Friday, 22 November 2024, 01:18

gaulislam edisi 198/tahun ke-4 (8 Ramadhan 1432 H/ 8 Agustus 2011)

 

Siap nggak sih kalo kita ngejalanin puasa di bulan Ramadhan dengan benar dan baik? Siap nggak sih kalo ibadah puasa kita dibarengi dengan amalan-amalan yang lain? Hmm… pastinya sih kudu siap ya. Sayang banget kalo sampe nggak meman-faatkan momen Ramadhan ini. Datangnya sih emang sama dengan bulan lainnya, setahun sekali. Tetapi keutaman bulan Ramadhan ini oke banget. Apa aja sih keutamannya?

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Ummatku telah diberi lima hal yang belum pernah diberikan kepada ummat-ummat sebelumnya ketika bulan Ramadhan: 1) Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum dari pada minyak kesturi di sisi Allah, 2) Para Malaikat beristighfar untuk mereka hingga berbuka, 3) Allah memperindah SurgaNya setiap hari, seraya berfirman kepadanya: “Hampir-hampir para hambaKu yang shalih akan mencampakkan berbagai kesukaran dan penderitaan lalu kembali kepadamu,” 4) Syaithan-syaithan durjana dibelenggu, tidak dibiarkan lepas sseperti pada bulan-bulan selain Ramadhan, 5) Mereka akan mendapat ampunan di akhir malam.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu terjadi pada Lailatul Qadar?” Beliau menjawab, “Bukan, namun pelaku kebaikan akan disempurnakan pahalanya seusai menyelesaikan amalannya.” (Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan al-Baihaqi dalam kitab ats-Tsawaab sanadnya lemah sekali, tetapi sebagian lafazh hadits tersebut mempunyai shaid, yakni penguat yang shahih)

Hmm… kayaknya celaka banget kalo kita udah tahu keutamaan Ramadhan namun kita mengabaikannya. Banyak banget lho di antara kita yang malah malas menjalankan ibadah shaum. Alasannya karena bisa lapar dan haus. Yee.. namanya juga puasa, nggak makan dan minum di siang hari, ya jelas aja lapar dan haus. Tetapi kan itu ujian. Nahan lapar dan haus adalah bagian dari aturan puasa. Syariatnya memang begitu. Meski demikian, jangan khawatir ya. Insya Allah ibadah shaum Ramadhan kita, jika ikhlas dilaksanakan dan caranya benar akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah Swt.

Dalam Shahih Bukhari dituliskan: Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Hisyam telah menceritakan kepada kami Yahya dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi saw. bersabda: Barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan meng-harapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan barangsiapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya.” (HR Bukhari, No. 1768)

Bro en Sis pembaca setia gaulislam, sebagai seorang mukmin insya Allah kita tahu betul bahwa perintah shaum Ramadhan memang diwajibkan. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagiamana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah [2]: 183)

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mewajibkan orang-orang yang beriman untuk shaum (berpuasa) di bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk menjadikan kita orang-orang yang bertakwa. Apa itu takwa?

Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Di antaranya Imam ar-Raghib al-Ashfahani yang mendefinisikan bahwa: “Takwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan.”  Kalo menurut Imam an-Nawawi, beliau mendefinisikan takwa dengan “Menaati perintah dan laranganNya.” Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan azab Allah. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam al-Jurjani: “Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yg mengakibatkan siksa baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya.”

Sobat muda muslim, sederhananya, takwa itu adalah melaksanakan semua perintah Allah Swt. dan meninggalkan semua laranganNya. Nah, puasa yang benar insya Allah akan mengantarkan kita menjadi orang-orang yang bertakwa.

 

Bagi sebagian orang, Ramadhan tak istimewa

Sobat muda muslim, emang kesel, risih, gemes, sebel dan entah kosakata apalagi untuk menggambarkan keprihatinan kita tentang kondisi kaum muslimin saat ini, khususnya di bulan suci Ramadhan. Gimana nggak kesel, gimana nggak sebel, kalo Ramadhan nggak bisa membekas dalam kehidupan kita. Ya, cuma numpang lewat dalam hidup kita. Kalo pun kita berupaya menyambutnya, tapi itu pun sekadar “dalam rangka”. Jadi ketika Ramadhan berlalu, kita balik lagi ke selera asal. Halah!

Miris juga melihat fakta sekarang. Banyak di antara kita yang menjadikan Ramadhan mati. Sebagian dari kita yang nggak puasa, banyak dari kita yang menjadikan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan terasa hambar. Shalat tarawih nggak bakalan dijalanin kecuali kamu punya niat pengen ketemu pacar. Shalat subuh bakalan dilewatin, kecuali sudah ada janji dengan pacar untuk jalan-jalan subuh sambil menebar asmara setelah subuh. Jika demikian faktanya, Ramadhan jadi tak istimewa lagi. Ramadhan kehilangan ‘ruhnya’. Ramadhan kehilangan kemuliaannya di mata orang yang tak memuliakannya. Duh, jangan sampe deh kita menjadi orang yang tak memanfaatkan momen Ramadhan yang belum tentu tahun depan kita masih merasakannya. Iya nggak sih?

Kalo sekarang Ramadhan tampak seperti mati (karena memang nggak kerasa banget nuansanya), maka sebenarnya kitalah yang membuatnya mati dan bahkan sudah mengu-burkannya dalam-dalam. Itu sebabnya jangan heran jika masih banyak kaum muslimin yang anteng aja makan dan minum di siang hari tanpa sedikit pun merasa takut kepada ancaman Allah. Dan, tanpa sedikit pun merasa sayang mencampakkan beragam kemuliaan di dalamnya. Padahal, itu cuma diberikan sebulan dalam setahun oleh Allah. Hmm… bener-bener nggak tahu diri (maaf lho saya nyebutin begini, jika ada kata yang lebih pantas dan dahsyat lagi dari ini untuk menggambarkan orang-orang durhaka bolehlah diucapkan).

BTW, gawat bener deh kalo sampe ada di antara kita yang nggak puasa Ramadhan. Dari Abu Umamah al-Bahili ra, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang dhahaya (dua lenganku), membawaku ke satu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, “Naik”. Aku katakan, “Aku tdk mampu”. Keduanya berkata, ‘Kami akan memudahkanmu’. Akupun naik hingga sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara yang keras. Akupun bertanya, ‘Suara apakah ini?’. Mereka berkata, ‘Ini ialah teriakan penghuni neraka’. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku melihat orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka rusak/robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’ Keduanya menjawab, ‘Mereka ialah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka (sebelum tiba waktu berbuka puasa).” (HR an-Nasa’i dalam al-Kubra sebagaimana dalam Tuhfatul Asyraf 4/166 dan al-Hakim 1/430 dari jalan Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin ‘Amir dari Abu Umamah. Sanad Shahih)

Sekali lagi, jangan kubur Ramadhan. Karena ia masih hidup. Sebaliknya, kita nyalakan semangat dan ceriakan Ramadhan dengan amal sholeh yang berlimpah. Deras mengalir dari setiap ucapan dan perbuatan kita. Agar banjir nikmatnya terasa sampe membekas dalam hidup kita selamanya. Semoga kita tetap siap menghidupkan Ramadhan. Yuk, kita buktikan bareng-bareng.

 

Hidupkan semangat Ramadhan

Bro en Sis, meski ada yang ‘mematikan’ Ramadhan, tetapi insya Allah Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang yang merin-dukannya. Mereka akan tetap bermes-raan dengan Ramadhan di setiap detik yang ia lewati, di setiap menit yang ia lalui, dan di setiap malam yang selalu membuatnya terjaga untuk senantiasa mengisinya dengan ibadah. Ramadhan memang tidak akan pernah mati, ia akan hidup terus bersama orang-orang beriman yang mencintainya. Semoga kamu, kita, adalah orang-orang yang beriman dan mencintai Ramadhan. Insya Allah.

Semoga Ramadhan kali ini (dan juga seterusnya) memberikan kekuatan yang besar dalam hidup kita untuk mengubah kebiasaan buruk kita menjadi kebiasaan baik. Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang beriman yang ikhlas menjalankan syariatNya.

Kita pantas merenung, Bro. Di pekan kedua bulan Ramadhan ini, apa yang sudah kita lakukan? Apa pula yang akan kita laksanakan di hingga menjelang akhir Ramadhan? Menghitung hari seperti kemarin dengan tanpa ada aktivitas amal sholeh? Atau sekadar meng-isinya dengan hal-hal yang amat jauh dari nilai-nilai Islam? Rasanya, kita semua udah pada tahu, apa yang harus kita lakukan. Tapi celakanya, kita juga seringkali lalai dengan apa yang seharusnya kita lakukan.

Kita tahu bahwa puasa adalah wajib. Kita yakin (meski dengan keyakinan seadanya), bahwa kalo nggak puasa kita akan berdosa. Namun, ternyata dalam praktiknya ada saja yang error. Selalu saja ada sebagian besar dari kita, yang ternyata masih melalaikan puasanya. Siang hari masih bebas makan dan minum. Malah ada yang dengan sombong makan dan minum dengan lahap secara terang-terangan.

Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan. Dan senantiasa memohon kepada Allah agar kita digolongkan kepada orang-orang yang berjuang demi tegaknya syariat Islam di muka bumi ini. Yuk, hidupkan semangat Ramadhan! [solihin: www.osolihin.wordpress.com]

1 thought on “Jangan Matikan Ramadhan!

  1. Emang betul banget…kalau ramadhan masih ada juga yang ngga puasa…padahal orangnya sih mampu…tapi kenapa bisa begitu ya…??? Aneh…mungkin itu adalah parameter untuk mbedain orang yang bener2 puasa sama yang ”matiin Romadhon”…
    Hehehe…

Comments are closed.