gaulislam edisi 164/tahun ke-4 (7 Muharam 1432 H/ 13 Desember 2010)
Aduh! Gue sempet-sempetnya nonton pertandingan sepakbola Indonesia lawan Thailand waktu nulis edisi ini. Sambil ngetik sambil nonton televisi. Maksudnya gue ngetik sambil sesekali nengokkin televisi, terutama kalo suara komentatornya meninggi ketika striker Indonesia maupun Thailand memasuki kotak penalti lawan masing-masing. Gitu deh ceritanya.
Terus, apa hubungannya dengan judul gaulislam edisi ini? Ada. Waktu gue merhatiin penonton di stadion, kok banyak banget ya? Seru. Gembira. Joget-joget dan sorak bersama saat ada gol. Mereka seolah satu pikiran dan satu perasaan dalam menikmati pertandingan.
Yup, hiburan! Penonton dihibur, pemain bolanya menghibur. Klop. Para pemain yang dapat ketenaran, penghargaan dan duit. Penonton yang berjubel rela menukar duitnya untuk memuaskan agar dirinya terhibur saat menonton pertandingan.
Nah, dengan judul gaulislam edisi ke 164 di pekan ke 164 sejak terbit 29 Oktober 2007 lalu inilah kita bisa mendapatkan titik temu. Siapa sih yang nggak kenal Justin Bieber? Beberapa kali nih bocah jadi trending topic di Twitter. Lagu-lagunya juga digemari, aksi panggungnya dinanti. Penggemarnya (baca: jamaahnya) hampir di seluruh dunia. Justin Bieber adalah salah satu idola remaja saat ini. Jamaahnya rela berbuat apa saja. Mulai dari ngunduh video dan lagu-lagunya, sampe nguber info apapun yang berkaitan dengan kehidupan bocah kelahiran Ontario, 1 Maret 1994 ini. Waduh, dengan gue aja bedanya 20 tahun lebih, Bo! Hehehe.. lagian nih gue udah bapak-bapak masih juga nulis tema ginian, Apa boleh buat, gue harus menuliskannya karena gue sayang dengen generasi seumuran kamu (cieee… bisa dibuktiin dah). Tulisan ini semoga jadi panduan agar kamu semua nggak nyangsang alias nyangkut di tempat yang salah.
Bro en Sis, Justin Bieber adalah satu dari sekian ratus anak muda yang ngetop di dunia tarik suara. Setelah ibunya rajin menayangkan video berisi penampilan Justin menyanyikan lagu-lagu orang lain. Videonya diupload ke situs youtube. Mujur bagi doi, karena konon kabarnya ada seorang pemandu bakat yang ikut melihat talenta Justin terpikat setelah nonton penampilan di website penyimpanan video tersebut. Mirip Sinta ama Jojo kali ye yang lipsing ngelaguin Keong Racun. Jadi deh, ngetop seperti sekarang.
Pada bulan Juni 2009, singlenya yang berjudul “One Time” dirilis. Single tersebut berhasil nangkring di posisi 12 dalam Canadian Hot 100 dan urutan ke-26 di the Billboard Hot 100. Lagu yang paling sering diputer dan dikenal sih doi jejingkrakan menyanyikan “Baby”. Sekarang, pastinya jamaah Justin Bieber makin bejibun. Mungkin salah satunya adalah kamu.
Lalu, apa pentingnya masalah ini dibahas? Ada. Yakni, gaulislam ingin mengajak teman remaja berpikir lebih mendalam tentang arti hidup. Hidup bukanlah main-main, bukan pula sekadar tumbuh, cari makan, menghibur diri, beranak, dan kemudian mati. Idih, sederhana banget. Apa nggak ada tujuan hidup lainnya selain itu? Ini penting banget. Apalagi di jaman sekarang, dimana manusia dibesarkan oleh segala kemudahan hasil rekayasa teknologi. Mau tidak mau, kita saat ini berhadapan dengan produk-produk manusia yang ‘dikendalikan’ oleh teknologi. Khususnya teknologi komunikasi dan informasi.
Teknologi ikut membesarkannya
Pernah nonton film kartun keluaran Walt Disney? Ini emang jadul banget. Ada tokoh indian kecil namanya Hiawata dan Watawah. Saat Hiawata kirim pesan kepada Watawah yang lagi ada di balik bukit atau seberang sungai musti bikin api unggun dulu. Kemudian selembar kain dikibas-kibaskan untuk membuat sandi dengan asap api unggun tersebut, agar Watawah ngerti berita dari Hiawata. Di Jazirah Arab jaman baheula, pembawa berita harus mengunakan kuda atau onta (bukan akronim dari oncom tahu, lho). Sementara burung merpati juga sering dimanfaatkan sebagai pengantar surat. Kebayang banget kan gimana komunikasi jaman dulu?
Tapi, teknologi informasi udah merevolusi cara kita berkomunikasi. SMS misalnya, asal kamu punya hp atau bisa juga hape pinjeman (tentu saja kalo pulsanya masih ada) bisa berkirim pesan kepada temanmu yang punya alat sejenis. Iya dong, mana bisa kirim SMS ke teman kamu yang nggak punya ponsel (backsound: emangnya kompor bisa nerima kiriman SMS?).
Bayangin juga, jaman tahun 80-an. Pastinya saat belum ada handphone dan internet (di negeri kita lho, mungkin aja di negara lain mah udah ada). Walah, jaman itu gue punya banyak kenangan. Mau nonton dan dengerin lagu aja harus nunggu seminggu. Adanya di TVRI. Acaranya Kamera Ria atau Album Minggu Ini. Kadang ada juga Selecta Pop dan Aneka Ria Safari. Kalo di radio sih bisa tiap hari waktu itu juga.
Kalo sekarang? Yup, teknologi sudah mengubah segalanya. Mau dengerin lagu tinggal tongkrongin acara televisi. Tiap hari ada acara musiknya. Nggak puas, browsing di internet dan download lagu-lagu dari penyanyi idola kita. Mau lihat videonya juga bisa. Tanamkan musik dan video itu di ponsel kamu yang kapasitas memorinya ber-giga-giga bita itu. Gampang bin mudah alias gampang yang punya bapak mudah. Teknologi mengubah gaya hidup manusia dan menjadikan sebagiannya sebagai ‘dewa’ yang dipuja-puja dan banyak jamaahnyah. Dan, Justin Bieber salah satu di antaranya.
Kalo males ngunduh lagu yang lagi tren di internet, cukup kirim SMS ke teman minta janjian ketemuan dan di-copy deh tuh file lagu ke ponsel via bluetooth. Waduh, gimana nggak menyenangkan tuh hidup. Oya, secara tidak langsung, kepuasaan yang kita dapatkan dalam menikmati lagu-lagu dari penyanyi idola kita ikut membesarkan nama idola kita juga. Betul nggak? Oke. Inilah yang gue maksud bahwa kita dibesarkan di abad media massa yang serba canggih dan memberikan pengaruh besar dalam tingkah laku kita semua. Selama itu positif sebenarnya nggak ada yang salah. Tetapi, kalo ada yang salah kemudian diikuti karena disebarluaskan secara bebas dan tanpa batas, maka itulah yang harus dikhawatirkan.
Siapa idola terbaik kita?
Soal idola ini emang seperti udah mendarah-daging dalam diri remaja. Pasalnya, emang banyak remaja yang begitu. Jujur aja, idola ABG banyak banget, dan kebanyakan yang dijadiin idola adalah kaum seleb. Nggak percaya? Di majalah-majalah remaja juga yang dieskpos selalu kaum seleb. Dari mulai gosipnya, gaya hidupnya, sampai karir mereka. Tentu saja itu dibuat dengan tujuan supaya remaja mengidolakannya. Awalnya mungkin cuma menanamkan simpati doang, tapi kan lama-lama remaja jadi keterusan seneng karena publikasinya yang dibuat seheboh mungkin. Makanya bisa kamu lihat, majalah remaja yang mengekspos kaum seleb pasti iklannya bejibun banget, karena emang banyak pembacanya.
Kenapa remaja sering terjebak untuk mengidolakan seseorang, ya? Ini berkaitan dengan naluri manusia, Bro. Dalam diri manusia itu ada naluri beragama. Lho apa hubungannya? Sebentar, kamu jangan dulu mengkerutkan dahi alias bingung bin pusing. Tenang. Begini, gharizah tadayyun (naluri beragama) ini diwujudkan dengan adanya upaya untuk mensucikan sesuatu atau menganggap sesuatu lebih dari dirinya. Misalnya aja, nenek moyang manusia di masa animisme dan dinamisme, mereka menyembah batu, pohon, dan kuburan. Hal itu dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan akan naluri beragama mereka. Namun, karena cuma mengandalkan perasaannya doang—tanpa dibimbing wahyu dari Allah—maka yang terjadi adalah kesalahan. Mereka sih nggak ngeh kalo itu salah, yang penting bisa tenang karena merasa sudah terpenuhi. Habis perkara.
Bro en Sis, naluri ini ada dalam setiap orang. Orang yang atheis sekalipun sebetulnya memiliki naluri ini. Tapi, karena mereka nggak percaya adanya pencipta, maka pemenuhannya dialihkan kepada pahlawan-pahlawan mereka. Misalnya aja, orang Soviet yang atheis sering menyembah gambar atau patung pahlawan mereka seperti Lenin, Stalin, Karl Marx dan tokoh-tokoh lain yang dianggap sebagai pahlawannya. Pokoknya diagung-agungkan dan jadi sesembahan mereka. Ini membuktikan bahwa naluri itu emang ada dalam diri setiap manusia. Dan tentu saja orang-orang atheis ini merasa tenang dengan terpenuhinya naluri tersebut. Padahal kalo menurut aturan Islam, jelas pemenuhan naluri yang mereka lakukan salah banget. Mereka cuma mengandalkan perasaannya semata. Namun tidak memperhatikan hakikat di balik penciptaan makhluk-makhluk tersebut.
Nah, kamu yang mengidolakan kaum seleb; baik artis film dan sinetron, penyanyi, dan pemusik kudu hati-hati. Soalnya, bukan tak mungkin bila kemudian kamu lupa diri dan akhirnya tanpa sadar mengikuti gaya hidupnya. Pendek kata, kalo kamu sudah menganggap mereka tuntunan hidup kamu, berarti kamu telah menjadikan beliau-beliau sebagai “nabi”. Waduh, jangan sampe deh.
Jadi sekarang kamu mulai ngeh bahwa “pemujaan” terhadap idola merupakan salah satu perwujudan yang salah dari naluri beragama. Malah dalam level tertentu bisa menjerumuskan kamu ke dalam kesyirikan, lho. Hati-hati ya! Dan ingat, persoalan nggak berhenti di situ aja. Kamu malah bisa “dituduh” oleh Islam telah menjiplak perilaku mereka dalam kehidupan kamu, jika setiap apa yang dilakukan oleh tokoh idolamu kamu ikuti dengan sepenuh hatimu. Yakni seluruh gaya hidupnya kamu contek abis—nggak satupun yang tersisa. Wah, bisa gaswat itu.
So, mulailah berpikir normal. Kita, kaum muslimin hanya tunduk pada syariat Islam. Kita, hanya menjadikan Rasulullah saw. sebagai idola terbaik. Dan, kita harus menjadi jamaahnya kaum muslimin yang beriman dan taat syariat, bukan jamaahnya Justin Bieber. Siap ya? [solihin: osolihin@gaulislam.com]
Nabi Muhammad, tetap yang harus menjadi idola kaum muslimin.
apa mau dikata, kondisi umat Islam saat ini sedang ditindas setindas-tindasnya, baik oleh kafirin maupun munafikin…
ajiiiibbbb…sebuah pencerahan ttg tujuan hidup…jadi yg di liat ga keatas mulu :D…jazzakallah kheir
husss! Artikel bagus, nih!
Izin Share Om!