Thursday, 21 November 2024, 20:39
jejakkita

gaulislam edisi 784/tahun ke-16 (5 Rabiul Akhir 1444 H/ 31 Oktober 2022)

Pernah nggak kamu berpikir bahwa orang-orang yang asal berbuat dan asal berkomentar di media sosial itu akan dimintai tanggung jawabnya atas apa yang dia perbuat? Kelihatannya banyak yang bebas aja berbuat saat menghina orang lain, atau bahkan melecehkan agamanya sendiri. Sehari-hari kerjaannya bikin onar di media sosial. Merasa aman saja meski sudah menyebarkan kebencian. Bisa jadi karena selama ini mereka tak pernah diciduk pihak berwajib meski ribuan netizen melaporkan perbuatannya.

Mungkin kita juga berpikir, apa mereka nggak takut dosa dan pengadilan akhirat atas apa yang sudah diperbuatnya selama di dunia? Jejak keburukannya terlampau banyak, tetapi tanda-tanda hendak bertaubat tak jua terlihat. Apakah mereka lupa dengan kematian? Apakah mereka tak memikirkan akibat dari apa yang diperbuatnya? Apakah mereka juga nggak memikirkan bahwa jejak kehidupannya itu dipenuhi dengan dosa?

Sekarang bagaimana dengan kita? Banyak sudah jejak langkah kita dalam kehidupan ini. Makin besar angka di bilangan usia kita, maka kian banyak jejak peristiwa, ucapan, tindakan, perilaku, dan banyak hal dalam kehidupan kita. Ada yang baik, ada pula yang buruk. Mungkin kita hanya ingat yang baiknya, lupa yang buruknya. Ada pula yang diingat hanya yang buruknya, kebaikannya berusaha tak selalu diingatnya. Ada banyak juga orang yang mengingat keduanya, kebaikan dan keburukan yang telah ditebarnya. Semua ada konsekuensinya.

Meski semua jejak kehidupan yang kita lakukan dan kita tak sempat mencatatnya, tetapi Allah Ta’ala Mahatahu apa yang kita kerjakan. Detil, teliti, tanpa salah dalam mengkalkulasi. Itu sebabnya, kita harus hati-hati dalam melangkah, waspada dalam setiap jejak kehidupan yang nantinya akan dimintai pertanggunganjawabnya di akhirat kelak. Nggak boleh sembarangan, apalagi berpikir gimana nanti. Bahaya banget kalo sampe kita nggak memikirkan dampak atas apa yang kita perbuat. Mengapa? Sebab, kalo nggak mikirin dampaknya, bisa jadi kita akan sembarangan berbuat, nggak peduli atas akibat. Padahal, mestinya berpikir sebelum bertindak. Kira-kira kalo saya ngelakuin kayak gini, gimana akibatnya? Kalo saya berpikir begitu, gimana dampaknya? Itu mesti dijawab supaya nggak asal berbuat atau asal mangap pas ngomong.

Semua tercatat

Sobat gaulislam, kalo kita sebagai manusia, tak semua catatan bisa kita rekap. Banyak yang luput dari perhatian kita. Jangankan merekap kegiatan orang lain, apa yang kita lakukan saja sering tak tercatat dengan baik. Bisa jadi manusia bisa membuat aplikasi yang akan mencatat semua jejak browsing kita di internet, tetapi pasti ada saja kendalanya atau kelemahannya. Bisa eror karena sesuatu dan lain hal. Namun, apa yang dicatat oleh malaikat atas perintah Allah Ta’ala, tak akan pernah terlewat. Satu amalan pun. Mestinya kita ingat itu.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang telah dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. Yaitu ketika kedua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS Qâf [50]:16-18)

 Syaikh Syinqithi rahimahullah berkata, “Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa tidak ada yang tersembunyi bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang tersembunyi pun sama seperti yang nampak di sisi-Nya, dan Dia Maha Mengetahui gerak-gerik hati dan apa yang nampak.”

Jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui dan menyaksikan apa-apa yang tersembunyi dalam hati manusia, dan mengetahui apa yang diperbuat oleh manusia di manapun ia berada, di darat, di udara maupun di laut, pada waktu malam atau pun siang, di dalam rumah atau pun di luar rumah, semuanya sama dalam pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia melihat di manapun manusia berada serta mengetahui apa-apa yang mereka sembunyikan. (dalam Tafsir al-Quran al Azhim, Imam Ibnu Katsir)

Allah Ta’ala berfirman dalam ayat lain (yang artinya), “Dan ketahuilah sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada dalam hati kalian, maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyantun.” (QS al-Baqarah [2]: 235)

Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya bagi Allah tidak ada suatupun yang tersembunyi di bumi dan tidak pula di langit.” (QS Ali ‘Imran [3]: 5)

Ayat di atas dan yang semisalnya menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala itu Mahatahu terhadap segala sesuatu. Ini memberikan pelajaran agar kita senantiasa merasa diawasi oleh Allah Ta’ala dalam setiap ucapan dan tingkah-laku, karena kita tidaklah terlepas dari pengawasan-Nya. So, waspadalah.

Apa yang kita lakukan, bahkan sebelum kita lakukan (baru niat aja), Allah Ta’ala tahu. Itu sebabnya, kalo di medsos banyak orang yang ngoceh hingga berbusa-busa saban hari menghina Islam dan kaum muslimin, pasti diketahui oleh Allah Ta’ala. Meski banyak yang anteng-anteng aja karena nggak ada yang membungkam mereka, pastilah mereka akan menerima akibatnya kelak di yaumil hisab, di hari perhitungan.

Kamu mungkin bisa berpikir juga, kok di zaman sekarang ini makin aneh saja. Orang yang udah jelas menebar kebencian kepada orang lain, khususnya kepada kaum muslimin, malah dibiarkan saja oleh pihak berwenang. Nggak ditanggepi meski ribuan netizen teriak-teriak di medsos. Sebab, mungkin karena yang ngoceh itu adalah pendukung rezim ini, pendukung partai yang sedang berkuasa. But, begitu ada yang melakukan kritik dan kritiknya bikin merah kuping penguasa dan pendukungnya, rame-rame dari kubu tersebut memprotes dan merengek-rengek minta pihak berwajib menghukum, dan ajaibnya banyak yang kemudian diciduk dan dicokok lalu dijebloskan ke bui. Sudah jadi rahasia umum, memang begitu faktanya. Namun ingat, nanti di pangadilan akhirat tak satu pun akan bisa lolos. Panik nggak, panik nggak? Panik, lah!

Selesaikan, sebelum disesali

Sobat gaulislam, semua jejak perbuatan dan ucapan setiap manusia dicatat dan akan diminta pertanggunganjawabnya. Sebab, kehidupan akhirat memang tempat untuk menunjukkan keadilan Allah Ta’ala secara langsung dan dilihat oleh setiap manusia. Dunia ini sementara dan hanya sekali. Urusan kita di dunia ini, baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain, tak sepenuhnya benar-benar selesai. Misalnya, punya keinginan di dunia, tetapi sampai akhir hayat tak terpenuhi, tak didapat. Nanti di akhirat akan dipenuhi oleh Allah Ta’ala.

Itu artinya, kalo ada orang yang di dunia belum sempat menikah sampai akhir hayatnya, padahal sangat boleh jadi ia kepengen banget bisa menikah, nanti di akhirat akan mendapatkan apa yang tak didapatkan di dunia. Itu sekaligus untuk menunjukkan keadilan Allah Ta’ala. Sebab, siapa tahu ada di antara manusia yang kemudian ‘protes’, dirinya dan temannya sama-sama hidup di dunia, kenapa sang teman bisa menikah tapi dirinya tidak. Nanti Allah Ta’ala akan memberikan pasangan jika dia masuk surga. Nggak ada yang ngejomblo di surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Dan di surga tidak ada lajang.” (HR Muslim)

Pasangan suami-istri yang beriman akan dipasangkan kembali di surga dan dengan keimanan, mereka akan masuk surga bersama-sama menjadi pasangan abadi yang kekal di surga.

Itu sebabnya yang masih lajang ketika di dunia sampai akhir hayatnya akan mendapatkan pasangan ketika masuk surga. Begitu juga yang melajang setelah bercerai dalam pernikahannya, juga akan mendapat pasangan di surga. Allah Ta’ala akan menikahkan mereka dengan penduduk surga yang juga tidak punya pasangan di dunia.

Syaikh Muhammad bin Shalih menjelaskan, “Seorang wanita penduduk surga yang belum menikah (di dunia) atau suaminya bukan penduduk surga. Apabila wanita tersebut masuk surga, maka di surga juga ada penduduk surga dari laki-laki yang belum menikah di dunia (mereka akan dinikahkan sesuai dengan kesenangan hati mereka).” (Fatawa Syaikh Al-‘Ustaimin jilid 2, hlm. 52, sebagaimana dinukil di laman muslim.or.id)

Bagaimana kalo ada orang yang sering menzalimi orang lain di dunia tetapi sampai akhir hayatnya mereka tak bertaubat dan tak meminta maaf kepada orang yang dizalimi, bahkan mereka lolos tak dihukum atau diberi sanksi saat di dunia? Mereka akan mendapatkan balasannya di akhirat. Itulah bukti keadilan Allah Ta’ala. Urusan di dunia tak selesai, di akhirat akan diselesaikan. Maka, merugilah orang-orang yang nggak percaya akan adanya akhirat.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim: “Rasakanlah olehmu azab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu.” (QS Saba [34]: 42)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Siapa yang pernah berbuat aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apa pun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezalimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizaliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya.” (HR al-Bukhari no. 2449)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya: “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”. Para sahabat pun menjawab, ”Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda”. Nabi bersabda, ”Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim no. 2581)

Maka, selesaikan sebelum disesali. Kalo di dunia punya dosa kepada orang lain, segera menyesal dan minta maaf serta jangan mengulangi lagi. Taubat yang sesungguhnya, taubat nasuha. Supaya urusan di akhirat nggak begitu berat. Sebab, kalo tiap hari di medsos atau di dunia nyata hobinya malah mencela, sebarin hoax, doyan berbohong, mencaci maki, menuduh orang, atau bahkan menghina agamanya sendiri demi cuan dan jabatan, maka sudah pasti dosanya menggunung. Segera sadar dari berbuat zalim, lalu bertaubat dan meminta maaf kepada orang yang dizalimi. Kalo nggak mau, ya cukup ayat dan hadits yang dinukil di tulisan ini menjadi pengingat bagi kita semua.

Yuk, hiasai jejak kehidupan kita dengan kebaikan. Agar bahagia bisa kita dapatkan di akhirat kelak. Di surga-Nya Allah Ta’ala. Insya Allah. [O. Solihin | IG @osolihin]