Friday, 22 November 2024, 09:08

gaulislam edisi 213/tahun ke-5 (25 Dzulhijjah 1432 H/ 21 November 2011)

 

Bro en Sis rahimakumullah, alhamdulillah kita bisa jumpa lagi ya. Saya seneng banget bisa hadir kembali dengan tulisan di gaulislam untuk nemenin kamu semua belajar Islam, memahami isinya, memahami persoalan remaja, dan memberikan solusi islami terhadap permasalahan kamu semua. Insya Allah, Islam adalah solusi atas semua permasalahan yang ada. Termasuk masalah-masalah remaja. Jangan berpaling ke ideologi lain, jangan ikuti ajaran selain Islam, jangan mencoba mencari solusi permasalahan kehidupan kepada selain agama Islam. Sebabnya apa?

Ya, sebabnya kita muslim. Artinya, kita udah punya pedoman hidup sendiri, punya aturan hidup sendiri, punya jalan hidup sendiri. Islamlah yang mengatur segala permasalahan kita. Islam mengatur kehidupan kita dari mulai bangun tidur sampe tidur lagi (ssstt.. bukan berarti pas bangun tidur langsung tidur lagi, itu sih di lagunya Mbah Surip atuh hehehe…). Maksudnya, dari mulai kita bangun tidur di pagi hari, masuk ke kamar mandi, nongkrong di WC, mandi, sarapan, berkomunikasi dengan ortu, berangkat sekolah, etika bergaul dengan teman, menghormati guru, taat aturan sekolah, disiplin di jalan raya (nggak ugal-ugalan dan bikin bahaya diri dan orang lain), belajar di sekolah, shalat, ibadah lainnya, membeli makanan di kantin, belanja di pasar or mal, naik kendaraan umum, pinjam meminjam barang teman dan tetangga, ikut kajian keislaman, aktif berdakwah, main facebookan, twiteran, ngeblog, dan lain sebagainya, hingga malam hari kita tidur lagi, pastikan bahwa aturan Islam menjadi landasan aktivitas kita. Keren kan? Itulah hebatnya Islam.

Sobat muda muslim, termasuk yang lagi jadi sorotan saat ini, meskipun udah berbulan-bulan sih sebenarnya, adalah masih banyaknya di antara kamu yang hidupnya merasa ‘galau’. Oya, istilah galau ini kalo nyari di internet jadi banyak macamnya (tergantung siapa yang menginginkan maksudnya): ada yang bilang galau adalah suatu keadaan ketika suasana hati menginginkan kebebasan, namun ada yang mengikat, nggak mau lepas. Ditemukan juga istilah galau adalah suatu keadaan dimana kita memikirkan suatu hal secara berlebihan, bingung apa yang harus dilakukan dengan suatu hal ini—dengan pikirannya sendiri sehingga menimbulkan efek emosi melabil, pikiran pusing, dan mendadak insomnia. Tapi kalo di Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau itu artinya sibuk beramai-ramai, sangat ramai atau kacau tidak karuan (pikirannya). Meski sedikit berbeda, tapi penampakan umum ‘penderita’ galau adalah sering resah dan suka mengeluh, masalah pribadi (sengaja) diumbar ke publik (via facebook atau twitter), self-centered alias kalo ngomong lebih banyak tentang “keakuannya”. Ckckck… kamu termasuk yang galau nggak nih? Pletak! #nepukjidat.

Ya, kehidupan ini bagi orang-orang yang galau serasa sempit. Dunia tak lagi indah, nikmat hidup tak lagi terasa. Inginnya menumpahkan segala kesah dan keluh, menganggap bahwa dirinya paling menderita di seluruh dunia (BTW, lagu jadul Bang Hamdan ATT, “Termiskin di Dunia” bisa tersaingi nih! Hahaha!). Kamu yang merasa lagi galau karena putus cinta, galau dapat nilai fisika berbentuk sisir (maksudnya dapet nilai E alias nggak lulus) makin membuat hatimu remuk redam, wajahpun nggak karuan jadinya bagai pinang diinjek hansip. Hedeuuh, dunia bagimu ibarat altar penyiksaan paling kejam yang pernah kamu rasakan, sehingga perlu memasang status di facebook: “Afgan mode on” alias SADIS. Hehehe…

Saya kepikiran membahas tema “galau” adalah ketika saya menjadi salah satu pembicara di acara Seminar “Membangun Generasi Produktif Berkarakter di Era Teknologi Informasi dan Komunikasi” pada 17 November 2011 di Pudiklat Rumah Gemilang Indonesia di daerah Sawangan, Depok. Hadir dalam acara itu adalah remaja perwakilan SMA/SMK dan MA se-Depok. Seru juga tuh berbincang dan mengajak para remaja membahas seputar membangun kepribadian Islam di era teknologi informasi dan komunikasi (termasuk bahas soal “galau”)

Dalam seminar yang dihadiri lebih dari 70 orang dari perwakilan SMA/SMK dan MA se-Depok itu, selain dibagikan buletin gaulislam edisi “black metal” juga peserta yang berhasil membuat status keren (yang jelas bukan status galau) yang dikirim via SMS ke nomor hp saya pada saat acara dapat buku “Menjadi Penulis Hebat”. Peserta yang bisa menjawab pertanyaan dari saya dapet hadiah buku “Gaul Tekno Tanpa Error” (nah, kalo ini cocok banget deh dengan tema seminar). Wah, kayaknya pembaca setia gaulislam edisi cetak di Bogor, Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung, Lampung, Jambi, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Riau, Kuningan, Banjarnegara, Pamekasan, Banjarmasin dan kota lainnya yang baca info ini di internet kayaknya ngiri deh. Ciee.. pede banget (nuduhnya!). Kalo ngiri, ya adain juga di sekolah-sekolahmu, insya Allah saya dan kru gaulislam siap datang untuk bekerjasama ngisi acara. Insya Allah seru deh!

 

Mengapa harus galau?

Bro en Sis pembaca gaulislam, nggak cukupkah Allah Swt. ngasih nikmat buat kita? Nggak nyadar kalo kita udah diberi waktu untuk hidup? Saat kita bangun pagi, membaca doa, lalu berpikir sejenak: “Aku masih hidup, terima kasih ya Allah. Engkau telah memberikan kesempatan bagiku untuk menjemput karunia-Mu yang besar dan berlimpah di dunia ini”. Subhanallah, kalo semua remaja dan umat manusia ini berpikiran demikian, rasanya sedikit, atau malah nggak ada yang galau dalam hidupnya. Seberat apapun masalah yang dihadapi, nggak akan berkeluh kesah dan putus asa. Sebaliknya, akan kian semangat mencari solusinya dengan tetap mengharap ridho Allah.

Rasa-rasanya di antara kaum muslimin umumnya sudah pernah membaca surat ar-Rahman. Ya, pasti akan berkesan dengan diulang-ulangnya hingga 31 kali  ayat: Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban (“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”). Ayat ini diletakkan di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah Ta’ala yang diberikan kepada manusia. ‘Seolah-olah’ Allah Swt. mempertanyakan kepada kita: “NikmatKu yang mana yang kamu dustakan?”

Jika kita sedang berhadapan dengan seseorang yang mempertanyakan dengan pertanyaan seperti itu kepada kita, rasanya kita akan takut ketika kita memang mendustakan pemberiaan orang tersebut. Apalagi di hadapan Allah Swt.? PertanyaanNya terasa sangat menghunjam dada kita. Sesak rasanya. Meski kita tak mendustakan nikmatNya, namun tetap saja ada rasa khawatir, “jangan-jangan banyak juga nikmat yang tak terasa yang kita lupa bersyukur kepadaNya, atau bahkan tak menganggapnya sebagai nikmat”. Kita pantas takut.

So, nggak ada alasan untuk galau kan? Allah Swt. udah ngasih begitu banyak kenikmatan bagi kita. Ngapain juga kudu nulis status di facebook: “gue sedih, pacar ninggalin gue… ada racun serangga nggak ya?” Wedew! Cemen banget. Atau nge-twit gini: “Tuhan nggak adil, aku tak pernah bisa bahagia” Astaghfirullah. Ckckck.. jangan sampe kayak gitu Bro en Sis! Nggak boleh berburuk sangka kepada Allah Swt. Lagian, ngapain juga nulis di facebook yang bisa dibaca ribuan teman kamu atau ribuan follower-mu di twitter, apakah ingin seluruh dunia tahu tentang kamu? Dulu waktu SMP saya punya buku harian, yang isinya hanya saya yang tahu. Keluh kesah tetap ada, tapi saya menguncinya dengan rapat di buku harian. Orang lain tak boleh tahu. Kalo sekarang? Hehehe.. facebook dan twitter udah jadi sarana penampungan dan publikasi galau kamu. Halah!

 

‘Curhat’sama Allah Swt.

Sebagai orang yang beriman kepada Allah Swt., nggak pantes banget kalo kita berkeluh kesah, putus asa, dan mengumbar kegalauan kamu ke seantero penduduk bumi. Cukup Allah Ta’ala saja sebagai tempat kamu ‘curhat’. Orang lain belum tentu bisa semuanya membantu kesulitanmu, tetapi Allah Swt. insya Allah pasti akan menolongmu. Jadi selalu ingat Allah di kala hatimu resah, gelisah, gundah gulana bin galau.

Allah Swt berfirman: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS ar-Ra’d [13]: 28)

Salah seorang ulama salaf berkata: “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”, maka ada yang bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?”, Ulama ini menjawab: “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya” (Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/72)

Sobat muda muslim pembaca setia gaulislam, bertakwalah kepada Allah Swt., insya Allah masalah yang kita hadapi ada jalan keluarnya dan tawakkallah kepada Allah Swt, insya Allah Dia akan mencukupkan keperluan kita. Sebagaimana dalam firmanNya (yang artinya): “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS ath-Thlaaq [65]: 2-3)

Ayat ini adalah janji Allah Swt. Kita wajib mempercayainya. So, nggak usah galau atas segala kesempitan dan kesusahan yang kamu hadapi. Takwa dan tawakkal kepada Allah Swt akan menentramkan pikiran dan perasaan kita. Tetap berdoa kepadaNya minta dimudahkan dalam segala urusan kehidupan kita. Insya Allah ada jalan keluarnya.

 

Tips sederhana

Bro en Sis, nih ada sedikit tips praktis yang insya Allah bisa membantu kamu ngilangin galau: Pertama, jangan putus asa. Benar sobat. Nggak perlu untuk putus asa. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya dalam hidup kita. Realistis saja. Ibarat dua sisi mata uang, kalo yang satu adalah kegagalan, maka sisi lainnya adalah keberhasilan. Jadi, masih ada kesempatan untuk mencobanya lagi. Maju terus pantang mundur dan jangan galau

Kedua, belajar dari kesalahan. Hidup ini penuh dinamika sobat. Kemarin kita boleh gagal. Tapi esok, jangan terulang lagi. Itu sebabnya, pelajari kenapa kita gagal. Mungkin ada kesalahan yang kita lakukan. Mending pelajari dan perbaiki kesalahan itu ketimbang ngumbar galaumu.

Ketiga, galang dukungan. Nggak usah malu untuk meminta dukungan dari pihak lain. Apalagi jika kekuatannya bisa memperbaiki kegagalan dan kegalauan kita. Kita bisa lakukan itu untuk meningkatkan semangat dan kinerja kita. Jadi gandeng teman, ortu, guru dsb untuk membantu atasi kegalauanmu selama ini.

Keempat, baca biografi orang yang sukses dalam hidupnya. Kamu bisa baca kisah para sahabat rasulullah saw., dan juga orang-orang sukses jaman kiwari. Siapa tahu bisa tambah bikin semangat. Cobalah.

So, meski banyak generasi galau, don’t follow. Sebaliknya, ajak mereka supaya nggak galau lagi. Caranya? Coba mulai dengan ngasih artikel gaulislam edisi ini dan ajak diskusi. Sip kan? [solihin | Twitter: @osolihin]

5 thoughts on “Generasi “Galau”? Don’t Follow!

  1. subhanallah..

    sesuatu banget ya ? hehe..
    ternyata memang cuma Allah yang benar2 bisa mengerti keadaan kita dan hanya Allah juga yang bisa memberikan solusi dan petunjuk dari setiap problematika dalam kehidupan ini..

    SEMANGAT !
    say no to GALAU !! ^^,

  2. assalamu’alaikum,,,,

    artikelnya siiiip bin ajib brother,,,,,jempol 7 dech,,,

    x boleh ngasi masukan nih,,,,sebaiknya penulisan Allah subhanahu wata’ala
    atau Rasulullah shalallahu alaihi wasallan jgn di singkat jd, SWT,SAW, dunk,,kan bisa beda makna,,,,artikel y sgtu banyaknya ja g capek ngetik,,,masa y ini g mampu,,,,,,,senyum.

  3. menurut islam boleh nggak kita galau.. ?

    Islam tidak mengajarkan kita untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat, sebaiknya isi waktu kita dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dunia & akhirat kita.

    Redaksi GaulIslam

Comments are closed.