Sunday, 24 November 2024, 21:47

Pengantar RedaksiAssalaamu’alaikum wr. wb.

Film “Ayat-Ayat Cinta” jadi fenomena baru euy di jagat industri film nasional. Gimana nggak, film tersebut ditonton sekitar 3 juta orang hanya dalam waktu kurang dari sebulan. Kalo diukur dari prestasi minat penonton, mungkin saja itu angka statistik yang bisa dibanggakan. Meski demikian, pro-kontra terhadap film tersebut juga marak. Terutama dalam diskusi-diskusi di internet.

Ada yang protes karena isinya beda ama di novel, ada pula yang ngamuk-ngamuk di blog pribadinya gara-gara ada bagian yang tampaknya dihilangkan agar tak memicu polemik agama, ada juga yang melihatnya dari sisi fikih. Meski begitu, ada juga bagian film itu yang benar. Misalnya menolak pacaran, menyampaikan syariat poligami, menyampaikan kasih-sayang sesama manusia, membudayakan sabar dan ikhlas. Bagus juga sih. Meski demikian, kita tetap harus jeli, karena ajaran Islam tentu nggak sesederhana itu. Jika tujuannya menyampaikan dakwah dan mencerdaskan kaum muslimin, seharusnya bisa berani menyampaikan Islam apa adanya semuanya tanpa ditutup-tutupi demi menjaga toleransi. Tul nggak?

Boys and gals, sekadar ikut meramaikan diskusi yang sudah marak sebelumnya di internet, gaulislam sengaja angkat tema ini untuk membahas dari sisi lain yang jarang dibahas oleh mereka yang pro maupun kontra (ciee pede banget!). Semoga semangat cinta Islam bisa dilanjutkan dengan belajar Islam, bukan sebatas? nonton film islami aja. Setuju kan? ?So, baca aja edisi 023 ini.

Salam,

Redaksi

=====

logo-gi-3.jpg edisi 023/tahun I (23 Rabiul Awal 1429 H/31 Maret 2008)
Kayaknya bagi kamu yang stay tune mantengin berita seputar fenomena film Ayat-Ayat Cinta bakalan ngeh dengan kehebohan film tersebut. Maklum, banyak media nasional seperti kompakan menurunkan berita seputar kesuksesan film tersebut bagi industri film nasional. Bahkan, Wapres Jusuf Kalla aja sampe bela-belain nonton film Ayat-Ayat Cinta di bioskop membaur dengan penonton umum lainnya. Waduh, jarang-jarang nih ada film nasional yang sampe ditonton sama petinggi negara di bioskop.

Sekadar informasi aja, setelah dirilis resmi pada 28 Februari 2008 lalu, film garapan rumah produksi MD Pictures ini berhasil menorehkan sejarah sebagai film paling laris sepanjang masa. Baru empat hari diputar, Ayat-Ayat Cinta sudah membukukan jumlah 700.000 penonton. Jumlah penonton terus bertambah hingga tembus angka 2,9 juta hanya tiga minggu setelah beredar. Kini dapat dipastikan jumlah penonton sudah lebih dari tiga juta orang (SINDO, 23 Maret 2008)

Oya, angka itu hanya dihitung dari penonton yang nonton di bioskop, belum lagi yang nonton via VCD/DVD bajakan yang beredar luas. Kayaknya bisa lebih banyak lagi tuh. Wis, pokoke pol banget dah. Film yang diangkat dari novel karya Kang Abik, sapaan akrab Habiburrahman el-Shirazy ini memang diprediksi bakalan sukses. Maklum, bukunya aja udah tercetak sekitar 400.000 eksemplar. Belum lagi kalo dihitung dengan buku bajakannya bisa-bisa lebih dari itu. Maklum, para pembajak tahu betul buku (termasuk film) apa saja yang lagi laris di pasaran. Hehehe…

Meski demikian, sukses film Ayat-Ayat Cinta ini rupanya diiringi juga dengan pro-kontra. Banyak yang mendukung, tapi nggak sedikit pula yang protes keras. Mulai dari isi cerita di film beda jauh dengan isi di novelnya, bahkan ada perbedaan yang sangat fatal seperti tidak ditampilkannya di film padahal itu termasuk bagian penting dari isi novel.

Sebagian blogger yang memprotes film tersebut bahkan mempertanyakan masalah fikih (syariat) dalam film itu. Misalnya, boleh nggak sih adegan Fedi Nuril ama Rianti Cartwright di film itu? Gimana pun juga kan mereka bukan mahram. Belum lagi ada kesalahan penyebutan definisi ahlu dzimah yang keliru dan tidak pada tempatnya. Saya nggak tahu apa kutipan itu ada di bukunya juga apa nggak, jadi nggak bisa bedain. Tapi yang jelas dialog di film tersebut yang menyampaikan suatu istilah dengan keliru harus segera diluruskan.

Oya, film tersebut emang nggak semuanya memuat kesalahan, ada juga yang benarnya kok. Seperti syariat poligami, aturan ta’aruf, tentang sabar dan ikhlas, tapi semua itu jadi hambar gara-gara ada beberapa bagian yang terpenting malah dihilangan dalam film.

Memang sih, Hanung Bramantyo sebagai sutradara ngasih komen dengan maraknya protes terhadap karyanya tersebut, khususnya yang membandingkan dengan isi novelnya, “Harus dipisahkan antara novel dengan film, keduanya merupakan medium yang berbeda.” (SINDO, 23 Maret 2008)

Oke deh, terlepas dari pro dan kontra terhadap film Ayat-Ayat Cinta dari perbedaan antara isi cerita di novel dan film, tapi Ayat-Ayat Cinta juga perlu dikritisi. Terutama dari sisi penyampaian pesan Islam dan media penyampaian pesannya. Sebab, orang udah kadung ikutan heboh dengan tema “cinta” yang diusung dan “konflik emosi” yang bertaburan di film tersebut, jadi kurang kritis. So, tanpa maksud bikin suasana tambah ?runyam’, akhirnya gaulislam ikut ngebahas dari sisi lain agar menjadi perhatian kaum muslimin untuk bisa menempatkan persoalan dengan benar.

Tak berani suarakan Islam

Boys and gals, ada satu adegan yang dipotong di film tersebut yang beda jauh alias bertolak-belakang dengan cerita di novelnya. Demi mengedepankan sisi toleransi, Hanung memang mencoba menghilangkan beberapa adegan yang sekiranya memicu polemik. “Adegan seperti wartawan Amerika bernama Alice dan Maria seorang Kristen Koptik yang akhirnya masuk Islam, itu saya hilangkan, karena saya tidak ingin film ini men-judge orang untuk masuk Islam,” katanya (SINDO, 23 Maret 2008)

Lha. Piye iki? Untuk kasus ini, selain mengecewakan bin mengkhianati para pembaca novel tersebut, juga film ini menjadi kendaraan untuk membohongi publik. Bukan hanya karena beda dengan cerita di novelnya, tapi makna toleransi pun udah salah kaprah. Seharusnya kita berpikir, bahwa saat ini orang nggak mudah (meski ada juga yang gampang terpengaruh) untuk percaya begitu saja dengan isi film, jadi kekhawatiran akan menimbulkan polemik jutsru berlebihan. Sebab, sejatinya polemik itu bisa saja terjadi. Bandingkan dengan buku dan film The Da Vinci Code yang konon kabarnya bisa mengguncang iman kaum kristiani karena isinya yang bisa menggoyahkan keyakinan akidah mereka. Tapi, show must be go on. Pembaca dan penonton yang akan menilainya langsung. Bisa pro bisa juga kontra. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan bukan?

Tapi kalo belum apa-apa sudah tidak berani menyuarakan kebenaran Islam, apa yang mau dibanggakan? Prestasi penonton yang mencapai 3 juta orang lebih tak berarti apa-apa-kecuali keuntungan secara materi dan ketenaran-jika isinya meracuni keyakinan dan akidah kaum muslimin itu sendiri. Itulah kenapa kita sangat menyayangkan isi film ini. Saya juga nggak tahu kenapa penulis novelnya mau saja ceritanya diubah ketika difilmkan. Apa pun alasannya, menurut saya, dalam pandangan ajaran Islam, hal itu adalah sebuah kelalaian yang bisa berakibat fatal bagi pemahaman kaum muslimin. Allahu’alam.

Bandingkan dengan film-film Hollywood yang seringkali menyisipkan dialog yang menyudutkan Islam seperti di film Die Hard 4.0, Shooter, Eraser dan lainnya yang secara terang-terangan berani menyebut kaum muslimin sebagai teroris. Pertanyaannya, mengapa kita nggak berani menyampaikan kebenaran itu? Mengapa adegan penting seperti masuk Islamnya dua tokoh dalam film tersebut dihilangkan dengan alasan toleransi?

Sekadar mengingatkan bahwa toleransi tidaklah berarti mengakui kebenaran agama mereka, tapi mengakui keberadaan agama mereka dalam realitas bermasyarakat. Trus, toleransi juga bukan berarti kompromi atau bersifat sinkretisme dalam keyakinan dan ibadah. Oya, sinkretisme adalah menyamakan bahwa semua agama tuh benar. Padahal, kita tak boleh sama sekali ngikuti agama dan ibadah mereka dengan alasan apapun (Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A., Kuliah Akhlaq, hlm 210)

Lagian sikap kita udah jelas kok seperti yang udah diajarin Allah Swt. dalam firmanNya: “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku” (QS al-Kaafiruun [109]: 6)

So, menurut saya, justru dengan menghilangkan adegan penting masuk Islamnya Maria dan Alice di film itu sudah tidak menghargai karya penulis novelnya, juga seluruh kaum muslimin karena hak mereka untuk mendapatkan informasi yang benar dan pemahaman yang shahih ?dirampok’ oleh pembuat film tersebut.

Belum lagi adegan di sebuah kendaraan umum yang menggambarkan dialog antara Fahri dengan seorang penumpang yang ngotot tidak membolehkan orang kafir Amerika untuk diberikan tempat duduk. Fahri digambarkan menyampaikan pernyataan tentang ahlu dzimah tetapi keliru dan bukan pada tempatnya. Pada dialog itu disebutkan:”Orang asing yang masuk ke dalam sebuah negara secara sah berarti ia seorang ahlu dzimah yang harus dilindungi keselamatan dan kehormatannya.”

Padahal yang dimaksud ahlu dzimah (kafir dzimmy) adalah orang non-Muslim yang menjadi warga negara, yang hidup bersama mereka (kaum Muslim) di Negara Islam (Daulah Khilafah, pen.), membayar jizyah dan taat kepada hukum-hukum Islam, kecuali yang menyangkut praktik hukum yang diakui untuk mereka, seperti hukum-hukum tentang akidah, ibadah, nikah, talak, makanan (minum) dan pakaian. (Imam asy-Syafi’i, al-Umm, juz IV, hlm. 213-dikutip pada buku Jihad dan Perang, jilid I, karya Dr. Muhammad Khair Haekal, hlm. 218)

Sabda Rasulullah saw.:“Barangsiapa yang membunuh seorang (kafir) yang sedang terikat perjanjian (mu’ahadah) yang telah mendapat perlindungan dari Allah dan RasulNya (dzimmiy), maka ia telah melanggar perlindungan Allah-yakni mengkhianati perjanjian-dan dia tidak akan mencium baunya surga, meskipun bau surga itu tercium dari jarak sejauh perjalanan yang lamanya 40 musim gugur.”

Selain itu Ali bin Abi Thalib ra pernah mengatakan, “Sesungguhnya, hanya dengan membayar jizyah, maka harta mereka berstatus sama seperti harta kita dan darah mereka sama seperti darah kita.” (Muhammad Husain Abdullah, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam, hlm. 211)

Persoalannya, Mesir–yang menjadi setting tempat dalam novel dan film itu–bukan negara Islam. Mesir tuh negara sekular, sama dengan Indonesia dan negeri Islam lainnya karena udah menerapkan sistem Kapitalisme-Demokrasi dari Barat. Lagian, sampai saat ini, sejak keruntuhan Khilafah Islamiyah pada 3 Maret 1924 belum berdiri lagi Khilafah Islamiyah (Negara Islam), jadi penyebutan istilah ahlu dzimmah di film tersebut jelas keliru banget dan nggak pada tempatnya.

Oya, ini bukan kritikan, tapi masukan tanda peduli dan cinta kepada kaum muslimin. Jangan sampe isi film ini kemudian mempengaruhi dengan mudah–meski saya akui tak mudah orang untuk terpengaruh begitu saja. Apalagi jika isinya ternyata mengaburkan pemahaman Islam itu sendiri. Jangan sampe kemudian film ini dijadikan senjata untuk melemahkan pemahaman kaum muslimin secara perlahan-lahan. Masih mending dituduh teroris sehingga masih bisa berontak dan menolak. Lha, kalo ?dibodohi’, sulit orang bisa berontak kecuali mereka yang sadar dan mengedepankan pemahaman, bukan perasaan belaka.

Saatnya kampanyekan Islam apa adanya

Jangan menutupi kebenaran Islam, apalagi sampe menyimpangkan ayat-ayat Allah dan sabda Rasulullah demi mendapat respon positif dan atas nama dakwah yang katanya secara damai itu. Padahal sejatinya bukan tak mungkin malah menikam Islam itu sendiri karena penyampaiannya yang keliru.

So, meski mungkin tulisan ini tak akan banyak terbaca karena disapu gelombang informasi ?sepihak’ tentang fenomena film ini, tapi paling nggak kamu yang baca harus mulai berlatih menjadi cerdas dengan menjadikan Islam sebagai pandangan dan pedoman hidup. Tentu, agar tetap mampu menyampaikan Islam apa adanya. Jangan beralasan atas nama dakwah, tapi tindakannya malah menghilangkan bagian yang semestinya disampaikan sebagai dakwah seperti dalam film Ayat-Ayat Cinta ini. Apalagi kalo harus ngomongin aktivitas pemainnya, gimanapun Fedi Nuril ama Rianti Cartwright bukan mahram dalam kehidupan nyata, kok bisa mesraan gitu di film? Apa karena atas nama dakwah? Halah, dakwah kok jadi hiburan dan tambang uang para kapitalis. Musibah… [osolihin: sholihin@gmx.net]

61 thoughts on “Film “Ayat-Ayat Cinta” Itu…

  1. kalau menurut saya sih, daripada nonton ayat-ayat cinta mendingan juga nonton vcd “malam pertama di alam kubur” lebih menyadarkan. lagipula artis di film Ayat2 Cinta itukan pemain sinetron juga, mereka bukan mahram nya tuh tapi lihat aja adegannya.
    Jika saya penulis novel nya ga’ bakalan mau deh karya saya di film kan, jadi ga’ orisinil lagi.

  2. duh gimana yahh…emana bagus sih ceritanya.dan benar bgt
    Pas adegan fahri sama rianti harus nya ga boleh tuhh,ya gimana yaaa saya jadi cemburu(bercanda)
    Bener mereka bukan muhrim tuhh,nyebelin yah
    ngajarin kita ga bener tuhh
    emangnya penulis novel ayat2 cinta orang mana sih???

  3. banyak yg bilang nih film adalah film religi…itu memang sah sah aja….tapi bagi saya ini adalah drama cinta yang bertemakan murni percintaan, dan dibumbui sediikit sentuhan ‘religi’……….yah bagaimanapun juga tema cinta masih menjual sampai kapanpun….

  4. Film “Ayat-ayat Cinta” emang sungguh menghebohkan, bagi yang belum pernah nonton seperti saya ini, sering dibilang Kuper, gk senang film dg tema-tema yg berbau islami.
    Dalam setiap pembuatan film komersial tentu pertimbangan laku dipasaran lebih di utamakan. saya melihat film Ayat-ayat cinta adalah film komersial dan bukan termasuk film untuk tujuan Dakwah ataupun Mensyiarkan nilai-nilai keislaman kepada masyarakat.
    Film komersial tentunya gak perlu di respon maupun dikritisi sebagai film Dakwah, meski setting dan ceritanya menyangkut kehidupan seorang muslim.
    Film komersial tetap saja film komersial yang mungkin banyak memangkas atau membumbui ceritanya guna tujuan komersial, Bahkan Dakwahpun sekarang di komersialkan, Waduh gimana tuh hukumnya?
    Salam.

  5. aduuuh… emang y betul kt orang klo pemahaman umat saat sekarang ne udah BETUL-BETUL parah!!! Saking parahnya ada salah seorrang teman aq yang mengkiaskan klo si Fahri kayak nabi Muhammad. aduuuhh… capek deh…. padahal g usah nonton filmnya aja qt bisa tau tuh klo si Fajri tu g da mirip2nya SEDIKIT PUN ma nabi qt yang terayang itu….!!!

  6. kalo menurutku kita ambil hikmahnya aja dr film itu, Mungkin mas Hanung belum menemukan cara menyiasati filmnya agar sesuai dg syariat tanpa mengabaikan estetika perfilman

  7. amannya sih, bikin film animasi 3D aja, meskipun ada adegan bersentuhan anatr lawan jenis g masalah selama adegannya sesuai dg syariat. dan para 3D artis Indonesia jg hebat2 (www.indocg.com)

  8. walah-walah fie iki mas, katanya da’wak tapi malah bohongin umat. kalo kaya ginian sih menurut ane lebih bahaya daripada aliran sesat yang lagi marak.
    apalagi bikin orang bela-belain nonton di bioskop repot deh. coba donk kaum muslimin lebih pintar lagi menyikapi sesuatu jangan hanya ikut-ikutan tapi gunakan alqur’an dan hadits sebagai standar pikiran n perbuatan kite. oke.
    thank buat gaul islam yang udah ngingetin kite-kite wassalam

  9. iya, ya … sangat disayangkan sekali.
    masa pernyataan fahri kayaknya di putarbalikkan gitu…
    kalo emang ahlu dhimah(“orang kafir yang berkunjung ke negara muslim”) itu harus dilindungi… berarti turis2 muslim gimana dong MAS..?
    emang habiburahman itu sapa…!!! habib???!!!! bukan kan?
    moso gitu banget ci…
    mana penjelasan yang betull???
    kalo menurut aku c ada misi2 yang terselubung.
    bener apa enggak nya kembali ke orangnya.
    tapi Allah Maha Adil koq,
    Dia akan membalas orang-orang yang berbuat “kerusakan”.

  10. Satu hal, hidup itu gak hitam-putih!gak ada kebenaran abadi di dunia!tidak ada manusia yg bersih dari dosa, pun tak ada yg sepenuhnya berwatak iblis!setiap sesuatu pasti ada hikmah atau sisi positifnya.Karena semua kejadian berkat izinNya juga.Klo ternyata kehadiran film AAC lebih banyak maslahatnya ketimbang mudharatnya, kenapa tidak kita apresiasi secara positf.Sekalipun kita, termasuk saya pribadi, tidak sependapat 100% dengan isi filmnya. Tapi kita harus berjiwa besar, klo ternyata dalam film tersebutpun ada kebenaran atau ibrah ketika orang (muslim atau non muslim) menyaksikannya. Tentang kesetiaan, pengorbanan, dan sejauhmana seseorang tetap mengingat Dia ketika tengah diuji kesulitan, yg terinspirasi dari kisah Nabi Yusuf.Bukankah Islam rahmat seluruh alam ?

  11. Subhanallah saya sangat bersyukur sudah ada film seperti AAC dan saya mengucapkan terimasih sebesar-besarnya kepada pihak MD Entertainment karena sudah bersedia berinvestasi untuk film ini sehingga terbit di pasaran dan minimal dapat membantu perkonomian nasional dan syiar Islam. Saya lihat film ini lebih baik dari sinetron religi yang ada di TV2 sekarang. Kang solihin coba bandingkan antara film AAc dgn sinetron religi di TV…
    AAC sdah bagus & hampir sempurna karena sesungguhnya di dunia ini hanya Allah swt yang Maha sempurna.
    Terakhir saya ucapkan Selamat untuk Film AAC….

  12. AYAT-AYAT CINTA! novelnya bgs pisan .Tp sayang filmnya beda jauh dengan yg di novel.Wkt endingnya itu lhoooo.Saya tunggu2 ,yang paling mengharukan ,eh malah cmn kayak gitu.truz klo di novel ceritanya aku bgt,tapi di film kurang gimana yah gitu. udah deh cuman itu unek uenek ku.

  13. ko fedi mau ya beradegan pegang tangan/cium carissa,trmsk mgkn mbak catrwirgt?okelah ni film bernafaskan islam,tp knp hrs ada adegan demikian. Cb deh qta bpkr kritis,apa islam ada yang demikian?pria+wanita nonmahram bs pgang2 tgn en sbgainya.ini kan drama dan bkn dunia nyata!! mgkn sang sutradara pkr,ni pljrn buat rmaja2 muslim dlm pergaulan n pernikahan.apa hrs gt?!
    dan selainnya, aku suka.
    FILM 100% islam, adakah?

  14. to: alif

    saya justru sangat “bersyukur” ada film seperti FITNA. Karena dengan begitu umat Islam jadi bereaksi keras dan sadar. Justru saya merasa adanya film AAC sebagai sebuah kelemahan kaum muslimin, karena kaum muslim jadi terlena dengan cerita kosong seperti itu.

    Dakwah harus ideologis! Memajukan Islam bukan dengan cara film yang hanya mengeksploitasi harta kaum muslimin untuk kepentingan para borjuis terlaknat!!!

  15. “Satu hal, hidup itu gak hitam-putih!gak ada kebenaran abadi di dunia!tidak ada manusia yg bersih dari dosa, pun tak ada yg sepenuhnya berwatak iblis!setiap sesuatu pasti ada hikmah atau sisi positifnya”

    Setuju Brooo.

    Manusia tak ada yang sempurna. Ada baeknya, ada jeleknya.
    Yang baek untuk ibrah,
    yang jelek untuk ujian batin kita, mental kita
    Dunia ini juga begitu
    pandai-pandai kita menata hati (plus dan min) dalam menanggapinya
    hati-hati kita dalam menjalaninya
    Jangan sampai salah langkah

    Saya pikir, begitu juga dengan ACC.

    Izin yaa… Tulisan Saudara saya masukkan ke posting blog kami. Matur Suwun

  16. Saya membaca novel AAC sampai 2 kali. Novel AAC adalah novel yang bagus. Saya mendapatkan gambaran yang sangat bagus mengenai Islam dan cara yang mudah dan menyenangkan. Saya pikir ini bisa menjadi sebuah angin segar bagi misi dakwah dan mengenalkan Islam. Melaui karya sastra.
    Penulis AAC adalah penulis yang cerdas. Di salah satu bagian novel, penulis menuliskan kecemasan Maria dan keluarganya jika menampung Naura di rumahnya. Di situ diungkapkan bagaimana kecemasan Maria jika niatnya menolong Naura yang Muslim disangka melakukan Kristenisasi. Hebat. Penulis ini nampaknya tahu betul kecemasan beberapa diantara kami, umat Katolik, yang sering muncul jika kami ingin sekedar membantu meringankan beban saudara-saudara sesama kami yang mungkin secara kebetulan beragama lain. Nampaknya penulis memiliki pergaulan yang sangat luas, termasuk dengan orang – orang yang tidak seiman dengannya.
    Seandanya ada banyak intelektual muda Islam seperti penulis (atau bahkan seperti Fahri) tentu Bangsa ini tidak akan terus – menerus dilecehkan seperti sekarang ini. Amerika tidak sembarangan saja dengan Bangsa ini.
    Saya nonton filmnya sekali saja. Bagus meskipun ada yang mengganjal. menurut saya, Hanung Bramantyo tidak melakukan riset mendalam sebelum membuat film ini karena ada beberapa kesalahan yang dilakukannya. Begini
    Pertama, Dalam sebuah adegan digambarkan Maria memeluk Salib. Bagi ummat Islam mungkin ini hal yang sangat wajar karena memang Maria beragama Kristen Koptik. Namun perlu saya informasikan di sini bahwa Maria memeluk salib dengan desain Salib Millenium. Ini aneh. Salib Millenium adalah Salib yang dipakai oleh Gereja Katolik Roma setiap menyambut pergantian Millenium (setiap 1000 tahun). Salib yang dipeluk Maria adalah salib dengan desain yang dipakai oleh Gereja Katolik sepanjang tahun 2000. Salib itu tidak dipakai lagi sekarang ini. Salib itu selanjutnya akan dipakai lagi nanti tahun 3000. Salib milik penganut Kristen Koptik ternyata berbeda jauh dengan bentuk salib Millenium tersebut.
    Kedua, dalam adegan yang lain, digambarkan di meja Maria ada rosario. Rosario adalah untaian manik – manik dengan pola tertentu yang digunakan untuk berdoa. Rosario ini seperti tasbih bagi ummat Islam. Rosario ini hanya dimiliki oleh umat Katolik. Penganut Kristen Koptik tidak memiliki rosario ini.
    Ketiga, ini mungkin berdasarkan pengetahuan terbatas saya saja, apakah mungkin Fahri yang digambarkan sebagai seorang intelektual muda Islam yang tahu betul Al Quran, dalil – dalil, dan pengamalannya menjadi imam bagi Maria yang belum menyebut kaimat syahadat? ah… saya tidak tahu juga. Apakah seseorang yang belum mengucapkan kalimat syahadat itu sah melakukan sholat? Bagaimana menurut anda? Saya tidak tahu ini.
    Poin ketiga ini saya tulis karena menurut versi novelnya, Maria mengucapkan laimat syahadat dulu ….

    Demikian. Semoga memberi wacana baru. Terima kasih.

  17. Assalamu’alaikum,

    Saya melihat film ini, memang ada beberapa bagian yg hilang dari novel aslinya. Point yg dihilangkan justru sangat penting, spt yg diungkapkan di atas. Saya sependapat dengan Bpk Andreas, melihat sosok Fachri yg dr awal digambarkan begitu religius, bagaimana bisa memutuskan menikahi Maria yang belum mengucapkan syahadat (apa pun alasannya, apalagi kalo hanya sekedar untuk menyelamatkan dia dr penjara dan memenuhi keinginan istrinya). Meskipun di akhir cerita digambarkan Maria ingin sholat berjamaah, tp itu belum mewakili ke-Islaman Maria pada saat dinikahi. Ini bisa membuat penonton salah memahami pernikahan dalam Islam.
    Kalo film ini disebut film religi, menurut saya kok masih terlalu jauh. Karena tema yg diangkat lebih ke tema cinta dr pd agamanya, meskipun tokoh utama yg digambarkan religius.
    Tapi.. ya agak lumayan lah jika dibanding film-film lain yg kadang temanya justru membodohi umat.
    Plus minus memang selalu ada pada produk manusia. Kita yang harus pintar mencerna dan menyerap apa yang disuguhkan di depan kita. Jangan hanya menelan bulat2, apalagi hanya mengikuti tren yang tidak kita mengerti ke mana arahnya.

    Wassalam

  18. Chayoo…Maju terus Kang Abik… Lahirkan karya-karya terbaru dan terindah dalam Dunia Islam, & do’akan kami para mujahid di Kalimantan Timur, ga lama Pilkada Nich… Allahu Akbar

  19. I think ayat ayat cinta, whatever is a good film in indonesia contemporary, ‘coz give me englihtment… thats islam is not teror religion, islam is fitrah religion an islam is solution! and polygami in islam is part of sharia, but not easy for men to practic it! becouse only a good moslem can do it.

  20. hanya mereka yang rendah pemikirannya saja yang merasa adanya film AAC sebagai jawaban atas problem hidup. Saya justru merasa SEDIH dengan keluarnya film tsb. Karena ummat Islam jadi kembali rendah taraf berpikirnya.

    Seharusnya jadikan Islam yang mengancam peradaban lain. Dimanakah orang2 yang bisa seperti Shalahuddin AL Ayubi yang gagah perkasa itu? Kami menunggu Anda untuk berjuang bersama hancurkan hegemoni kapitalisme!!

  21. wis jan pokoke semangat dakwahnya ilang buanget dach. seharusnya kang abik bisa dong milih-milih sutradaranya yang akan menggarap novelnya dalam film. untuk ketika cinta bertasbih alhamdulillah di garap oleh kang mamang dan imam tantowi. padahal selain mereka berdua ada juga dedi mizwar dan saeful g wathon nyang juga jado bikin film dakwah. saya ogah nonton film ini, ndak mencerahkan banget!

  22. aslkm,,
    ya sih, memang banyak nilai dakwah yang luntur dari film ayat2 cinta.
    tapi kalo dipikir2 di Indonesia skrg ini, kan emang film yg islam banget, ga bakal laku, jadi menurutku kita ambil sisi baiknya aja, kalo ada beberapa orang yang jadi tergerak untuk mengenakan kerudung n lebih rendah hati, sopan, dll.
    tapi emang bukan solusi buruknya pergaulan skrg.
    tapi mana mungkin juga di indonesia skrg ini ada film yg benar2 untuk dakwah, rasanya sulit.
    sembari tetap berjuang, kita berdoa juga, suasana islam mudah2an mewarnai film2 indonesia.
    penyimpangan2 yg ada di film AAC, tidak usah terlalu diperdebatkan.
    yang penting, untuk film selanjutnya ada yang lebih baik dari itu.
    lagipula, jarang kan film bernuansa islam sampai melejit, digemari banyak orang.
    salam

  23. menurut ana ceritanya bagus. tapi dari segi, pemerannya tidak mencerminkan akhak yang sebenarnya. para aktornya hanya seorang artis yang tidak bisa diambil contoh akhlaknya

  24. Islam adalah agama yang diakui Alloh, ditugaskan kepada Muhammad saw untuk menyempurnakan akhlak manusia!. Al-quran&al-Hadits adalah 2 buah warisan agar kita tidak tersesat dan menyesatkan.
    Film ini menarik karena menyampaikan beberapa nilai tentang Islam, dan alangkah lebih baik lagi seandainya disponsori oleh ummat Islam seluruhnya dengan paling tidak sebuah pesan penting>AMAR MA’RUH NAHI MUNKAR : Menyampaikan gambar aksi tentang perbuatan yang baik dan menghindari segala hal yang jahat, dan yang harus diingat adalah tidak menyimpangkan ayat-ayat Allah dan sabda Rasulullah demi mendapat respon positif dan atas nama dakwah yang katanya secara damai itu. Padahal sejatinya bukan tak mungkin malah menikam Islam itu sendiri karena penyampaiannya yang keliru.

  25. hari gene???? semua pada berpikir kapitalis, ga ada yang laku kalo ga dibumbuin adegan romantis oleh sineas kita…koq penulisnya mau novelnya di filmkan tapi tak sesuai hati nurani penulisnya,betul?..

  26. hari gene? film ga berbumbu romantisme dan misi kapitalis ga bakalan laris bagi sineas2 muda kita…Padahal isi novelnya amat beda dgn filmnya lho, emngnya penulis koq bisa ga komplen pada kebenaran yang didakwahkannya ya?

  27. udah deh, banyak banget sih komentar pro-kontra

    yang bener tuh, sebenernya gak novel ama filmnya sama2 jelek. karena di indonesia gak pena ada buku novel islam, sekalinya keluar jadi nge-booming. orang indonesia tipikal niru2, kalo gak percaya tuh liat abg2 di jalan gaya baju, dandan semua sama dengan kata lain gak punya jadi diri. pikir aja bagaimana bangsa kita bisa lebih maju, jangan ngomongin film atau buku yang gak ada mutu

  28. aslm, ya udah gini aja deh, mendingan kita angkat kisah Ayat-ayat cinta, dimain/perankan sama tokoh-tokoh pelaku kisah tersebut yg nyata telah terjadi! Aa Gym, Teh Ninih, n Teh Rini …… The True of “Ayat-ayat Cinta”
    =) wassalam

  29. mau gmn lg, coba tanya ma kang abik, komennya, napa deal dgn hanung mau milemin AAC? pengen dech AAC di novel sama dg di film,,, tp mimpi kali yaa

  30. Sebenernya kalo film AAC g bw2 islam sich sah2 aja. Nah,nyang jd masalahnye kan dia mengatas namakan islam makanya disebut film religi atw berbau religi(walaupun ane kagak tau baunya gimane!). Kalo udah kesitu mau keliru sedikit atw banyak kudu di kritik,coba deh liat Q.S alBaqarah:193,”Dan perangilah mereka itu supaya tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Alloh semata,…”
    untuk kasus AAC atw film yang laen yang bilang religi (islam) secuil apapun kesalahannya kritik wajib biar masyarakat tau kesalahannya,biar g da fitnah thdp islam. Islam itu Mutlak, g pake daripada2 lebih baik (seperti membandingkan AAC dg film religi lainnya, hukumnya sama2 salah, walau sedikit tetep salah). Sorry neh,terlalu keras. sebenernya bukan keras sich!tp membuktikan islam itu bukan agama yang lemah yang bisa ditindas,diubah2,dll
    OK! Semoga ada film yang bener2 ISLAM yang bukan menggambarkan percintaan aja,tp ekonomi Islam,pendidikan Islam,Pemerintahan Islam,Penemu2 Islam,dsd wallohu’alam biashshowab
    ALLOH AKBAR!
    SEMANGAT!

  31. Wah aku makn penasaran nih pengen tau cerita AAC. Coz mpe skr bum pernah baca novel ato nonton filmnya.Pernah beli novelnya pi dipke bwat hadiah, he..he… Untuk filmnya sepertinya tujuan dan isinya mgkn dah bagus. Menampilkan drama percintaaan yang Islami. N smoga para remaja bangsa ini juga sadar dalam menjalani pergaulan mereka. Pi yah, adegan yg tidak Islami, kaya pegangan tangan gitu kan gak harus diperlihatkan. Meskipun dalam cerita film mereka dah nikah, padahal dalam dunia nyata mereka bukan mahram. Jd adegan yg harus diptong hrsnya adegan yg seperti itu, bukan adegan yang mengurangi nilai dakwah. Pi memang sih ini film, film komersial, jd sang sutradara msh memikirkan untung rugi. Yah kita tunggu aja film yang 100% Islam, smoga da yg berani bikin.
    ALLAH AKBAR !!
    SEMANGAT TERUS PEJUANG ISLAM !!

  32. kalo filmnya banyak yang liat ya pasti bagus, gak usah komen apa2 ntar malah timbul perpecahan, hanya karena film. ya, mungkin lebih baik itu film kita anggap karya seni aja. kalo dilihat dari uraian redaksinya itu yang malah menimbulkan masalah. so, ati2ati aja. JLU.

  33. Menurutku sih film AAC jauh sekali menyimpang dari novel AAC, terkesan sekali takut menunjukkan Islam dan bagaimana tentang Islam. Terlalu banyak mengedepankan kisah percintaan dan bukan dakwahnya…tapi walaupun bagaimana itu awal yang baik, semoga ada banyak lagi saudara kita yang tergerak untuk menyajikan film bermutu islami untuk dikonsumsi anak-anak kita di masa datang. Amin

  34. filemnya ci bagus, apalagi saat fahri sedang dipenjara karena difitnah, trus berbagai cobaan menimpa fahri, mungkin begitu berat buat fahri untuk meniramanya, tapi da teman yang menyadarkan si fahri bahwa sabar dan ikhlas adalah lebih baik…

  35. ass..

    klo menurut aQ sih film ayat? cinta itu memang gak bagus kok. film nya pun memang gak mendidik, kesalahan dalam syutingnya pun nampak dengan jelas kok dimata Q. film nya gak di pikirkan dulu tuh. asal jadi aja.. ngakunya sih film religius, toh buktinya liat aja,, banyak kan yang bilang film nya ga mendidik mulai dari fahri dan riantinya dan masih banyakyang lainnya yang sebenarnya gak mendidik. itu kan cman film cinta segitiga aja kok sebenarnya, cman karna tempat syutingnya aja yang membuat orang mengatakan itu film religius.
    coba aja buat film di lingkungan gereja, pasti orang kira itu film nonmuslim.
    klo pun syutingnya di amerika pasti harus buat agak ke amerika?an juga kan, padahal itu tetap aja sebenarnya dilm biasa. jadi semua itu tergantung syutingnya dimana.. dan film ayat ayat cinta bukan film religius menurut aQ..

  36. ass.
    buat aq sih simple aja yang jelas agama yang tlah disampaikan nabi Muhammad SAW udah jelas kok. ndak ada yang kurang sedikitpun. tidak ada 1 kebaikan dan keburukanpun yang tidak nabi sampaikan kepada qt semua lewat ucapannya maupun dari sahabat-sahabat yang sholeh. jadi menurut aq film “AAC” itu hanyalah film biasa yang ngga’ bedanya ama dengan film-film cinta biasa, tetap aja mengekpos wanita, jadi ngga’ benar kalau itu film religi apa lagi kalau qt mengambil sebagai pedoman hidup.
    mari qt belajar islam lewat orang-orang salafus shaleh (orang-orang yang mengajarkan islam kepada qt)

  37. sya pernah baca novelnya, isinya sih relatif bagus walow ada beberapa bag’ yang rancu.
    eh, beneran. waktu liat filmx di laptop temen jadi gak mowmowlagi nonton.
    mending nonton diego and dora deh!
    kita tunggu aja film laskar pelangi yg memperjuangkan pendidikan indonesia dan mencerminkan betapa burukx kapitalisme yang menghancurkan masa depan anak2 belitong (walaw nantinya ada yang sukses).
    gimana kalo kita buat film “Naungan Khilafah” saya siap jadi pemeran utama

  38. Walaupun udah lama nggak pernah nonton film ind lagi (karna jauh dinegara orang) begitu dengar soal film AAC yang kononnya cerita islami saya terpaksa menyuruh kel sy di Ind untuk ngirimin 1 vcd/dvd nya untuk saya nonton bersama teman2,tapi ternyata baru menonton 1/2 aja saya udah malas karna ceritanya sedikit pun tidak memperjuangkan nilai Islami bahkan mungkin tanpa di sadari ada sepotong kalimat yang seolah2 mengatakan bahwa umat islam ini semuanya jahat kalo nggak salah saat fachri ketemu dengan wartawan amerika itu si wanita yg lg bersama fachri tsb bilang pada wartawan td “dia(fachri) memang tidak sama seperti orang islam yang lain”langsung saja saya stop untuk melanjutkan dan tidak akan sekalipun untuk menontonya film AAC ini lg karna secara tidak langsung maksud dari kalimat tsb adalah bahwa seluruh umat islam di muka bumi ini adalah orang2 yang jahat begitu?subhanallah..benar2 menyedihkan karna cerita ini di buat di sebuah negara yg penduduknya mayoritas islam…sudah terlalu banyak penghinaan yang kita terima dan tidak ada habis2nya semoga ini semua menjadi semangat bagi semua muslim agar selalu berjalan dan berjuang di jalan ALLAH SWT dan semoga Allah melimpahkan Rahmat nya bagi kita semua Amien….

  39. Assalamu’alaikum wr wb
    wala talbisulhaqqa bil bathil=dn jgnlah kau cmpuradukkan yg haq dg yg bathil.Q.S.AL-BAQARAH:42
    plus + minus= minus. Maka haq+bathil = bathil
    ktika da film yg mgatasnamakn dkwah islam dg dcmpur kbatilan d dlmy mk film tsb film yg btil alias mrusak
    Wassalamu’alaikum

  40. kalo menurutku sih,
    dibandingin dengan film indonesia lainnya saat ini yg temanya cm itu2 aja kaya horor, setan , cinta, kenakalan remaja AAC pantas diapresiasi

    itu kan jg bagian dari dakwah, dakwah kan ga melulu lwt ceramah ato pengajian

    aku sendiri terinspirasi jd fahri lo, tapi fahri dalam arti sesunguhnya

    Flog – Firman Blog >> fulcrums.wordpress.com

Comments are closed.