Friday, 22 November 2024, 03:49

gaulislam edisi 406/tahun ke-8 (18 Syawal 1436 H/ 3 Agustus 2015)

 

Sebenarnya sih sekarang udah ngak jamannya diplonco ya. Eh, kamu tahu plonco kan? Ih, kok nggak ngeh sih? Hmm.. kalo MOS atau MOPD? Tahu! Nah, itu. Miriplah. Definisi plonco menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah calon mahasiswa yang sedang mengikuti acara kegiatan pengenalan kampus. Oh, jadi buat mahasiswa? Itu definisi menurut kamus, Bro en Sis. Tetapi kalo di sekolah kita kenal MOS (Masa Orientasi Siswa), sekarang sih namanya MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik).

Terus, kenapa judulnya jangan plonco kami? Emangnya acara MOS atau MOPD itu salah dan sesat? Eit.. tunggu dulu. Kamu jangan bicara ngawur gitu dong. Maksudnya gini, seringkali di acara MOS/MOPD itu yang terjadi adalah perploncoan yang bikin bete dan nyebelin. Misalnya, panitianya nyuruh bawa kembang setaman. Lha, apa nggak cukup satu kembang saja, masa’ kembang setaman dibawa semua? Ngangkutnya pakai apa? Hehehe.. ini kan ngerjain banget. Belum lagi kalo harus pake atribut yang nggak perlu. Misalnya pake tas dari karung terigu bekas (lha iya, kalo masih ada terigunya ngapain dipake?). Tugas tak masuk akalpun sering terjadi. Misalnya pas di sekolah kalo kebetulan melanggar, sebagai hukumannya disuruh ngitungin genteng yang ada di gedung sekolah. Waduh!

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. MOS/MOPD atau plonco identik dengan hal-hal yang konyol dan nggak mendidik. Memang sih nggak semua kegiatan MOS atau MPOD kayak gitu. Namun, cukup banyak yang memang main-main dan isi kegiatannya nggak bermanfaat. Selain itu, kalo di perguruan tinggi ada juga panitia yang melakukan pelecehan dan kekerasan. Kok bisa? Bukankah udah nggak boleh lagi? Ya, ada aja Bro en Sis, kalo niatnya emang kriminal seribu macam cara bisa dicoba dan beragam celah bisa dicari. Waspadalah!

 

Kenapa harus ada kegiatan MOS/MOPD?

Pertanyaan ini sebenarnya tergantung siapa yang ditanya. Lho, kok? Iya, kalo ditanya ke kamu yang udah bete dengan kegiatan MOS/MOPD, pasti jawabannya bukan menjawab dari pertanyaan tersebut, tetapi akan bilang: nggak perlu! Namun, kalo ditanya sama pihak sekolah dan panitia, jawabannya bisa jadi perlu alias memang dibutuhkan. Tentu, selama kegiatan tersebut sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah dan memang isi kegiatannya wajar-wajar aja. Intinya, perlu diadakan namun syarat dan ketentuan berlaku.

Seberapa penting acara MOS dilaksanakan? Nah, berarti ini bicara tujuan dan target. Nanti dari tujuan dan target ini akan dijabarkan cara mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mengejar target yang sudah ditetapkan itu. MOS atau Masa Orientasi Siswa atau MOPD (Masa Orientasi Peserta Didik) dilaksanakan pasti ada tujuannya.

MOS/MOPD dijadikan sebagai ajang untuk melatih ketahanan mental, disiplin, dan mempererat tali persaudaraan. MOS/MOPD juga sering dipakai sebagai sarana perkenalan siswa terhadap lingkungan baru di sekolah tersebut. Baik itu perkenalan dengan sesama siswa baru, kakak kelas, guru, hingga karyawan lainnya di sekolah itu. Tak terkecuali pengenalan berbagai macam kegiatan yang ada dan rutin dilaksanakan di lingkungan sekolah.

Apa saja tujuan diadakannya MOS/MOPD? Pertama, memperkenalkan siswa pada lingkungan fisik sekolah yang baru mereka masuki. Kedua, memperkenalkan siswa pada seluruh komponen sekolah beserta aturan, norma, budaya, dan tata tertib yang berlaku di dalamnya. Ketiga, memperkenalkan siswa pada keorganisasian. Keempat, memperkenalkan siswa untuk dapat menyanyikan lagu hymne dan mars sekolah. Kelima, memperkenalkan siswa pada seluruh kegiatan yang ada di sekolah. Keenam, mengarahkan siswa dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat/minat mereka. Ketujuh, menanamkan sikap mental, spiritual, budi pekerti yang baik, tanggung jawab, toleransi, dan berbagai nilai positif lain pada diri siswa sebagai implementasi penanaman konsep iman, ilmu, dan amal. Kedelapan, menanamkan berbagai wawasan dasar pada siswa sebelum memasuki kegiatan pembelajaran secara formal di kelas.

Sobat gaulislam, kalo dilihat dari tujuannya yang sampai delapan poin itu sih bagus ya. Tetapi yang perlu menjadi parhatian adalah pelaksanaannya. Maklumlah, kadang ada aja oknum panitia yang nakal dan super jail dalam ngerjain siswa baru. Sehingga ajang MOS atau MOPD ini malah jadi saran balas dendam buat melecehkan dan melakukan kekerasan fisik kepada adik kelasnya yang baru. Aneh ya? Begitulah!

 

Bagaimana sebaiknya?

Tentu saja kita sepakat mengatakan bahwa MOS atau MOPD yang nggak bener adalah yang cuma main-main, isi acaranya nggak mendidik, malah ada isi kegiatannya yang konyol, tidak mencerminkan semangat membimbing dan mendidik adik kelasnya yang baru, dan malah mengajarkan kekerasan fisik. Ini yang salah. Lalu, bagaimana sebaiknya?

Begini. Kalo saya sih menyarankan buat para panitia MOS/MOPD, khususnya di sekolah Islam atau di pesantren, sebaiknya menekankan pada tujuan yang sudah diuraikan di atas, juga ada cara untuk mendapatkannya, yakni dengan menyampaikan adab menuntut ilmu dan bagamana cara mendapatkannya. Termasuk di dalamnya diajarkan bagaimana hubungan guru dengan murid, dan dimotivasi bahwa ilmu yang kelak didapat bukan semata untuk kepuasan pribadi, tetapi wajib diamalkan dan dibagikan lagi kepada mereka yang belum mendapatkannya. Diberikan arahan juga bahwa belajar tak sekadar untuk mendapatkan nilai bagus, tetapi lebih dari itu apa manfaat yang bisa diberikan bagi kemaslahatan umat. Nah, ini baru keren!

Keren? Alasannya? Iya, karena kamu yang punya kesempatan belajar kudu serius untuk mendapatkan ilmu. Lalu, ilmu yang didapat dibagiin lagi kepada orang lain yang kebetulan tak punya kesempatan untuk belajar seperti kamu karena berbagai alasan. Nah, dengan kata lain, berbagi ilmu yang sudah didapat juga bagian dari kepedulian dan bentuk syukur kita kepada Allah Ta’ala. Itu sebabnya, luruskan niat dan bersungguh-sungguhlah dalam belajar.

Dalam kitab Ta’lim Muta’alim karya Syekh az-Zarnuji dijelaskan bahwa ilmu itu sangat penting karena itu sebagai perantara (sarana) untuk bertakwa. Dengan takwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat di sisi Allah, dan keuntungan yang abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya : “Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna.”

Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan takwa, ilmu paling lurus untuk di pelajari. Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk. Allah Ta’ala yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh. Tuh, catet!

Sobat gaulislam, alangkah baiknya jika di kegiatan MOS/MOPD ini, dibikin semacam program khusus untuk para siswa agar mau belajar ilmu agama dengan sungguh-sungguh atas landasan iman dan takwa. Tentu saja, pelajaran umumnya yang bersifat fardhu kifayah harus juga dipelajari. Hanya saja, yang utama, karena memang fardhu ‘ain, lebih menjadi prioritas dalam mempelajarinya.

So, acara MOS atau MOPD isinya cuma ngerjain siswa baru, marah-marah nggak jelas, bahkan ada yang nge-bully segala, itu harus dihilangkan. Maka, supaya nggak terjadi hal-hal kayak gitu, pihak sekolah berperan besar dalam mengawasi kegiatan tersebut di sekolahnya. Jika ada panitia yang melanggar, harus berani menegur bahkan menghentikan langsung kegiatan tersebut.

 

Sekadar renungan

Sobat gaulislam, dalam setiap amal perbuatan, Islam mengajarkan soal niat. Kalo niatnya buruk, maka perbuatan tersebut juga jadi nggak bernilai pahala meski terkategori jenis amal sholih. Shalat misalnya, kalo niatnya ingin mendapat pujian orang lain, sangat boleh jadi shalatmu itu nggak bisa diterima sama Allah Ta’ala karena salah niat meski caranya benar. Sebab, selain niat yang kudu ikhlas, caranya juga wajib benar sesuai tuntunan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Nggak asal bin sembarangan aja.

Nah, pelaksanaan MOS/MOPD juga begitu. Kalo niatnya nggak baik dan caranya nggak benar, alamat tuh kegiatan sia-sia di hadapan Allah Ta’ala. Malah bisa jadi terkategori maksiat kalo kontennya mengajarkan pelecehan, penghinaan, penganiayaan, bahkan kekerasan secara fisik. Padahal, kita seharusnya mengajarkan kebaikan di segala aspek, termasuk pada kegiatan MOS/MOPD. Sebagai muslim kita wajib mengajarkan ilmu agama Islam juga lho kepada mereka.

Dari Abu Ummah radhiallahu ‘anhu. Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Keutamaan orang alim atas orang yang beribadah ialah seperti keutamaanku atas orang yang terendah di antara kalian.” Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, juga para penghuni langit dan bumi, sampai pun semut yang ada di dalam liangnya, bahkan sampai ikan paus di lautan, niscaya semuanya mendoakan kerahmatan kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada umat manusia.” (HR Imam Tirmidzi)

Hmm…satu hadis lagi nih yang moga saja kamu yang terbiasa ikut-ikutan tradisi MOS/MOPD yang miskin manfaat (atau malah mencontohkan keburukan) bisa mikir beribu kali. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang baik kemudian beramal dengannya, maka ia mendapat balasannya (pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikitpun,”(HR Ibnu Majah)

Yuk ah, kita mulai belajar membenahi diri, termasuk menjadikan setiap amal kita–selain tentunya kudu ikhlas–juga benar caranya sesuai tuntunan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya serta bisa memberikan manfaat kepada sesama. Itu sebabanya, jika MOS/MOPD tetap ingin dilaksanakan, pastikan kegiatan tersebut nggak melanggar syariat dan MOS/MOPD harus memberikan manfaat. [O. Solihin | Twitter @osolihin]