Friday, 22 November 2024, 23:25

Jumat 22 Maret 2002 sekitar pukul 10 waktu setempat, Radio Israel memberitakan ledakan bom di supermarket Nataynya, dekat Yerusalem. Peristiwa ini menyebabkan tiga orang tewas dan lebih dari 40 orang luka-luka. Pelakunya diduga kuat seorang putri Palestina.

Mengutip laporan Republika pada 3 Juli 2002 lalu, pelaku “bom syahid� itu ternyata adalah seorang remaja puteri berusia 16 tahun, Ayat al-Akhras namanya.

Bagi keluarganya, syahidnya Ayat al-Akhras cukup mengagetkan juga. Meski tahu bahwa syahidah adalah cita-cita tertinggi anaknya, Ny Al-Akhras tetap saja merasa kehilangan. Dengan mata berlinang, dia mengulang kata-kata sang anak ketika berdiskusi soal kewajiban jihad bagi setiap warga Muslim Palestina. “Apa nikmatnya hidup di dunia ketika kematian selalu mengintai kita. Mana yang lebih indah, mati dalam ketidakberdayaan dan kehinaan atau gugur di medan jihad.”

Shaadi Abu Laan (20), calon suami Ayat, termangu beberapa saat ketika kabar itu sampai padanya. Dia nyaris tak percaya Ayat pergi begitu cepat mendahuluinya. Padahal Juli ini, jelas Shaadi, “Kami sudah berencana untuk resmi berumah tangga. Begitu Ayat lulus ujian, kami akan menempati rumah sederhana yang belum didekor.” Mereka, tulis Azaalcity, sudah satu setengah tahun ini tunangan (khitbah). Keduanya bahkan telah menyiapkan nama ‘Adiyy untuk bayi pertamanya.

Sobat muda muslim, anak-anak Palestina dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan konflik. Saban hari mereka merajut kesulitan hidup, merenda rintangan, dan menjahit potongan nestapa hidup. Mereka tumbuh menjadi anak-anak yang lebih dewasa ketimbang umurnya. Itulah sebabnya mereka tumbuh menjadi generasi pejuang yang gagah berani dan pantang menyerah. Beda banget dengan anak-anak yang hidup dalam lingkungan yang serba enak. Ya, barangkali seperti kita-kita di sini. Hidup kita nyaris nggak menemui rintangan yang berarti, bahkan mungkin sedikit banget tantangan. Itu sebabnya, kita nggak termotivasi untuk berjuang dan berkreasi lebih inovatif dalam menjalani hidup ini.

Kita-kita yang tinggal di daerah yang aman, apalagi gemah ripah loh jinawi, cenderung nyantai dan lamban dalam aktivitas. Malah yang terjadi adalah membuang begitu banyak waktu luang untuk pesta dan hura-hura. Coba lihat kehidupan remaja Amerika, Perancis, Arab Saudi, Jepang, termasuk di negeri ini. Nyaris semuanya nyantai. Yang lebih parah lagi di negeri kita. Sudahlah sekarang negara ancur-ancuran, eh, kehidupan remajanya juga amburadul. Parah deh!

Sobat muda muslim, Ayat al-Akhras adalah contoh bagi kita. Betapa perjuangan hidup memang butuh pengorbanan yang tak sedikit. Bahkan ia harus rela memupus impiannya untuk menikah dengan pemuda pujaan hatinya. Ia lebih memilih menjadi syuhada. Indah!

Ayat, menurut ABC News, termasuk anak cerdas dan rajin belajar. Sampai saat-saat menjelang syahidnya, dia masih rajin menasihati teman-temannya untuk terus belajar dan belajar. “Penguasaan ilmu dan teknologi amat penting dan diperlukan untuk mendukung perjuangan kita, apa pun bentuknya.”

Hayfaa, teman baiknya, berujar, “Dia selalu menasihati kami bahwa belajar harus tetap berjalan, meski rintangan dan bahaya mengancam di sekeliling kita.”

Tentang jihad, Ayat selalu berkata, “Jihad itu kewajiban setiap Muslim. Termasuk wanita. Mengapa kita harus membiarkan nyawa kita terenggut sia-sia oleh kebiadaban zionis Israel.” Kematian seorang mujahid, kata dia, akan membangkitkan keberanian mujahid-mujahid lain, Bukan sebaliknya.

Hayfaa tak menyangka Ayat syahid secepat itu. Dalam hari-hari terakhirnya, dia rajin mengumpulkan foto-foto mujahid Palestina. Di meja belajarnya berjejer slogan-slogan jihad dan kepahlawanan. “Dia pergi untuk bergabung dengan barisan syuhada lainnya.” (Republika, 3 Juli 2002)

Sobat muda muslim, Ayat, menurut data Islamic Movement Crescent, kini tercatat sebagai syahidah kedua di Palestina atau yang keenam dalam barisan pelaku aksi bom syahid sepanjang tahun 2002. Syahidah pertama adalah Wafa Idris (27), janda kembang yang berprofesi sebagai paramedis di Ramallah. Dia gugur dalam aksi menjelang akhir Januari 2002 yang menimbulkan seorang Israel tewas dan melukai 100 orang lainnya.

Di Palestina, aksi bom syahid sendiri telah berlangsung setidaknya dalam 21 bulan terakhir dan melibatkan sedikitnya 250 mujahid, umumnya berusia di bawah 30 tahun.

Bukan teror
Sebagian besar orang, terutama mereka yang membenci Islam, menyebut aksi �kamikaze’ pejuang Palestina tersebut sebagai bentuk teror dengan sebutan “bom bunuh diri�. Inilah istilah yang amat menyakitkan bagi kita. Terus terang perih dan kesal bila mendengar atau membaca berita tersebut dengan istilah “bom bunuh diri�. Pers Barat sengaja mengekspos kasus tersebut dengan harapan dunia internasional mengutuk aksi mulia para pejuang Palestina. Jahat nian ya?

Ironisnya, sebagian dari kita tertipu dengan berita mereka, hingga seringkali menutup mata atas perlakuan serdadu-serdadu Yahudi Israel atas warga Palestina. Barangkali, banyak di antara kita yang tidak pernah sedikitpun berpikir untuk mengecam Yahudi. Wah, gaswat!

Sobat muda muslim, pers Barat memang licik. Mereka selalu mengekspos hal â€?kecil’ yang dilakukan pejuang Palestina dalam memerangi Israel. Misalnya dalam pemberitaan tentang â€?bom syahid’ ini. â€?Kamikaze’ yang dilakukan pejuang Palestina suka diplintir. Tepatnya mereka mendramatisir kejadian, lengkap dengan embel-embel teror yang dilakukan Palestina atas Israel. Dan itu biasanya akan menjadi justifikasi (pembenaran) tindakan balasan Israel yang jauh lebih dahsyat. Kamu bisa lihat sendiri, bagaimana pasukan Yahudi Israel?  membumi-hanguskan kota Jenin atas perintah Ariel Sharon sang durjana, sebagai aksi pembalasan.

Barangkali karena termakan provokasi pers barat, akhirnya sebagian pers “Islam� juga ikutan memandang sinis terhadap perjuangan rakyat Palestina tadi, dengan menyebutnya sebagai, “teror yang tidak menyelesaikan masalah, dan bahkan membawa kematian sia-sia�. Walah, tega nian dikau?

Pertanyaannya sekarang, apakah semua teror itu jahat? Ada baiknya kamu memahami kenapa sebagian pejuang Palestina melakukan aksi teror pada lawan-lawannya (Israel dan antek-anteknya). Pertama, teror Palestina—itupun kalo mau dikatakan teror—adalah �counter terror’, yakni aksi balasan terhadap teror, kesewenang-wenangan, dan penindasan Israel terhadap bangsa Palestina sebagaimana filsafat klise, “selemah-lemahnya cacing, kalo diinjek menggeliat juga�.

Kedua, teror Palestina adalah tindakan untuk membuktikan eksistensi bangsa Palestina yang tanah airnya dirampas Yahudi Israel. Hal ini persis dengan peristiwa Serangan Umum atau Serangan Fajar atas Yogyakarta pada 1 Maret 1949 oleh pejuang kemerdekaan Indonesia, yang membuktikan kepada dunia internasional bahwa Indonesia �masih ada’.

Dan ketiga, di atas semua itu, teror Palestina dianggap sebagai bagian dari jihad. Walhasil, teror Palestina berdimensi sekaligus kemanusiaan, politik, dan juga relijius. Jadi bukan suatu kesia-siaan, sobat!

Kalo yang dilakukan Israel? Itu sih sudah pasti disebut teror dong. Ups.., bukan hanya teror, tapi sekaligus perampasan, perampokan, dan pembantaian. Terlaknat Yahudi!

Bukan bunuh diri
Sobat muda muslim, aksi “bom syahid� para pejuang Palestina yang rata-rata masih belia itu bukanlan bunuh diri. Sebab, kita yakin banget, mereka nggak mungkin untuk melakukan bunuh diri. Bunuh diri bukan saja tindakan konyol tapi jelas berdosa. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa bunuh diri dengan menggunakan besi yang tajam, maka alat yang digunakannya itu akan dihunjamkan ke dalam perutnya kelak di hari kiamat dalam api neraka; di dalamnya ia kekal abadi. Barangsiapa bunuh diri dengan meminum racun, maka kelak dalam api jahanam racun tersebut akan diminum dengan tangannya; di dalamnya ia kekal abadi. Barangsiapa yang terjun dari sebuah gunung (tempat yang tinggi) untuk bunuh diri, maka ia akan terjun di dalam api neraka; di dalamnya ia kekal abadi.� (HR Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra, dalam al-Fath al-Kabir III/224)

Adapun aktivitas jihad, seperti aksi bom syahid yang dilakukan saudara kita di Palestina, yang di dalamnya mengandung aktivitas yang dapat menghantarkan kepada kematian (secara pasti menurut sunatullah) atau berisiko kematian besar bagi pelakunya, maka hal itu termasuk kekecualian dari keumuman dalil larangan tentang bunuh diri. Firman Allah Swt:

“Hai Nabi, kobarkanlah semangat kaum mukminin untuk berperangâ€? (TQS al-Anf?¢l [8]: 65)

Sobat muda muslim, para ahli tafsir menghubungkan ayat ini dengan sebuah riwayat yang mengisahkan bahwa sebelum meletus Perang Badar al-Kubra, Rasulullah saw. telah bersabda:“Bersegeralah (ke suatu tempat) yang di situ kalian (dapat) meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi.� Maka Umair bin al-Humam bertanya, �Apakah benar luasnya seluas langit dan bumi?’ �Ya’, jawab Rasulullah, seraya �Umair berkata, �wah, wah, wah (hebat sekali).’ Maka Rasulullah saw. Kemudian berkata, �Apa yang mendorongmu berkata �wah, wah, wah’? Jawabnya, �Karena aku berharap menjadi penghuninya’. Maka Rasulullah bersabda, �Kamu pasti menjadi penghuninya.’ Kemudian laki-laki itu memecahkan sarung pedang lalu mengeluarkan beberapa butir kurma. Memakannya sebagian dan membuang sisanya seraya berkata, �Apabila aku masih hidup sampai aku menghabiskan kurma tersebut maka kehidupan ini terlalu lama’ Bergegas ia maju ke baris depan, memerangi musuh (agama) hingga ia mati syahid.� (Shahih Muslim No. 1901, dan Tafsir Ibnu Katsir II/325).

Yup, itu bukan diri, tapi bagian dari aktivitas jihad. Dr Abdul Aziz Al-Rantisi, salah satu pemimpin Hamas, menjelaskan bunuh diri biasanya dilakukan oleh orang putus asa yang ingin lari dari masalah. Sedangkan aksi syahid dilakukan dengan niat ingin menyelesaikan masalah, menghilangkan kezaliman. Al-Fidaii ‘pengorbanan nyawa’ dilakukan dengan harapan mendapat ridha dan rahmat Allah. ”Kami tak ragu sedikit pun meneruskan aksi jihad ini sampai Israel hengkang dari wilayah Palestina.” (Republika, 5 Juli 2002)

Kita juga ingin jadi syuhada
Sobat muda muslim, rasanya amat pantas kalo kita jadikan sebagai teladan yang baik aksi �kamikaze’ pejuang Palestina itu. Mereka masih muda usia. Tapi soal keberanian dan jiwa berkorbannya mampu mengalahkan siapapun. Semoga kita pun bisa seperti mereka. Kuatkan keinginan itu dalam hati kita. Bahwa kita ingin juga menjadi syuhada dalam berjuang membela agama Allah ini.

Sebab kita yakin bahwa mati sebagai syuhada adalah sebuah kemuliaan dan tentunya keindahan. Firman Allah Swt.:

?¥???†?‘?? ?§?„?„?‘???‡?? ?§?´?’?????±???‰ ?…???†?? ?§?„?’?…???¤?’?…???†?????†?? ?£???†?’?????³???‡???…?’ ?ˆ???£???…?’?ˆ???§?„???‡???…?’ ?¨???£???†?‘?? ?„???‡???…?? ?§?„?’?¬???†?‘???©?? ?????‚???§?????„???ˆ?†?? ?????? ?³???¨?????„?? ?§?„?„?‘???‡?? ?????????‚?’?????„???ˆ?†?? ?ˆ???????‚?’?????„???ˆ?†??
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.� (TQS at-Taubah [9]: 111)

Sobat muda muslim, kita doakan saudara kita di Palestina agar mereka mampu menghancurkan kekuatan Yahudi Israel dan antek-antkenya (Amerika, Inggris, dan seluruh negara yang mendukung aksi biadab Zionisme Israel).

Satu kata melawan Israel adalah “JIHAD�. Bukan perdamaian. Sebab, berdamai hanya akan membuat senang para petinggi Israel dan antek-anteknya. Sebaliknya, rakyat Palestina akan tetap menderita.

Kalo pun kemudian ketika mereka berjihad melawan Yahudi Israel itu harus meninggal, semoga saja mereka menjadi syuhada.

Sobat muda muslim, apakah kita tidak ingin mendapat pahala seperti mereka? Kita juga kudu punya cita-cita mulia seperti mereka. Yes, menjadi syuhada. Allahu Akbar!

(Buletin Studia – Edisi 106/Tahun ke-3/15 Juli 2002)