Jawabannya pertanyaan,�Apakah Islam ideologi adalah sebuah ancaman ?� sangat tergantung dari cara pandang ideologis yang digunakan. Cara pandang ideologis, adalah cara pandang terhadap suatu fakta berdasarkan keyakinan tertentu pada sebuah ideologi.
Menurut cara pandang ideologi kapitalisme, Islam ideologi jelas merupakan ancaman baginya. Sebab? ideologi kapitalisme bertumpu pada ide dasar sekulerisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan (fashl al din �an al hayah). Maka bagi ideologi kapitalisme, agama adalah masalah pribadi antara individu dengan tuhannya. Agama tidak dibenarkan turut campur dalam pengaturan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Karenanya, Islam dalam bentuk ideologi jelas merupakan ancaman terhadap eksistensi sekulerisme, dasar kapitalisme. Sebab Islam dalam bentuk ideologi berarti mengharuskan adanya peran agama (Islam) dalam seluruh tatanan aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tanpa kecuali.
Menghadapi ancaman ini, para penganut kapitalisme melakukan berbagai langkah, antara lain, melakukan manipulasi dengan menyebarkan opini bahwa Islam adalah agama, bukanlah ideologi. Islam diilusikan seperti agama Kristen atau Katolik yang harus terlepas dari kekuasaan dan pemerintahan. Memandang Islam sebagai ideologi, kata mereka, adalah suatu apologi yang muncul karena perasaan inferior di bawah dominasi dan imperialisme Barat. Dikatakan pula bahwa konsep kenegaraan dalam Islam itu tidak ada, karena dalam Al Qur`an tidak ada kata “daulah� (negara). Jadi dalam persepsi para penganut kapitalisme, Islam ideologi itu mengada-ada dan hanya utopia.
Ancaman Islam ideologi juga dihadapi dengan penyebaran opini Islam “substantif.� yang menyatakan bahwa Islam itu yang lebih penting adalah aspek substansinya (seperti keadilan, persamaan, persaudaraan, kesejahteraan) dan bukan aspek simbol atau legal-formalnya (penerapan hukum Islam apa adanya termasuk hukum wajibnya negara Islam). Ide Islam “substantif.� ini adalah pemerkosaan terhadap Islam, yakni menempatkan Islam secara paksa dalam kerangka ide pemisahan agama dari kehidupan (sekulerisme).
Mereka juga menyerang para aktivis harakah Islam yang menyerukan Islam ideologi sebagai “teroris�, “fundamentalis�, “ekstremis�, “radikalis�, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk menimbulkan kebencian masyarakat kepada para aktivis dakwah, sekaligus sebagai justifikasi atau landasan pengambilan tindakan penumpasan oleh para penguasa sekuler yang kejam. Penguasa Uzbekistan, misalnya, menjatuhkan vonis penjara kepada para aktivis Hizbut Tahrir dengan tuduhan melakukan “terorisme�, sesuai pasal 155 UUD Uzbekistan (Lihat Munazhzhamat Huquq Al Insan Al Uzbakiyah et. al, Islam Karimov Dhid Hizbut Tahrir, Moskow, 1999, hal. 66).
Para penganut kapitalisme juga berusaha berusaha membuktikan ancaman ideologi Islam dengan berbagai data dan bukti sejarah. Mereka sengaja menutupi prinsip bahwa Islam tidaklah bersumber dari peristiwa sejarah, melainkan bersumber dari nash-nash Al Qur`an dan As Sunnah. Maka mereka mengeksploitir penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam sejarah Islam, untuk membuktikan betapa buruk akibat yang terjadi kalau Islam memegang kekuasaan.
Misalnya terbunuhnya tiga khalifah (Umar, Utsman, dan Ali) dari empat Khulafa`ur Rasyidin. Atau perilaku sebagian khalifah yang menyimpang dari Islam, seperti perilaku Sultan Muhammad III (1595-1603 M), pengganti Murad III, seorang khalifah dalam masa Utsmaniyah, yang membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 9 orang dan menenggalamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi.? (Lihat Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal. 155)
Benarkah Islam ideologi adalah sebuah ancaman ? Menurut Islam itu sendiri, jelas tidak. Bahkan ia adalah sebuah harapan, ketika saat ini umat Islam berada dalam ketertindasan akibat kapitalisme. Lebih dari itu, ideologi kapitalisme yang diterapkan kini bukan sekedar ancaman, tapi sudah menjadi bahaya nyata yang menyengsarakan umat Islam.
Islam ideologi adalah sebuah penegasan identitas, dan revitalisasi Islam yang mutlak adanya,? setelah sebelumnya Islam mengalami reduksi hanya sebagai “agamaâ€? dalam pengertian Barat. Disadari atau tidak, pengertian “agama” yang dipahami masyarakat luas saat ini adalah “agama” dalam pengertian Barat yang sekularistik. Menurut mereka, agama hanya mengatur hubungan privat antara individu dengan Tuhan. Kalaupun mengatur hubungan antar manusia. agama hanya mengatur pada aspek yang terbatas, tidak mengatur seluruh aspek kehidupan secara total dan menyeluruh.
Ketika pemahaman sekularistik ini diterapkan pada Islam, yang terjadi adalah reduksi dan distorsi yang luar biasa menyimpang dari Islam. Padahal tak ada satupun persoalan hidup yang terjadi pada manusia, kecuali Islam telah menjelaskan tata aturannya. Allah Swt berfirman :
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian? agama? kalian…” (QS. Al Maaidah : 3)
?
Allah juga menyatakan :
“Dan telah Kami turunkan kepadamu (Muhainmad) Al Kitab (Al Qur’an) menjelaskan segala sesuatu. “? (QS. An Nahl : 89)
Berdasarkan kenyataan adanya reduksi Islam itu, diperlukanlah upaya untuk mengembalikan Islam pada posisinya yang benar, yaitu sebagai pengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Digunakanlah kemudian istilah “ideologi” yang memiliki makna lebih luas dari pada istilah agama.
Jadi, dengan kata “ideologi islamâ€?, sebenarnya terjadi proses penghancuran (dekonstruksi) terhadap paham sekulerisme (pemisahan agama dan kehidupan) yang telah membelenggu otak umat sekaligus proses purifikasi dan revitalisi terhadap Islam, yang dimaksudkan agar Islam kembali menempati posisinya yang layak yang telah ditetapkan Allah baginya. Yaitu sebagai. penuntun dan pengatur segala urusan hidup manusia secara utuh dan menyeluruh (kaaffah).
Jelaslah, Islam ideologi adalah penegasan identitas yang justru menjadi tuntutan saat ini. Islam ideologi bukan ancaman bagi umat Islam.
Di samping itu, Islam ideologi justru menjadi harapan tatkala keadaan umat manusia menjadi sangat brengsek akibat pengaruh dan penerapan ideologi kapitalisme. Ideologi inilah yang harus bertanggung jawab terhadap berlangsungnya imperialisme dan kolonialisme terhadap dunia, termasuk Dunia Islam. Perancis misalnya menduduki dan menjajah Aljazair (1830), Tunisia (1881), Maroko (1912), dan Syam (1920). Sementara Inggris menjajah India (1857), Mesir (1882), Irak (1914), dan Palestina (1918).
Kapitalisme harus memikul tanggung jawab pula terhadap lahirnya ideologi sosialisme, karena sosialisme adalah by product (efek samping) penerapan kapitalisme yang eksploitatif dan kejam di Eropa pada abad XVIII dan XIX. Kapitalisme pula yang harus bertanggung jawab terhadap korban Perang Dunia I dan II. Perang Dunia I (1914-1918) telah menelan korban jiwa tak kurang dari 21.000.000 orang. Perang Dunia II (1939-1945) menelan korban 35.513.877, di antaranya yang mati terbunuh sebanyak 8.543.515 orang. Pada hari keenam setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, korban yang tewas antara 210.000-240.000, belum terhitung yang luka atau cacat seumur hidup. (Lihat Abul Hasan Ali An Nadwi, Ma Dza Khasir Al �Alam bi Inhithat Al Muslimin)
Kapitalisme harus bertanggung jawab terhadap munculnya ketimpangan yang sangat parah antara negara-negara industri yang kapitalistik dengan negara-negara lain di dunia. Data menunjukkan bahwa negara-negara industri yang kaya (seperti AS, Inggris, Perancis, Jerman, dan Jepang) yang hanya mempunyai 26 % penduduk dunia, ternyata menguasai lebih dari 78 % produksi barang dan jasa, 81 % penggunaan energi, 70 % pupuk, dan 87 % persenjataan dunia. (Lihat Rudolf H. Strahm, Kemiskinan Dunia Ketiga, h. 8-9)
Ringkas kata, ideologi kapitalisme yang sekuleristik itulah yang justru secara nyata menimbulkan bahaya-bahaya bagi umat manusia, bukan sekedar ancaman.
Jelaslah, tidak relevan menganggap Islam ideologi sebagai ancaman. Sebab Islam ideologi adalah Islam itu sendiri. Bagaimana mungkin kita menganggap kita adalah ancaman bagi kita sendiri ? Yang lebih relevan adalah membicarakan bahaya-bahaya kapitalisme. Karena sifatnya nyata, dan bukan lagi sekedar ancaman.
Maka orang yang menolak Islam sebagai ideologi sesungguhnya telah melakukan dua hal sekaligus, Pertama, menolak Islam itu sendiri, yang berarti juga menipu diri sendiri dan menipu umat Islam. Kedua, memberikan justifikasi? terhadap berlakunya ideologi kapitalisme sekarang, yang berarti juga turut? serta dalam upaya melanggengkan penindasan dan penderitaan umat manusia. [Muhammad Shiddiq Al Jawi**]
? ?
– – –
*Disampaikan dalam Dialog Interaktif bertema “Islam Ideologi, Akankah Menjadi Sebuah Ancaman ?�, diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Islam (KMI) UPN Veteran, Yogyakarta, di Ruang Seminar Akuntansi UPN Veteran Yogyakarta, Sabtu, 5 Mei 2001
**Syabab Hizbut Tahrir
Jangan selalu membawa permasalahan agama kedalam kehidupan sehari-hari, karena dengan logika kamu aja coba berpikir jernih, bahwa setiap tindak tanduk kamu menyangkut kepercayaan adalah urusan seseorang dengan tuhannya. apakah kalau kamu masuk sorga kamu akan ulurkan tangan kamu untuk menolong orang yang di neraka? kalau iya berarti kamu termasuk orang yang lahir jaman batu
Assalamualaikum.
Salam kenal………
ideologi Islam adalah ideologi yang harus dijunjung. Ideologi Islam adalah ideologi yang sempurna. Yang membawa sebuah kemajuan bagi masyarakat Islam. Hanya saja sampai sakarang, umat Islam belum terbangun dari tidurnya.Banyak yang harus dikerjakan dalam menempuh kemajuan Islam. Haruslah pelaksaan ideologi Islam disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi zaman.
islam ideologi adalah pandangan islam yang kaffah,yang melihat segalas aspek kehidupan harus dasarkan pada islam. sehingga bagi sebagian orang yang melihat terasa kaku. sehingga orang orang tersebut berpandangan bahwa islam ideologi harus di hindari/di lemahkan bahkan kalau bisa dihilangkan. dan pemikiran orang orang ini bagi para ideolog islam adalah musuh yang nyata