Sunday, 24 November 2024, 09:09

gaulislam edisi 508/tahun ke-10 (23 Syawwal 1438 H/ 17 Juli 2017)

 

Sobat muda pembaca gaulislam, kalo kamu cermati, menurut kamu, berapa banyak sih kira-kira remaja yang ngerokok?

Kalo menurut pengamatan saya, jawabannya adalah nggak sedikit. Nggak hanya remaja cowok, bahkan remaja cewek pun ada. Parahnya, nggak cuma remaja, bahkan anak SD ada pula yang ikutan ngerokok.

Pertanyaannya adalah, duit yang dipake untuk ngerokok itu dari mana? Bisa dipastikan, bahwa duitnya adalah hasil dari minta-minta ke orangtua mereka. Minta-minta, yang ujungnya bukan dimanfaatkan untuk sesuatu yang bermanfaat, namun malah disia-siakan untuk hal-hal yang tiada guna.

Tidak hanya terkait rokok, remaja labil biasanya juga menghamburkan uang orangtua untuk main game online di warnet, modal buat pacaran, hingga hal-hal yang jelas menuai dosa, semisal untuk membeli narkoba, miras, dan berjudi. Naudzubillah.

Padahal kawan, bermain game online sungguh berpotensi besar ngerebut waktu-waktu potensial masa mudamu, yang harusnya digunakan untuk belajar dengan baik. Jika kamu sudah kecanduan sama game online (juga game offline), maka kamu tidak akan sempat lagi belajar, mengulang pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. Akibatnya, kamu bisa saja tertinggal dengan teman-teman yang lain. Nilai kamu di rapor bisa saja pada merah-merah, hingga membuat ortumu marah-marah.

Pacaran, nah ini juga penyakit anak muda zaman sekarang. Jangan dikata pacaran itu nggak perlu modal, lho. Dua-duanya, baik itu si cewek maupun si cowok, juga butuh modal tuh. Bagi si cewek, setidaknya dia akan membeli barang-barang yang membuatnya bisa tampil lebih cantik di depan si cowok. Bagi si cowok, biasanya adalah pihak yang paling banyak ngeluarin duit, terutama, biasanya pas tiap malam Minggu saat wakuncar alias waktu kunjung pacar. Duitnya dari mana? Dari mana lagi kalo nggak merengek, minta-minta sama ortu. Jadinya, anaknya yang bergaya, orangtuanya yang susah. Memalukan!

Padahal, hukum pacaran itu sendiri di dalam Islam nggak boleh, lho. Kenapa nggak boleh? Ya gimana, lha wong pacaran itu semua aktivitasnya adalah aktivitas suami-istri, seperti rayu-rayuan, pegang-pegangan, cumbu-cumbuan, dan seterusnya. Padahal, si cowok dan si cewek bukan suami istri. Ingat, berdosa! Jika kamu nggak cepetan bertobat, bisa-bisa kamu berpeluang besar masuk neraka. Ngeri, kan?

Apalagi jika kamu sampai menggunakan duit hasil minta-minta ke ortu untuk membeli narkoba, miras, atau untuk main judi. Sungguh, itu adalah sebuah pengkhianatan besar yang kamu lakukan terhadap ortumu. Allah Ta’ala nggak akan tinggal diam melihat pengkhianatan ini. Semuanya akan dibalas dengan setimpal, cepat atau lambat.

 

Remaja smart finansial

Sungguh, saya sangat terkesan sekali dengan para remaja jenis ini, yakni mereka yang berdiri dengan penuh kehormatan. Mereka yang malu meminta-minta meskipun kepada ortu sendiri. Dikasih, alhamdulillah, mereka nggak menolak karena itu pemberian. Nggak dikasih, juga tak mengapa, karena tanpa dikasih sama ortu pun, mereka masih bisa berdiri dengan segenap kemampuan yang mereka miliki. Dengan segenap semangat untuk membentengi uang yang mereka punya agar nggak keluar untuk sesuatu yang percuma bahkan menuai dosa. Lebih-lebih lagi, berusaha memutar uang yang dimiliki di sektor halal sehingga berkembang.

Apakah remaja jenis ini ada? Jelas ada. Di antaranya saya seringkali melihat mereka berjibaku di bawah terik matahari, di persimpangan-persimpangan jalan, juga di terminal-terminal. Mereka ngasong, menjual barang-barang yang nampaknya remeh temeh; tisu, air mineral, permen, dan lain sebagainya. Namun percayalah, pekerjaan mereka bukanlah pekerjaan remeh temeh. Boleh jadi, hasil mereka ngasong nggak hanya dipakai untuk kepentingan diri pribadi, melainkan juga untuk meringankan beban ekonomi keluarga.

Ada juga kasus saya temui, seorang remaja menunda untuk kuliah karena tidak mau menyusahkan ortunya. Dia memilih bekerja, guna melanjutkan kuliahnya dengan biaya sendiri. Kuliah pun dilakukannya sambil bekerja, sambil mencoba peruntungan lain dengan menggagas beberapa usaha kecil.

Fakta mengagumkan lain ada pada seseorang bernama Sebastian Martinez. Betapa ia sudah menjadi pengusaha bahkan sejak usia 7 tahun. Bisnis kaos kaki, yang mana dia sendiri yang mendesainnya, telah menorehkan nominal pendapatan mencapai USS 15.000 atau setara dengan Rp. 207.000.000,-

Martinez juga menyisihkan pendapatannya yang besar itu untuk berbagi, menebar manfaat buat sesama. Ia bekerjasama dengan beberapa lembaga untuk membantu anak-anak penderita kanker. Ia bahkan menyumbangkan 25 persen dari pendapatannya untuk membantu anak-anak lain yang berjuang menghadapi penyakit-penyakit serius.

Sobat gaulislam, penting untuk disadari bahwa tidak semua dari orangtua kita mudah di dalam mencari uang. Kondisi Indonesia, di mana penduduknya lebih banyak berada di bawah garis kemiskinan, tak pelak, membuat perjuangan guna mendapatkan uang, menjelma menjadi sebuah aktivitas yang melelahkan fisik dan mental. Pergi pagi, pulang sore, yang didapat pun kadang tak seberapa. Lalu, dengan seenaknya kita menghamburkan begitu saja uang yang telah diperoleh dengan susah payah itu untuk hal-hal yang bisa menyakiti hati mereka para orangtua kita.

Maka janganlah seolah kita tersenyum, atau menari di atas penderitaan orangtua kita. Alangkah eloknya, meskipun kita misalnya belum mampu untuk cari uang sendiri, uang pemberian orangtua dihemat, atau kalo ada lebihnya, ditabung untuk kebutuhan-kebutuhan yang akan datang di masa depan.

Saya yakin sekali, bagi remaja yang belum pernah mengalami, atau merenungkan betapa susahnya mencari uang, mereka nggak akan pernah banyak pertimbangan untuk menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tiada guna.

Maka penting sekali, meskipun seandainya kamu berasal dari keluarga berkecukupan, untuk sesekali merenung, atau bahkan kalo perlu mengunjungi dan memahami sisi kehidupan mereka yang untuk mendapatkan beberapa lembar uang saja memerlukan perjuangan yang bisa dikatakan sampai memeras semua keringat, membanting segenap tulang.

Jika kalian melihat semua itu, dalam artian nggak hanya melihat dengan mata tapi juga dengan hati, maka insya Allah kamu akan memahami, bahwa berhemat, apalagi menghemat uang yang telah diberikan orangtua, itu penting sekali. Akan ada berlapis-lapis pertanyaan yang muncul sebelum kamu benar-benar yakin untuk mengeluarkan sejumlah uang atau nggak.

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana bisa berhemat? Padahal kebiasaan boros sudah sejak lama mengakar dan mendarah daging. Penjelasannya sebenarnya simpel. Sesimpel pertanyaan, bagaimana bisa kebiasaan boros bisa mengakar dan mendarah daging di dalam diri. Jika kebiasaan boros bisa mengakar, berarti kebiasaan berhemat juga bisa mengakar dong.

Kebiasaan berhemat, sebagaimana kebiasaan boros, bisa kamu miliki, asalkan kamu mau. Ya, asalkan kamu mau, itulah kuncinya. Jika kamu nggak mau, seluruh manusia di bumi ini dikumpulkan pun akan percuma jika kamu nggak punya kemauan. Jika kamu sudah mau, maka semuanya akan berjalan lebih mudah. Semudah dulu ketika kebiasaan boros mulai terbentuk. Mestinya kamu inget juga dengan pepatah yang mengatakan, bahwa ‘di mana ada kemauan, di situ ada jalan.’

Sobat gaulislam, jika kamu saat ini sudah punya bisnis sendiri, maka saya ucapkan selamat. Saya acungi jempol, dengan syarat, bisnis yang kamu tekuni saat ini adalah bisnis yang halal. Jangan sampai, kamu punya bisnis, tapi bisnis sabung ayam, di mana kamu juga merangkap sebagai bandar taruhan. Atau bisnismu berjalan pesat luar biasa, tapi ketika ditanya bisnis apa, ternyata bisnis narkoba. Naudzubillah.

Sedapat mungkin, bangunlah sebuah bisnis yang membanggakan. Bangga karena bermanfaat, yang manfaat itu nggak hanya bisa dirasakan di dunia, melainkan dirasakan keberkahannya juga di akhirat. Istilahnya, berbisnis sekalian ibadah. Bisnis apa saja itu? Banyak sekali pilihannya. Misalnya, bisnis pakaian muslimah yang syar’i. Selain untuk mendapatkan keuntungan berupa uang, bisnis semacam ini membuat kita bisa berkontribusi meramaikan dunia fashion dengan deretan baju-baju syar’i, sehingga pembeli nggak hanya sekadar memakai baju, tapi juga baju yang insya Allah diridhoi oleh Allah Ta’ala.

Intinya adalah, janganlah berbisnis sesuatu yang diharamkan oleh Allah Ta’ala semisal bisnis babi, anjing, miras, narkoba, dan lain sebagainya. Mungkin, dengan berbisnis narkoba, bisa jadi kamu akan kaya mendadak. Tapi ingatlah, kekayaan itu nggak akan membuatmu bahagia, karena cepat atau lambat, azab Allah Ta’ala akan datang menghampiri. Ngeri!

Belum lagi terkait dampak yang ditimbulkan dari bisnis narkoba itu sendiri. Bayangkanlah, setiap jiwa yang kamu hancurkan masa depannya karena bisnis ini, maka kamu juga akan mendapatkan dosanya. Semakin banyak orang memakai narkoba yang kau jual, maka sebanyak itu pula dosa yang akan kamu dapatkan.

Terakhir, bagi kamu yang masih malas-malasan, ayo bangkit kawan. Ayam jantan sudah berkokok. Maka lihatlah para remaja yang sudah berlari dengan kerajaan bisnis, entah besar atau kecil, yang telah mereka bangun. Janganlah terpana pada mereka yang hanya meringkuk di bawah selimut kemalasan mereka, sambil menadahkan tangannya, meminta-minta pada orangtua. [Farid Ab | Twitter @badiraf]