inggris dan suku-suku di Afrika yang masih banyak percaya sihir.

Oya, ternyata dalam pertandingan sepakbola juga ada mitos dan ritual aneh-aneh. Dulu waktu saya SD, pernah liat beberapa pemain kencing di sekitar gawang. Katanya bisa nggak kalah. Pletak! Ternyata ritual aneh bukan cuma ada di sini, di Eropa banyak juga pemain sepakbola yang percaya tahayul. Johan Cruyff salah satunya. Demi mendapatkan kemenangan, legenda sepakbola Belanda itu juga punya kebiasaan aneh, mulai dari menjadikan kiper Gert Bals sebagai sansak hidup saat masih di Ajax, hingga membuang permen karet yang dikunyahnya ke lapangan lawan sebelum kick-off. Ritual yang terakhir sempat lupa dilakukannya saat Ajax melawan AC Milan di final Piala Eropa 1969. Hasilnya? Ajax babak belur dihajar AC Milan 4-1.

Di Afrika lain lagi. Ritual konyol pernah dilakukan Midlands Portland Cement. Klub Zimbabwe ini sempat melakukan ritual pada Oktober 2008 lalu. Pelatih klub ini meminta 17 pemainnya nyebur ke sebuah sungai yang dipenuhi buaya untuk menghilangkan nasib buruk mereka. Hasilnya? Hanya 16 pemain yang keluar dari sungai dalam kondisi hidup. Tim juga masih kerap mengalami kekalahan. Beeuh.. berlatih malah ditinggalin. Pengen instan sih!

Bro en Sis, kalo ditelusuri lebih banyak lagi. Memang sih, dari ritual yang mereka lakukan, timnya kadang menang kadang kalah. Itu artinya untung-untungan alias nggak pasti. Hehe.. yang berlatih aja kadang masih keok, apalagi cuma ngandelin nasib via tahayul.

Merusak akidah

Sudah bisa dipastikan bahwa tayahul, klenik dan sejenisnya bukan tambah iman kita mantap, justru menodai, bahkan merusak akidah dan keimanan kita kepada Allah Swt. Sebab, Islam telah mengharamkan kita pergi ke tempat dukun or paranormal untuk menanyakan perkara-perkara ghaib, juga Islam mengharamkan perbuatan sihir atau pergi ke tukang sihir untuk mengobati suatu penyakit yang diderita, atau untuk mengatasi problem yang sedang dihadapi. Cara-cara semacam ini tidak diakuinya oleh Nabi saw. sebagai golongannya. Sebagaimana sabdanya: Tidak termasuk golongan kami, barangsiapa yang menganggap sial karena alamat (tathayyur) atau minta ditebak kesialannya dan menenung atau minta ditenungkan, atau menyihir atau minta disihirkan. dan barangsiapa yang mendatangi dukun lalu membenarkan ucapannya, maka sungguh ia telah kafir dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad” (HR Bazzar; dari hadits Imran bin Hushain. Al-Haitsami menyebutkan dalam al-Majma’ (5/117) dan berkata: perawinya adalah para perawi shahih selain Ishaq bin Rabi’, dia tsiqah).

Padahal urusan gaib itu nggak ada yang tahu kecuali Allah sendiri. Bisa kamu simak firman Allah Swt. (yang artinya): “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua hal yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri.”(QS al-An’âm [6]: 59)

Allah Swt. juga berfirman (yang artinya):”(Dialah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun (sesuatu) tentang yang ghaib itu. Kecuali pada rasul yang diridlaiNya.” (QS al-Jin [72]: 26-27)

Sobat pembaca, kondisi masyarakat yang seperti ini memang bukan tanpa sebab. Saat ini, masyarakat kita bukan masyarakat Islam. Tapi masyarakat yang hidup dan dibina dalam sistem kehidupan kapitalisme yang memang mengajarkan segala kebebasan. Atas nama HAM, sistem demokrasi (alat politiknya Kapitalisme) justru mengajarkan kebebasan kepada setiap orang, di antaranya adalah kebebasan berakidah, kebebasan berpendapat, kebebasan bertingkah laku, dan kebebasan pemilikan. Dalam masalah ini, berarti kebebasan berakidah. Bahaya, sobat!

Gimana nggak, kita bisa saksikan sendiri, bahwa menjamurnya tayangan dan bacaan bernuansa klenik nggak dilarang sama sekali. Masyarakat dibiarkan bebas memilih. Bahkan sampe perkara apakah ia akan bergama atau tidak, bukan tanggung jawab negara. Sebab, dalam pandangan sistem Kapitalisme, yakni sistem yang berlandaskan pemisahan antara agama dengan politik (kehidupan), hak individu sangat dijunjung tinggi, bahkan oleh negara sekalipun. Seseorang dibiarkan untuk melakukan apa saja. Permisif alias serba boleh banget. Pokoknya terserah berbuat apa pun sesuka hatinya. Dan itu nggak ada sanksinya, kecuali bila tindakannya merugikan orang lain.

Kok bisa begitu ya? Kamu jangan heran bin aneh, sebab sistem ini—yang sekarang mengatur kehidupan kita—memang buatan manusia. Bayangin aja, masak agama dipisahkan dari politik (kehidupan). Ini jelas nggak bener. Itu artinya, agama nggak boleh mengurusi problem kehidupan manusia. Dengan kata lain agama nggak boleh ikut campur dalam menata kehidupan. Itu sebabnya, agama cukup diterapkan oleh individu sebatas urusan ibadah ritual. Untuk masalah sosial, ekonomi, politik, pendidikan, pemerintahan, peradilan, dan hukum diserahkan kepada penguasa dengan aturan buatan manusia. Inilah jalan kompromi yang kemudian melahirkan sistem rusak ini.

Maka, akibatnya kita bisa ngelihat dengan jelas, banyak bukti yang menunjukkan bahwa dalam sistem kapitalisme orang banyak yang sudah tak jelas agamanya. Sebab, gaya hidupnya aja udah bebas nilai. Tayangan dan bacaan merusak akidah sekalipun nggak bakalan dilarang. Alasannya, selama masih ada orang yang membutuhkan, tak jadi soal. Meski ada sebagian masyarakat yang teriak protes kenceng-kenceng menolak bacaan dan tayangan berlumur tahayul, negara cuek bebek aja, semboyan yang diusung adalah “Anjing menggonggong, kafilah berlalu”. Glodaks!!

Oke deh, sudah saatnya kita sadar, bahwa cuma Islam solusi tunggal atas masalah ini. Islam yang diterapkan sebagai ideologi negara. Insya Allah, jangankan masalah tahayul bin klenik yang bakal diberangus, musuh yang mengancam kedaulatan negara pun akan dihadapinya. Mari, jadikan Islam sebagai way of life kita. Hanya dengan Islam hidup kita mulia. Yakin! [solihin: osolihin@gaulislam.com]

2 thoughts on “Dilarang Percaya Paranormal

Comments are closed.