Friday, 22 November 2024, 00:41

  gaulislam edisi 261/tahun ke-6 (6 Dzulhijjah 1433 H/ 22 Oktober 2012)

 

Halo generasi muda yang makin bikin gemes aja nih! Yup! Generasi muda, kini semakin giat mengukir prestasi yang gemilang. Kita bisa lihat dari pencapaian-pencapaian luar biasa yang sudah berhasil mereka gapai, mulai dari prestasi di dalam negeri sampai mancanegara. Tidak hanya pada bidang akademik saja, generasi muda bahkan dapat menunjukkan dirinya sebagai sekelompok orang yang dapat menaati aturan agama dengan baik, taat syariat, patuh kepada orang tua, dan seabrek lagi perilaku membanggakan dari generasi muda.

Namun, bagai kota Jakarta, ternyata generasi muda muslim kini memiliki dua wajah yang berkontras tajam. Di satu sisi, pemuda adalah makhluk sosial yang paling dibanggakan, namun di sisi lain, generasi muda muslim memiliki wajah yang sangat suram. Hal ini terbukti dari maraknya narkoba, mabuk-mabukan (maksudnya mabuk beneran tentu), geng motor, tawuran, sampai free sex di kalangan remaja. Bahkan, saat ini, bagian wajah inilah yang masih mendominasi, terbukti dari lebih sering muncul berita yang miris tentang generasi muda ketimbang berita yang membanggakan dan mengharumkan. Alert!

Antara kita dan Sumpah Pemuda

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Sebentar lagi kita sampai pada tanggal 28 Oktober yang merupakan peringatan Sumpah Pemuda. Tahu Sumpah Pemuda, kan? Nggak tahu? Kalian emang pinter deh…

Sumpah Pemuda merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, dibacakan pada 28 Oktober 1928. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai “Hari Sumpah Pemuda”. Kira-kira begitu deh penjelasan singkatnya. Buletin gaulislam merasa nggak perlu menjelaskan panjang-lebar, karena gaulislam nggak mau jadi saingan guru sejarah kalian. Hahay…

Emang ada apa dengan Sumpah Pemuda? Ngurus amat sih gue? Mungkin sebagian dari kalian akan menanyakan dua kalimat ini. Memang, hal ini terdengar dan tampak sepele. Tapi, Sumpah Pemuda ternyata harus diwaspadai, lho!

Bro en Sis, Sumpah Pemuda memang terdengar biasa dan sederhana, namun di balik itu semua, sebenarnya kita sebagai umat Islam secara perlahan-lahan sedang dikaburkan dari ajaran kita yang mulia! Kok bisa? Ya iyalah, kita semua tahu, yang namanya Sumpah Pemuda itu tidak lain dan tidak bukan diciptakan untuk menciptakan dan mengokohkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia. Padahal, nasionalisme itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam.

Yup, kita selalu diajarkan untuk terus menjaga keutuhan, kesatuan, keselamatan, dan keamanan nasional, namun di balik itu kita lupa untuk memikirkan saudara kita di tempat lain! Ya, kita kini hanya memikirkan saudara kita yang ada di Indonesia saja. Padahal, sudah jelas sekali dalam al-Quran dan ajaran Islam, begitu banyak perintah untuk peduli pada saudara seiman, saudara semuslim, untuk saling menjaga, saling membantu, dan saling peduli. Sudah jelas sekali saudara-saudara kita yang berada di Palestina, Afghanistan, Iraq, Filipina, dan sederet negara Islam lainnya yang terintimidasi, lebih membutuhkan kita. Namun, karena kita hanya diajarkan untuk mencintai negeri kita saja, kita pun melupakan saudara-saudara kita.

Ckckck…*sambil geleng-geleng kepala. Kalian nggak nyangka, kan? Nasionalisme itu ternyata telah melenakan kita, membuat kita lupa akan kewajiban untuk saling menjaga saudara sesama muslim kita. Tidak seperti paham nasionalisme yang mengesampingkan perasaan kebersamaan, Islam justru mengajarkan untuk tetap peduli pada saudara sesama pemeluknya. Bahkan, Islam juga mengajarkan untuk selalu berbuat baik kepada orang yang berbeda agama dengan kita. Subhanallah… Coba kalian cari, paham mana yang mengajarkan kasih sayang dan kepedulian kepada sesama pemeluknya secara universal? Nggak bakal ketemu! Sumpah (tapi nggak pake serapah)

Pemuda yang keren itu bukan yang teguh pada nasionalisme. Bukan para pemuda yang menjunjung merah putih dan burung garuda di atas segalanya. Kebalikannya, mereka para pemuda yang buta karena tidak bisa melihat paham yang baik dan paham yang buruk. Nasionalisme itu buruk Bro, dan bisa membahayakan kita sehingga berpotensi merugi di akhirat kelak. Naudzubillah min dzalik!

Syaikh Safiyurrahman al Mubarakfuri dalam kitab al-Ahzab as-Siyasiyyah fil Islam mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda (yang artinya): “Barangsiapa berjuang di bawah bendera kefanatikan, bermusuhan karena kesukuan dan menyeru kepada kesukuan, serta tolong menolong atas dasar kesukuan maka bila dia terbunuh dan mati, matinya seperti jahiliyah.” (HR Muslim)

Maka apa yang harus kita jadikan pegangan dan bisa mengantarkan kebahagiaan di akhirat? Cuma Islam, Bro en Sis! Allah Swt. berfirman:”Berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai. Ingatlah akan nikmat Allah ketika kalian dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan hingga Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian, karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian agar kalian mendapat petunjuk. (QS Ali Imrân [3]: 103)

Yups, that’s Islam! Tidak ada ajaran yang mengagungkan berbudi luhur untuk diamalkan selain Islam. Memang, siapa sih yang memperjuangkan Indonesia ini menuju kemerdekaan? Kalian pikir para nasionalis itu, ya? Bro en Sis, hanya Islam-lah yang memberikan posisi yang mulia bagi pejuang yang mati di jalan Allah Swt, sehingga pertempuran yang mereka buat adalah perlawanan gigih, berani, dan berani mati melawan para penjajah yang emang kafir. Ummat Islam tidak perlu takut mati, karena siapapun yang syahid di jalan-Nya pasti akan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Sebab, mereka berjuang untuk Islam.

Maaf, jangan sebut ini terorisme. Siapapun yang menganggap ini terorisme, maka Indonesia patut berterima kasih pada para teroris yang merupakan pahlawan nasional mereka sendiri. *jangan bengong, baca kembali paragraf di atas hehehe…

 

Pemuda Islam bukan jenis ‘alumunium’

Bro en Sis, pembaca setia gaulislam. Sebagai para pemuda yang sejak dilahirkan sudah menjadi seorang muslim, maka kita memiliki kewajiban dan tanggung jawa besar dalam mempelajari ajaran kita yang mulia ini. Menjadi pemuda yang keren itu bukan bangga dengan nasionalisme, namun berbangga dengan Islam. Sebab, besok di akhirat, kita nantinya akan ditanya apakah kita beragama Islam atau bukan, dan itulah peluang yang akan menyelamatkan kita dari panasnya api neraka. Allah Swt. pun telah memperingatkan kita untuk selalu berteguh pada Islam dalam firmanNya yang sering kita dengar saat khutbah Jumat, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran [3]: 102)

Sudah menjadi kewajiban kita untuk terus mempelajari tentang agama kita ini. Kita tidak bisa mengandalkan pelajaran agama di sekolah, karena pemerintah hanya memberi sedikit sekali jam pelajaran agama dalam seminggu. Kita harus belajar lebih banyak secara mandiri. Sering-seringlah membaca tentang ajaran-ajaran Islam, mendalami al-Quran beserta tafsirnya, meluangkan waktu untuk mempelajari isi dari hadist-hadist Rasulullah, dan mengikuti kajian-kajian Islam.

Memang, pembahasan tentang agama tergolong tema yang di-‘anti’-kan oleh para remaja. Setiap pembahasan tentang agama selalu dinilai menghakimi bin menggurui.

Bro en Sis, segala sesuatu yang belum kita kenal dan suka, mungkin saja ada yang rasanya pahit saat kita pertama kali merasakannya. Namun, percayalah, hanya dengan cara inilah kita dapat mengerti dan tahu jalan kehidupan yang benar, sehingga kita tidak tersesat dalam menjalani kehidupan ini. Jika kalian sudah terbiasa dengannya, maka mempelajari Islam adalah sesuatu yang mengasyikkan dan seolah tak ada akhirnya. Kita harus berbangga dengan identitas sebagai muslim. Berbanggalah dengan ajaran Islam, karena hanya ajaran inilah yang dapat membuat kita berhasil. Hanya inilah jalan yang benar!

 

Share and retweet

Friends, nggak cukup hanya dengan mempelajari Islam, kita juga kudu menyebarkannya. Seperti halnya di Facebook atau Twitter, jika kita mendapati adanya status yang keren bin inspiring, kita pasti segera meng-klik share atau retweet. Begitu juga dengan ilmu Islam ini. Kita wajib membagikan ilmu yang kita dapatkan. Sebarkan terus agar membuatnya semakin berkembang di seluruh penjuru dunia.

Jangan berpikir kita hanya akan kelelahan dan sia-sia dalam mengajarkan Islam ini. Sebaliknya, kita akan mendapatkan pahala terus-menerus selama orang yang kita ajarkan ilmu tersebut masih mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala orang tersebut. Keren banget, kan? Duh, berarti gue harus segera koprol sambil bilang wow nih!

Menyebarluaskan ajaran Islam, atau lebih akrab disebut dengan dakwah, tidak berputar hanya di sekitar masjid dan majlis ilmu. Tidak harus menggunakan mimbar, baju muslim, dan identitas muslim lainnya. Tapi, kita bisa meng-share dan retweet di mana saja, lho! Jika kamu adalah orang yang cukup percaya diri, kita bisa berbicara langsung kepada teman, sahabat, guru, bahkan orangtua yang pemahamannya tentang Islam ini bisa dibilang kurang. Atau jika kamu tergolong orang yang pemalu, maka kamu bisa memanfaatkan jejaring sosial seperti yang disebutkan di atas. Cara penyampaiannya pun tak harus baku, melainkan disesuaikan dengan sasaran dakwah kita. Sesama teman, kita dapat menggunakan bahasa keseharian yang lebih nyantai.

Atau untuk teman kita yang suka lebay, tidak ada salahnya kita mencoba kolaborasi huruf, simbol-simbol, dan pengucapan yang ‘aneh’ untuk mendakwahi mereka, selama apa yang kita sampaikan tetap tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Mudah sekali, kan? Nah, makanya, ayo kita sebarkan, share, dan retweet ajaran Islam ini kepada seluruh manusia, terutama para pemuda, agar ke depannya, kita dapat menggantikan generasi alumunium yang selama ini ada dengan generasi platinum yang tangguh. Generasi yang percaya diri, berjiwa pemimpin, dan yang terpenting adalah berpegang teguh pada syariat Islam dan memperjuangkannya.

So, apakah kamu siap menjadi generasi paltinum penerus kejayaan Islam ini? Kudu siap! [Hawari | Twitter: @hawari88]