gaulislam edisi 362/tahun ke-7 (5 Dzhulhijjah 1435 H/ 29 September 2014)
Akhir-akhir ini, banyak banget bermunculan sinetron-sinetron yang pakai nama hewan. Sebut aja ‘Ganteng Ganteng Serigala’, lalu muncul ‘Manusia Harimau’, mungkin bulan depan bakal muncul ‘Ternyata Aku Aslinya Hamster’, dan nggak tahu bakal berapa banyak lagi hewan yang akan terpaksa menanggung malu karena namanya ‘disinetronkan’.
Sobat gaulislam, sinetron-sinetron seperti yang sudah disebutkan di atas itu kebanyakan isinya cuma tentang pacaran, rebutan cewek/cowok, bukannya belajar di sekolah malah cinta-cintaan, sampai menjurus pada kemusyrikan. Lho kok kemusyrikan sih? Iya lah, karena Allah Ta’ala itu nggak pernah menciptakan manusia dalam bentuk serigala yang bisa berubah bentuk menjadi manusia. Makhluk yang diciptakan Allah untuk meninggali bumi ini dengan beban hukum, yakni manusia dan jin. Allah Ta’ala berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS adz-Dzaariyaat [51]: 56)
Nah kan, jelas banget dalam ayat tersebut nggak ada disebut-sebut manusia serigala ataupun manusia harimau? Islam melarang keras pemeluknya untuk mempercayai hal-hal klenik seperti itu.
Konten lainnya pun nggak kalah ngeselin. Seperti yang kita semua udah tahu nih, yang namanya sinetron itu pasti nggak bakal bisa lepas dengan mengumbar percintaan cewek-cowok yang belum mahram, bahkan kadang belum cukup umur. Parahnya lagi nih, cinta-cintaannya tuh udah nggak kenal tempat. Sekolah yang harusnya adalah tempat menuntut ilmu, malah dijadikan tempat paling asyik untuk pacaran. Lihat aja di GGS, 80% latar belakang ceritanya ada di sekolah. Betul nggak? Hayoo… yang sering nonton pasti tahu.
Ngerusak cara pandang dan akhlak
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Sebenarnya kalian nyadar nggak sih, kalau sinetron-sinetron yang ada saat ini bisa merusak akhlak dan mengobrak abrik mindset kita? Kalian tahu nggak, banyak banget lho penonton sinetron-sinetron itu dari kalangan anak-anak! Bahkan anak-anak yang belum baligh aja udah dicecokin dengan hal hal yang begituan.
Di dalam sinetron, kita dilihatin gimana orang sukses itu: punya fisik yang proporsional, mobil mewah, pacar cantik/ganteng, masuk sekolah favorit, dan punya kekayaan yang melimpah, yang nggak jelas juga datangnya dari mana. Masyarakat Indonesia diajak berpikir instan bahwa yang namanya sukses itu ya seperti apa yang udah disebutin di atas. Kalau belum seperti di atas, maka kalian belum sukses. Waduh!
Jelas ini bertentangan banget dengan nilai Islam, bahwa kesuksesan seseorang itu diukur dari tingkat ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, ketaatannya terhadap ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan kepatuhannya pada setiap perintah dan larangan yang bersumber dari Islam. Jelas sekali bahwa kesuksesan seorang muslim itu diukur dari akhiratnya, bukan dunianya.
Sinetron-sinetron tersebut sudah mencuci ribuan otak remaja muslim dan mengalihkan mereka dari urusan akhirat yang paling penting, dan hanya melihat dan berfokus pada urusan dunia yang fana dan sementara ini. Sebuah media seharusnya menuturkan dan merefleksikan fakta yang terjadi di masyarakat. Namun yang terjadi, sebuah masyarakat yang rata-rata penghasilan perharinya cuma Rp 30 ribu malah dicekokin dengan gambaran kehidupan glamour yang serba enak binti mudah. Akhirnya, kita cuma bisa nonton doang dan ngimpi. Harapan yang nggak sesuai dengan kenyataan. Maka terjadilah kontraproduktif. Udah usaha sekuat tenaga bekerja, masih aja nggak bersyukur. Nggak pernah merasa puas.
Sobat gaulislam, sinetron-sinetron itu pun akhirnya bikin otak otak para remaja cuman diisi dengan cinta dan pacaran, bukannya diisi dengan ilmu pengetahuan agama yang jauh lebih penting. Sinetron udah bikin pandangan kalian jadi sempit banget terhadap masalah yang tengah terjadi. Terbukti, sekarang remaja udah nggak peduli lagi dengan lunturnya akhlak dan akidah para remaja muslim di Indonesia yang terjadi secara drastis. Para remaja udah nggak mau peduli lagi dengan situasi politik dalam negeri yang kacau balau, udah nggak ambil pusing lagi sama masalah kemiskinan yang nggak ada selesai-selesainya terjadi di negeri ini. Udah pada sibuk mikirin cinta dan pacaran sih. Udah lupa!
Padahal guys, Islam melarang keras perbuatan yang disebut pacaran ini, karena dapat menjerumuskan kita pada perzinahan. Allah Ta’ala sudah menjelaskan hal ini sejelas ikan yang kelihatan dari luar akuarium. Dalam surat al-Israa’ ayat 32 Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
Oya, dampak yang timbul dari perzinahan juga banyak banget dan semuanya negatif! Hamil di luar nikah, penularan penyakit seksual berbahaya, aborsi, dan hal-hal lain yang nggak banget deh kalau sampai terjadi sama remaja muslim seperti kamu. Belum lagi, berzina itu dosanya gede lho! Jangan sampai deh!
Nyari untung dengan cara yang salah
Mungkin kalian bakalan bertanya-tanya, kenapa sih sinetron-sinetron yang kualitasnya nggak bagus-bagus amat dan pesannya kacau itu masih tayang? Tentu aja penyebabnya karena sinetron-sinetron itu mampu mengeruk keuntungan yang sangat besar. Terbukti, sinetron-sinetron tersebut menduduki posisi rating yang tinggi, dan iklannya pasti bejibun. Makin lama durasi tayang sinetronnya, makin banyak iklan. Sementara iklan buat tayangan prime time yang memiliki rating tinggi pasti mahal banget.Hitungannya per detik lho. Silakan hitung sendiri keuntungannya.
Sobat gaulislam, tentu aja para produser sinetron-sinetron sampah semacam ini nggak mau begitu aja ngelepas ladang emas yang gede banget ini. Lihat aja, dari dulu yang namanya sinetron pasti nggak ada matinya. Mati satu, tumpahlah darah suci itu, eh, maksudnya mati satu tumbuh seribu, begitu pepatahnya.
Padahal Bro en Sis, mengeruk keuntungan dengan cara seperti itu tentu aja salah. So, dengan tetap ditayangkannya sinetron-sinetron tersebut, tentu aja makin banyak anak-anak dan remaja yang teracuni pikirannya. Belum lagi, bisa mengurangi produktivitas. Contohnya aja, kamu yang seharusnya belajar malah nonton GGS, atau seorang ibu yang seharusnya mengurus rumah tangga malah nonton sinetron terus, jadi mengurangi produktivitas deh.
Jelas banget kan, dampak dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Namun masalahnya ya itu tadi, sinetron-sinetron beginian itu mantep banget buat nebelin kocek. Itu sebabnya, ditayangin terus deh. Orientasinya cuma duit, duit, dan duit.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena, jelas sekali sodara-sodara, negara kita ini masih memelihara subur paham materialisme dan kapitalisme, bahwa setiap hal pasti dipandang dari sisi materi. Maka terciptalah sebuah kumpulan masyarakat yang materialistis. Cuma mikirin uang, setiap perbuatannya pun pasti berlandaskan keuntungan materiil yang bisa diraih. Akhirnya, aspek aspek lain pun diacuhkan. Norma masyarakat lewat, aturan agama pun akhirnya diabaikan. Alasannya sih, karena agama tidak boleh ikut mengurus urusan bernegara, karena agama hanya dipandang sebagai sebuah ajaran yang hanya mengatur serangkaian ritual yang disebut ibadah.
Stupid bener dah. Mereka nggak ngerti, bahwa sebenarnya Islam itu adalah jalan hidup yang sempurna banget, semuanya diatur. Bener lho, dari cara keluar WC sampai aturan bernegara, semua ada dalam Islam. Sebagai muslim, kewajiban kita adalah menjalankan semua itu tanpa keraguan dan kecuali. Bukan cuma mengambil bagian enak-enaknya aja dan membuang yang lainnya, seperti yang dilakukan pemerintah kita. Hukum yang mengatur ibadah haji diambil (karena subur fulus), hukum bernegara dibuang. Padahal Allah Ta’ala sudah berfirman dengan sangat tegas dalam surat al-Baqarah ayat 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Sobat gaulislam, sinetron-sinetron yang merusak seperti itu tidak mungkin akan diijinkan untuk ditayangkan dalam sistem Islam. Sebelum izin aja mungkin udah ditonjok tuh produsernya. Jelas aja, masa’ cari keuntungan dengan merusak akhlak orang lain, terutama anak-anak dan remaja. Semua itu bisa terwujud jika kita ummat Islam mau menegakkan negara yang berlandaskan Islam dan sesuai banget sama Islam, yakni Khilafah Islamiyah. Percaya deh, nggak bakalan ada kedamaian di muka bumi ini tanpa adanya negara khilafah yang berlandaskan Islam. Selama negara masih mengusung sistem kapitalisme-sekulerisme yang diadopsi dari Barat, maka jangan harap GGS berhenti tayang. Eh salah, maksudnya jangan harap keadilan dan ketentraman di muka bumi ini bisa ditegakkan.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah diri kita sendiri dan keluarga serta teman-teman kita dari keracunan pikiran yang sedang marak terjadi? Ada banyak sekali cara yang dapat dilakukan, salah satunya adalah JANGAN DITONTON. Yap, cara ini cukup ampuh lho. So, dengan tidak menonton, pikiran kita tidak akan terkontaminasi dan secara otomatis ratingnya akan turun. Kalau rating turun, berarti rugi. Kalau rugi, berhenti tayang deh. Lebih ampuh lagi kalau ngajak temen rame-rame untuk memboikot tontonan-tontonan yang berpotensi merusak akidah dan akhlak remaja muslim.
Cara berikutnya adalah dengan berdakwah. Ya, sampaikan apa yang kalian tahu tentang bahaya yang didapat dari tetap mengkonsumsi sinetron-sinetron tersebut. Sampaikan kepada teman-teman atau keluarga kalian yang masih menonton, bahaya-bahaya yang bisa terjadi pada isi otak kita jika sinetron-sinetron dengan pesan yang menyesatkan itu terus kita tonton.
Jadilah remaja yang smart, yang bertutur dan bertindak sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Islam, bukannya remaja stupid yang nggak ngerti apa-apa selain cinta-cintaan atau remaja over stupid yang membangga-banggakan pemahaman pemahaman dari Barat yang udah deh, nggak cocok banget diterapkan oleh seorang muslim, karena pasti berujung kehancuran! Remaja dengan Islam, adalah remaja yang paling pinter, paling smart. Jadi jangan malu, berbanggalah jadi muslim!
So, apakah kalian setuju bahwa GGS itu singkatannya sebenarnya adalah Ganteng Ganteng Stupid, karena meskipun ganteng, jadi stupid karena tidak mengenal dan menjalankan Islam? Kalau saya sih setuju. [Hawari | Twitter @hawari88]