Thursday, 21 November 2024, 22:07

gaulislam edisi 355/tahun ke-7 (15 Syawal 1435 H/ 11 Agustus 2014)

 

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Mulai awal Ramadan kita sudah dihinakan oleh musuh Allah bernama Zionis Israel. Rakyat Gaza yang mayoritas muslim menjadi sasaran empuk pembantaian di tanah airnya sendiri. Satu bulan berlalu belum ada tanda-tanda kebiadaban ini akan berakhir. Hingga saya menulis artikel ini jumlah korban mendekati angka 2000 jiwa manusia. Itu semua mayoritas terdiri dari anak-anak dan perempuan.

Kemanusiaan seolah tak ada harganya lagi. Begitu murah harga nyawa manusia. Aktivis pembela HAM (Hak Asasi Manusia) bungkam. PBB yang katanya bertugas menciptakan perdamaian dunia impoten. Ya, bila berkaitan dengan nyawa manusia yang beragama Islam, PBB yang notabene diwakili oleh Amerika memang tak pernah peduli. Bukan hanya tak peduli, Amerika malah menyuplai senjata dan mendanai Israel secara besar-besaran untuk membunuhi rakyat Gaza.

Pertanyaannya, mengapa rakyat Gaza yang mayoritas Muslim seolah berjuang sendiri dan tak ada yang membantu? Kemana para pemimpin negeri-negeri Muslim yang memunyai kekuasaan untuk mengirim pasukan militer negaranya? Daripada militer cuma baris-berbaris saja kerjaannya, kan mending tuh dipraktekkan secara nyata di medan jihad Gaza. Tapi jangankan mengirim militer, mengutuk perbuatan keji Israel saja mayoritas pemimpin itu tak berani. Ada apa sebenarnya ini?

 

Dunia Islam berduka

Pembantaian rakyat Gaza adalah hal tragis yang menyedihkan hati. Diamnya para pemimpin Muslim itu jauh lebih menyakitkan lagi. Mulai dari pemimpin negara Arab hingga negara non Arab semisal Indonesia dan Malaysia seperti macan ompong yang kerjaannya cuma bengong. Bahkan pemimpin Indonesia yang akan segera lengser baru membuat surat terbuka terkait peristiwa ini setelah pembantaian berjalan sampir satu bulan lamanya! Kemana saja ia sebelumnya?

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Israel hanyalah satu negara kecil dibandingkan dengan bersatunya negeri-negeri Muslim yang berjumlah 57 negara (tergabung dalam OKI alias Organisasi Kerjasama Islam—dahulu sebelum 28 Juni 2011 namanya Organisasi Konferensi Islam). Masalahnya, adakah kemauan dari negeri-negeri muslim tersebut untuk melawan Israel dan membantu Gaza secara militer? Jawabnya sangat jelas yaitu tidak ada. Nasionalisme menjadikan negeri-negeri tersebut tidak merasa bahwa Gaza adalah permasalahan umat Islam sedunia. Nasionalisme menjadi batasan imajiner satu negara dengan negara lain untuk memberikan bantuan semaksimal mungkin.

Di antara semua negara, Iran terkenal yang paling vokal menggertak Israel. Tapi ibarat anjing menggonggong kafilah berlalu, gertakan itu tak mempan. Iran tak pernah benar-benar berniat membela rakyat Gaza dan menyerang Israel. Maka di titik ini, Gaza yang terkenal mayoritas penduduknya adalah penghafal al-Quran, mengharap pertolongan hanya pada Allah semata. Banyak keajaiban hadir di saat tak ada seorang penolong pun kecuali Allah.

Sungguh, seharusnya kita semua malu dengan kondisi ini. Betapa Israel sengaja mengolok-olok umat Islam sedunia dengan menjadikan Gaza sebagai percontohan pembantaian. Israel dibantu secara total oleh negara yang menyebut dirinya adidaya yaitu Amerika Serikat, sedangkan Gaza sebaliknya. Sebanyak apapun dukungan terhadap Gaza, itu tak menghentikan jatuhnya korban nyawa dari kalangan anak-anak dan perempuan. Karena menghadapi lawan tipe Zionis Isreal yang memang seperti bukan manusia lagi, jawabannya hanya kekuatan militer.

 

Keistimewaan Palestina

Sobat gaulislam, sekeji itu perlakuan Zionis Israel terhadap Palestina khususnya Gaza, mengapa mereka tak memilih keluar saja selagi bisa? Mungkin itu yang ada di benak banyak orang menyikapi peristiwa Gaza yang seringkali terulang. Zionis dengan pongahnya membunuhi secara keji ribuan nyawa dalam hitungan hari. Tapi rakyat Gaza beda. Mereka adalah sosok tangguh yang tak takut mati, pun tak gentar menghadapi hidup sedemikian keras. Di Palestina, ada al-Aqsha sebagai kiblat pertama umat Islam. Salat di tempat ini pahalanya berlipat-lipat kali dibandingkan dengan masjid lainnya (ada keterangan 250 kali, ada juga yang seribu kali lipat). Tak heran, meskipun bertaruh nyawa, pemuda Palestina berani menerabas blokade pasukan Israel yang ditempatkan di sekeliling masjid. Bahkan tak sedikit yang rela salat di jalanan depan masjid.

Merekalah, rakyat Palestina penjaga al-Aqsha. Ibu-ibu yang kehilangan anaknya menjadi pemandangan yang biasa di sini. Bukannya bersedih, ada satu ibu yang ketika diberitahu bahwa anaknya syahid dia malah membagikan permen kepada para mujahid pembawa berita. Ya, dia meyakini bahwa anaknya sudah di surga jadi buat apa bersedih. Itu ibunya, ibu hebat yang dipunyai oleh negeri ini yang mayoritas mereka adalah penghapal al-Quran.

Lihat juga anak-anaknya. Betapa anak-anak usia sekitar 10 tahun bermain dengan gembira dilatarbelakangi suara bom. Bukannya takut, mereka malah bertakbir setiap ada suara ledakan yang itu jaraknya hanya beberapa kilo saja dari tempatnya bermain. Mereka tak takut mati, sama seperti ibunya. Tak heran karena bekal mereka adalah al-Quran.

Inilah yang membuat Israel zionis geram. Dikabarkan yang syahid karena kekejaman Israel mendekati angka 2000 tapi bayi yang lahir di Palestina utamanya Gaza lebih dari 4000 jiwa. Bayangkan, hamil dan melahirkan di tengah dentuman bom dari sebuah negara yang katanya angkatan bersenjatanya terbaik di dunia.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Bolehlah Israel mengatakan bahwa negaranya memunyai angkatan bersenjata terbaik di dunia. Fakta di lapangan berbicara sebaliknya. Negara yang begitu dimanja oleh Amerika Serikat ini kewalahan menghadapi perlawanan dari anggota Hamas. Tak jarang serdadu Israel harus memakai popok sehingga dijuluki serdadu diapers karena sangat ketakutan sehingga sering terkencing di celana. Mereka juga serdadu yang cengeng karena gampang mewek ketika ada serangan roket dari jalur Gaza. Angka bunuh diri juga cukup tinggi di kalangan serdadu ini karena menurut mereka kematian lebih baik daripada harus menghadapi Brigade Izzudin al-Qassam, para pejuang tangguh muslim Gaza.

Ini bukan lagi sekadar masalah perebutan tanah, tapi ini adalah penghinaan luar biasa terhadap umat Islam sedunia. Omong kosong yang menyatakan bahwa Palestina itu mayoritasnya bukan orang Islam. Itu hanyalah pernyataan pejabat Palestina yang menjadi budak Zionis untuk mengurangi dukungan umat Islam sedunia atas hal yang menimpa tempat suci ini.

Di sini paparan al-Quran sebagai firman Allah terbukti. Betapa banyak Allah menyampaikan tentang kaum yang suka sekali membunuhi para nabi dan membangkang terhadap perintah-Nya. Ini adalah kaum yang membawa ‘gen’ suka menyalahi janji. Jadi jangan pernah percaya pada apapun kesepakatan yang membawa kata janji di dalamnya. Perjanjian ini itu hanya akan dilanggar dengan entengnya oleh Israel termasuk perjanjian gencatan senjata yang itu merupakan bentuk kekalahan Israel melawan mujahidin Gaza.

 

Sikap sebagai Muslim

Sobat gaulislam, kita berada jauh dari lokasi konflik Palestina. Ibarat jempol kaki jauh jaraknya dari kepala. Toh ketika jempol kaki kita kegencet pintu, pastinya kepala kita juga ikut kliyengan. Sama artinya dengan kondisi muslim yang satu tubuh. Tak peduli sejauh apa jarak Palestina dari Indonesia, kita adalah satu tubuh. Sakit rasanya menyaksikan tubuh-tubuh mungil terluka bahkan hancur karena kebiadaban Zionis. Bagaimana menyikapi rasa sakit ini ketika para pemimpin negeri muslim memilih berdiam diri daripada mengutuk apalagi mengangkat senjata?

Pertama dan utama adalah doa. Kekuatan Muslim yang mampu melintasi batas negara yang tersekat sempitnya paham nasionalisme adalah doa. Materia mungkin butuh waktu untuk sampai ke Gaza Palestina, tapi doa mampu melesat melebihi kecepatan cahaya apabila diijabah. Selipkan Palestina dalam doa kita, dalam dzikir dan pikir kita. Jauhi maksiat agar doa kita cespleng dalam membantu saudara di Palestina. Ya, doa inilah yang menjadi tumpuan ketika kekuatan manusia pendosa (Zionis Israel laknatullah) yang pongah harus dilawan. Efeknya, bahkan batu pun mampu menandingi tank Israel dan makin membuat ciut nyali para serdadunya yang memang pada dasarnya bermental pengecut.

Kedua, materi. Kaum muslimin Palestina butuh materi yang nantinya itu diwujudkan dalam bentuk bahan pangan, pakaian, dan kebutuhan pokok lainnya (termasuk, semoga saja dibelikan senjata). Kita bisa menyisihkan sebagian dari harta untuk disadaqahkan pada mereka. Banyak atau sedikit, sesuaikan dengan kemampuan dan harus ikhlas.

Ketiga, bolehlah kita boikot produk yang memberi sumbangan pada Zionis untuk membeli senjata demi membunuhi bayi-bayi tak berdosa. Memang sih, banyak sekali produk keseharian kita yang ternyata masuk daftar sebagai penyumbang dana bagi gerakan zionisme. Selama kamu bisa menghindarinya, tak ada salahnya kan kamu berbelanja produk sejenis dengan merk lain?

Satu hal yang kelihatannya sepele tapi sangat penting adalah dukungan sepenuh hati dari saudara di Indonesia untuk Palestina. Hati-hati dengan propaganda Israel yang disebarluaskan melalui jaringan media yang dimilikinya. Betapa banyak orang-orang tertipu oleh berita yang dibawa CNN, BBC dan lainnya yang diadopsi mentah-mentah oleh media di Indonesia utamanya dari kalangan liberal. Israel dikatakan mempertahankan diri dan Hamas difitnah sebagai kelompok teroris yang menggunakan rakyat Gaza sebagai pagar hidup.

Hanya logika orang yang otaknya nggak beres percaya pada berita tersebut. Bila tak bisa berbicara atau menulis hal baik tentang perjuangan kaum muslimin Palestina, khususnya Gaza, maka diam adalah pilihan yang terbaik. Jangan sampai kita menjadi pihak yang ikut menyebarkan dan mempercayai berita bohong dari media mereka. Cerdaslah dalam memilih dan memilah berita untuk dipercayai apalagi disebarkan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin seluruhnya karena sungguh, kemenangan itu sudah dekat. Pasti! [Ria Fariana | riafariana@gmail.com]