Saturday, 23 November 2024, 17:24

gaulislam edisi 387/tahun ke-8 (3 Jumadil Akhir 1436 H/ 23 Maret 2015)

 

Kenyamanan, keamanan, dan ketenangan berkendara di jalanan semakin lama semakin mengkhawatirkan. Bukan hanya karena kemacetan yang semakin tak teratasi, atau kecelakaan lalu lintas yang bisa kapan saja menimpa diri. Ancaman keamanan dan ketenangan berkendara ini justru datang dari gerombolan pemuda yang seharusnya menjadi harapan umat, pelanjut tonggak estafet peradaban mulia.

Berkumpul dan mengendarai motor adalah ciri khas mereka. Maka masyarakat pun mengenal dan memanggil mereka dengan sebutan, geng motor. Oya, beberapa waktu lalu juga saat maraknya begal sepeda motor ternyata banyak di antara para begal adalah remaja, lho.

Sobat muda penikmat gaulislam, sebenarnya tidak ada masalah dengan sebutan geng motor ini, seandainya saja perkumpulan ini tidak melakukan hal-hal gila di jalanan. Bentuknya akan persis seperti komunitas pengguna sepeda motor merek tertentu yang juga sering kumpul dengan motornya, tapi aktivitas yang dilakukan memberikan manfaat atau setidaknya tidak merugikan pengguna jalan lainnya. Misalnya, mengadakan tur bersama ke suatu daerah, bakti sosial, dan lain sebagainya.

Namun geng motor sepertinya telah memilih cara berbeda untuk meenunjukkan eksistensinya. Berbagai perilaku ugal-ugalan di jalan, pemerasan, pengeroyokan, bahkan merampas hak hidup orang lain, seolah tak lagi canggung melakukannya. Korbannya tak hanya warga biasa, bahkan polisi dan tentara juga ikut-ikutan mereka keroyok hingga ada beberapa di antaranya yang terbunuh. Otomatis berbagai catatan buruk ini mengukuhkan keberadaannya mereka sebagai salah satu ‘kawanan’ penebar keresahan plus teror horor.

Tahun 2014 kemarin misalnya. Seperti halnya yang dilansir oleh media JPNN, bahwa sejak 12 Januari hingga 2 Desember 2014, setidaknya telah terjadi 38 kali peristiwa kebrutalan geng motor. Akibat kebrutalan geng motor itu, sebanyak 52 orang telah menjadi korban, 24 korban luka-luka, 28 orang tewas.

Lebih miris lagi, Indonesian Police Watch (IPW) mencatat bahwa para pelaku brutalisme geng motor ini tidak hanya berasal dari kalangan remaja, melainkan juga dari kalangan anak-anak di bawah umur. Ketika melakukan aksinya, berbagai senjata mereka bawa. Misalnya, golok, celurit, dan panah.

Lebih membuat resah lagi ketika fakta menunjukkan bahwa ketika menggunakan senjata-senjata ini, mereka tidak segan memilih titik-titik mematikan dari tubuh korbannya, seperti bagian kepala, leher, dada, dan perut. Bahaya!

 

Menghukum geng motor

Sobat gaulislam, membuat geng atau perkumpulan, kemudian berulah membuat resah kehidupan di tengah-tengah masyarakat dengan geng kita, tentunya merupakan perbuatan yang berbuah dosa. Membuat resah dan takut tetangga rumah saja Allah Ta’ala dan Rasul-Nya melarang, apalah lagi membuat resah satu kota, misalnya.

Dosanya menjadi berlipat ganda manakala aksi yang dilakukan sampai merampas harta benda atau bahkan membuat nyawa seseorang melayang. Dalam Islam, hukumannya nggak main-main dan pasti membuat jera. Ketika seseorang terbukti mengambil harta orang lain alias mencuri, maka yang bersangkutan harus dihukum, yakni dipotong tangannya. Proses eksekusi potong tangan ini harus dilakukan di depan khalayak ramai. Pun ketika seseorang terbukti dengan sengaja membunuh orang lain, maka hukumannya adalah dibunuh pula.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS al-Maa’idah [5]: 38)

Mungkin akan banyak yang bertanya, kenapa hukum Islam itu nampak kejam? Seolah tidak berperikemanusiaan.

Justru di sanalah letak keadilan Islam. Kehormatan, harta, dan nyawa tiap-tiap muslim benar-benar dijaga. Jika si pelaku pembunuhan hanya dihukum penjara beberapa tahun, maka jelas pihak keluarga korban akan merasakan ketidakadilan. Selain itu, orang yang sudaah keluar dari penjara, belum ada jaminan bahwa yang bersangkutan tidak akan kembali melakukan pembunuhan.

Penetapan hukuman mati atau potong tangan ini juga tentunya akan memberikan efek jera. Seseorang akan berpikir seribu kali untuk melakukan pembunuhan karena konsekuensinya, nyawanya juga akan diambil. Itu sebabnya, yang bersangkutan juga akan berpikir seribu kali untuk mengambil barang milik orang lain. Sekali saja ia berani melakukannya, jika ketahuan, maka seumur hidup tangannya akan buntung. Kemana-mana ia juga pasti menanggung malu, karena ia tidak dapat menyembunyikan sejarah masa lalunya sebagai seorang pencuri, sebagaimana ia tidak dapat menyembunyikan tangannya yang buntung.

Islam juga menurunkan aturan semacam ini, sebenarnya bukan untuk membuat susah hidup manusia. Melainkan agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Buktinya, ketika hukum-hukum Islam ditinggalkan seperti halnya sekarang ini, tindak kriminalitas bahkan bisa terjadi di setiap hari. Tengoklah berita di televisi. Saban hari pasti ada tindakan kriminal terjadi. Baik itu pencurian, pembunuhan, dan lain sebagainya. Termasuk kebrutalan geng motor. Ngeri!

Oya, sebenarnya kita tidak perlu khawatir. Maksudnya apa? Ya kalau tidak melakukan tindakan kejahatan, kenapa harus khawatir? Karena hukuman itu pada dasarnya hanya ditujukan untuk mereka yang melanggar. Kalau tidak, ya selamat menikmati hidup dengan tenang di bawah naungan ridho Allah Ta’ala.

So, nggak ada ceritanya ‘menebar keresahan’ dalam kamus kehidupan seorang muslim. Sebab, yang ada justru sebaliknya, menebar rahmat untuk semesta alam.

 

Mengikat komunitas dengan akidah

Sobat gaulislam, sebuah ikatan pertemanan atau komunitas yang diikat hanya dengan tali pengikat yang bersifat duniawi semata, tentu merupakan sebuah persahabatan yang bersifat rapuh, dan memberikan kemanfaatan yang terbatas hanya di dunia ini saja. Atau bahkan tidak mendatangkan manfaat sama sekali. Contonya semisal geng motor ini. Why? Sebab, yang terjadi malah menebarkan teror bagi kehidupan di sekitarnya.

Rapuh, karena ini hanyalah ikatan yang bersifat duniawi belaka. Sedangkan kita tahu, bahwa dunia ini hanyalah sementara. Tidak kekal. Maka ketika aspek duniawi itu usai, maka bubarlah sebuah pertemanan atau persahabatan dalam sebuah komunitas.

Persahabatan yang hanya diikat dengan tali duniawi saja tentu memberikan manfaat yang terbatas hanya di dunia saja. Tidak akan lebih dari itu. Ia tidak akan melahirkan sebuah ikatan yang kuat, yang bisa bertahan tidak hanya di dunia, melainkan di akhirat kelak.

Maka kumpul tidak hanya kumpul. Berkomunitas tidak hanya sekadar berkomunitas. Pastikan ikatan yang terjadi di dalam komunitas itu adalah semata-mata karena ikatan akidah Islam. Bukan hanya karena sekadar harta, ketenaran, keren-kerenan, atau hanya kumpul-kumpul tak jelas tanpa arah dan tujuan pasti.

Lihatlah ikatan yang terjadi di antara sahabat Nabi di masa lalu. Sebuah persahabatan yang terjadi atas nama Allah Ta’ala, antara kaum muhajirin dan anshar. Bahkan ketika baru saling kenal sekali pun, mereka sudah mau saling berkorban antara satu sama yang lain. Kenapa? Karena tali pengikatnya adalah kesamaan akidah. Hingga melahirkan sebuah kesatuan yang jauh lebih kuat jika dibandingkan dahulu sebelum Islam datang dan mempersatukan mereka.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Tak dapat dipungkiri bahwa energi di masa muda adalah energi yang luar biasa. Persis seperti air yang mengalir dengan begitu deras dan kuat. Jika tidak diarahkan dengan benar, maka ia akan mengalir ke tempat yang salah.

Maka gunakanlah energi dan masa muda dengan bijak. Jangan habiskan masa muda dengan bergabung di komunitas tak jelas yang tujuannya, apalagi hanya untuk senang-senang dan hura-hura belaka. Jika tidak, cepat atau lambat kita akan menyesal. Menyesal karena telah menghambur-hamburkan modal pemberian Allah Ta’ala untuk sesuatu yang sia-sia belaka, atau bahkan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Waspdalah, jangan sampai kita menyesal ketika modal waktu dan hidup di dunia terbuang percuma. Tahu-tahu kita sudah tua. Tahu-tahu kita sudah mau masuk lubang kubur. Sedangkan bekal untuk menuju kehidupan abadi belum apa-apa kita kumpulkan.

Gunakan energi masa muda yang luar biasa itu untuk sesuatu yang bermanfaat. Jangan sekali-kali terseret ikut-ikutan masuk menjadi anggota geng motor. Menunjukkan eksistensi semu dengan menggunakan berbagai cara yang dimurkai Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Sungguh, sekali lagi, tidak ada dalam diri seoang remaja muslim yang baik itu hobi menebar teror dan keresahan di tengah masyarakat. Tak ada ceritanya juga seorang muslim malah bikin teror dan horor.

Pandai-pandailah berteman dan mencari sahabat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari dan Muslim)

Maka tak ada ceritanya seorang remaja muslim yang baik itu betah gaul atau masuk menjadi anggota geng motor. Sebaliknya, ia akan lebih senang berada di masjid. berkumpul dan berkomunitas bersama orang-orang shalih yang target hidupnya tentu tidak hanya bahagia di dunia semata, tidak hanya hura-hura di dunia semata, namun mereka lebih mengutamakan hidup bahagia di akhirat kelak. Sebuah kehidupan yang tidak akan pernah mengenal lagi kata akhir. [Farid Ab | Twitter @badiraf]