Keasyikan kita membaca bisa disebabkan salah satunya dari kalimat yang mudah dimengerti. Untuk bisa membuat orang cepet ngerti, kita harus memberikan trik khusus. Salah satunya adalah jangan pernah membuat ‘kalimat raksasa’. Bayangkan, kalo dalam satu paragraf ukuran sedang (sekitar lima baris tulisan dalam kertas ukuran kuarto) hanya terdiri dari satu kalimat, itu sama saja menyuruh pembaca untuk kolaps. Walah, betapa ‘raksasanya’ kalimat itu. Jangankan orang lain yang baca, kita sendiri mungkin akan capek melahapnya. Kalimat seperti itu dijamin bikin manyun yang baca.
Bagi penulis pemula, selalu muncul kesulitan menyampaikan maksud. Itu sebabnya, hampir semua keinginan ditulis dalam satu kalimat. Celakanya, jadi nggak bisa mengontrol panjang-pendeknya kalimat. Meskipun dalam kalimat tersebut ada tanda koma, tapi tetap sangat berbahaya. Pembaca akan menganggap bahwa itu harus dibaca dalam satu tarikan napas. Perhatikan kalimat di bawah ini:
“Ada anggapan bahwa Valentine’s Day adalah hari kasih sayang yang full of love dan diperingati remaja sedunia setiap tahunnya dengan penuh suka-cita yang menggelora dalam gejolak jiwa muda yang penuh warna.”
Kira-kira gimana bacanya? Capek bukan? Sekarang bandingan dengan contoh di bawah ini, setelah kalimat itu dipermak jadi lebih irit:
“Valentine’s Day sering dianggap sebagai hari kasih sayang. Pestanya dimeriahkan remaja di seluruh dunia. Mereka suka-cita dalam gejolak jiwa muda yang menggelora dan penuh warna.”
Lebih rileks kan bacanya? Jadi, pastikan bahwa setiap kalimat yang kita buat tidak bikin capek yang baca. Biasakan dari sekarang. Coba terus dalam latihan kamu. Jangan pernah merasa bosan. Kalo kebetulan kamu menemukan dalam tulisanmu ada ‘kalimat raksasa’. Pahami isinya, lalu buat kalimat sejenis dengan lebih irit kata. Buang kata-kata yang nggak perlu. Utamanya yang maknanya hampir sama. Lebih bagus jika dipecah lagi menjadi beberapa kalimat kecil. Kebiasaan penulis pemula adalah suka membuat kata-kata yang bombastis. Bombastis boleh-boleh saja. Tapi harus memperhatikan ruang untuk kalimat. Supaya tidak sesak dan melelahkan pembaca.
Oya, beberapa orang memang sering dijangkiti ‘penyakit’ susah mengungkapkan sesuatu dengan lebih efisien. Itu adalah kebiasaan kurang baik. Itu sebabnya, kudu diubah dengan jenis kebiasaan baru yang lebih baik. Nah, latihan kamu bisa dicoba sebagaimana seseorang yang belajar untuk bicara lebih efisien. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami. Sampaikan pesan dengan singkat. Gunakan kosa kata seperlunya. Sebab, belajar menghindari ‘kalimat raksasa’ sama artinya dengan membiasakan membuat kalimat efektif. Dan itu akan membuat tulisanmu enak dibaca. Nggak bikin orang mengernyitkan dahi. Sebab, panjangnya kalimat, meski ada tanda ‘koma’, tetap akan dipahami oleh pembaca sebagai bacaan dalam satu tarikan napas.
Saya sendiri hampir selalu mengecek ulang kalimat yang saya buat. Jika dirasa panjang, saya potong seperlunya. Kadang membuang beberapa kata yang mengganggu alur kalimat. Intinya, kita harus paham dengan apa yang akan kita sampaikan. Pesan saya, kalo kamu ingin menyampaikan berita, pastikan dengan intonasi yang enak didengar. Nah, kalo kamu ingin menuliskan berita, maka kudu dengan kalimat yang enak dibaca. Salah satunya, dengan membuat kalimat pendek. Pokoknya, hindari membuat ‘kalimat raksasa’! Dijamin kagak bikin bete deh. Cobalah…[O. Solihin]
AssWrWb..
Wah ini sih koq rasanya familiar deh… Pas bener. Begini ini nih memang rasanya. Maunya pendek, jelas, ngga jelimet. Tapi banyak yang mau disampaiin. Jadinya .. sesek yang bacanya kali ya.
Hatur nuhun pisan. Kayanya musti dirombak abis2an nih semua tulisan.
Sekali lagi trims beneran.
Wassalam,
Yang lagi belajar nulis,
terima kasih, tipnya. Menarik sekali sebagai pedoman seperti saya. Dengan tip anda, saya akan berusaha mencari kalimat raksasa dalam tulisan saya.