gaulislam edisi 630/tahun ke-13 (21 Rabiul Awwal 1441 H/ 18 November 2019)
Assalaamu’alaikum sobat gaulislam yang insyaa Allaah dirahmati oleh Allah. Semoga kalian sehat selalu, dan semangat dalam menuntut ilmu, ya. Dan, jangan lupa untuk buang sampah di tempatnya demi menjaga tempat tinggal kita atau lingkungan sekitar kita agar tetap asri dan nyaman. Kebersihan itu juga sebagian dari iman, loh, ya. Jangan sampai, bumi kita yang diamanahkan oleh Allah untuk kita malah kita rusak.
Eh, apaan, nih? Kok tiba-tiba bahas tentang kesehatan lingkungan, sih? Iya, dong. Karena, tema kali ini berhubungan banget sama kesehatan lingkungan. Sebelumnya, saya mau nanya, nih, ke kamu. Apakah kamu pernah diajari oleh guru biologimu bahwa jilbab itu merusak lingkungan? Atau kamu pernah dengar hal semacam ini di lingkunganmu, atau cuma di media sosial, gitu? Kalau ada, apakah menurut kamu pernyataan kayak gitu benar adanya? Uhm, penasaran, kan, ya. Yuk, bahas!
Sebagaimana yang kita tahu, bahwa media sosial adalah salah satu sarana untuk berbagi pendapat, dan juga komentar. Ada yang benar, menginspirasi, bahkan ada juga yang ngawurnya nggak ketulungan. Salah satunya, netizen yang bernama Gayatri. Dia mengkritik bahwasannya jilbab itu bisa membuat lingkungan menjadi rusak. Loh, loh, loh. Gimana kok bisa kayak gitu? Memangnya jilbab itu memiliki zat yang membahayakan? Orang kainnya nggak jauh beda sama kain-kain lainnya. Masak kain yang sama ketika dibuat untuk baju aman-aman aja, tapi pas dijadiin jilbab malah ngerusak lingkungan. Ngawur, kan, ya?
Tentu saja ini merupakan kritikan yang tidak masuk akal dan hanya kritikan yang tak mendasar juga sepihak. Kritikan ini tidak sepatutnya kita ikuti, karena sudah jelas salahnya. Merusak lingkungan itu ketika kita buang sampah sembarangan, membakar hutan sembarangan, menebang hutan berlebihan tanpa ada pelestarian kembali, dan masih banyak lagi. Padahal, kita tahu bahwa membuang sampah sembarangan, membakar hutan, atau bahkan merokok itu termasuk kegiatan yang merusak lingkungan, tapi kok pada nggak sewot, ya? Giliran jilbab yang nggak ada hubungannya sama sekali sama lingkungan, malah dikritisi kayak gitu. Itu namanya nggak adil, dong.
Memuliakan wanita
Sobat gaulislam, memakai jilbab itu kan syariat Allah, yang memang sudah pasti syariat Allah itu mendatangkan kebaikan, bukan malah kemudharatan. Kalau memang benar jilbab itu akan merusak lingkungan, maka Allah udah pasti ngelarang buat berjilbab. Lah, wong ini Allah malah mensyariatkan, berarti pasti ada maksudnya dan maksudnya itu juga sudah pasti kebaikan. Ingat, bahwa Allah itu Maha Bijaksana, dan Maha Tahu. Makanya, jangan sok tahu.
Di dalam al-Quran Allah berfirman (yang artinya), “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Ahzab [33]: 59)
Coba kita perhatikan ayat di atas. Allah Ta’ala memerintahkan muslimah mengenakan jilbab untuk apa? Untuk mudah dikenal dan tidak mudah diganggu. Ya, secara psikologis, emang fitrah cowok itu tertarik banget sama keindahan wanita. Matanya siap-siap aja, tuh pada keliling-keliling mencari mangsa.
Nah, itu sebabnya, Allah Ta’ala menyuruh kita sebagai muslimah agar tidak menampakkan keindahan kita pada sembarangan orang. Bukankah itu adalah pencegahan agar kita tidak sembarangan diganggu, dan dihormati sebagai wanita? Bukankah hal tersebut merupakan kebaikan bagi kita, kaum wanita? Yup, kebaikan banget. Betapa Allah Ta’ala sangat memuliakan kaum wanita. Maasyaa Allaah.
Oh, ya, ada hal yang menggembirakan lainnya selain yang sudah disebutin di atas, yakni, jilbab itu sebenarnya sangat membantu kita, loh, dalam menjaga kulit agar tidak terpapar sinar matahari. Betul, sebab kita pakai pakaian yang menutupi seluruh badan kecuali telapak tangan dan muka. So, itu bisa meminimalisir kamu agar nggak langsung terpapar sinar matahari. Terus, jilbab itu bisa melindungi rambut kita dari matahari yang akan membuat rambut kita jadi kering, loh. Nah, kalau berjilbab, kan jadinya rambut kita nggak gampang kering, rontok, dan rusak.
“Tapi lepek, kak.” Iya, emang bikin lepek. Tapi, rambut yang lepek itu bukanlah tanda rambut rusak, melainkan rambut yang sehat. Lepek itu palingan cuma bikin kita garuk-garuk melulu, dan bau. Tapi masalah kayak gitu lebih mudah untuk diatasi ketimbang mengatasi rambut yang rusak, bisa-bisa nguras isi dompet demi memperbaikinya lagi. Nah, kalau rambut lepek doang, kan, tinggal keramas aja, kali. Hehehe. Waw! Ini hikmah lainnya. Catat, ya, catat. Biar tambah mantap!
Ya, walaupun, kita berjilbab tujuannya bukan untuk itu, tapi untuk Allah. Hal-hal yang kayak gitu itu cuma efek positif lainnya saja. Allah Ta’ala memberikan kita hikmah lainnya, agar kita sadar bahwa sesungguhnya, apa yang diperintahkan oleh Allah adalah kebaikan untuk kita. Gitu, girls. Paham, ya?
Waspadai kaum liberal!
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Pemikiran atau opini dari seorang Gayatri bisa disebut sebagai pemikiran liberal dan sesat. Liberal apaan, ya? Liberal itu berpikiran bebas, yang mana maksudnya adalah bebas tanpa aturan, terutama bebas dari aturan islam. Ya, pemikiran yang terserah dia sendiri, gitu. Nah, cara berpikirnya sangatlah salah dan tak berdasar alias asal ngomong saja.
Namun, tahap yang lebih serius lagi adalah bahwa opini Gayatri yang berpendapat bahwa jilbab itu merusak lingkungan bisa sangat berbahaya. Kenapa bisa begitu? Karena pernyataan tersebut bisa mempengaruhi pikiran-pikiran orang awam yang tidak terlalu mengerti Islam. Jika terpengaruh, maka bisa mengakibatkan para muslimah yang taat berjilbab dimusuhi oleh masyarakat. Dianggap bahwa apa yang muslimah tersebut taati adalah sesuatu yang berbahaya bagi mereka sehingga mereka was-was ketika melihat wanita yang berjilbab.
Apalagi, kalau orang awam itu sama-sama berpikiran liberal seperti Gayatri sendiri. Ya, bisa tambah manas-manasin ozon, nih. Mungkin, jika orang yang berilmu, yang sangat mengerti Islam, masalah ini tidak akan berpengaruh apa-apa, malahan, kritikan ini akan dikritiki balik, dan dibalikkan faktanya dengan cara memaparkan kebenaran yang sebenarnya.
Oya, kalau kita menemukan opini-opini semacam itu, mohon ditelusuri terlebih dahulu faktanya, baru deh, ambil kesimpulan. Kalau opininya benar, maka silahkan ambil. Tapi kalau menyesatkan, jangan sekali-kali diambil, malah harusnya kita perangi, dan menunjukkan pada dunia hakikat yang sebenarnya. Oke, nggak? Harus oke, dong, biar oke. Hehehe…
Tapi, ocehan Gayatri kali ini, setelah tahu bahwa yang yang diargumenkannya itu salah besar, maka kita abaikan saja, ya. Jangan digubris orang yang mencari sensasi kayak gitu. Nanti malah ketagihan untuk melakukan kesalahan yang sama lagi. Ya, walaupun topik kali ini pun membahas tentang apa yang diargumenkan oleh dia, maka ini hanya sekadar upaya kecil untuk memberikan penjelasan bahwa pendapat Gayatri itu sama sekali salah, dan agar kamu nggak salah pemahaman, dan mendapatkan ilmu baru tentang perintah berjilbab agar ketaatan kita untuk menjalani syariat Allah itu semakin mantap. Sip deh!
Jilbab untuk kebaikan
Jadi, apa yang bisa kita simpulkan di sini? Yup, berjilbab itu kebaikan, bukan kemudharatan. Allah itu Maha Baik, dan tahu mana yang terbaik bagi hamba-Nya. Berjilbab itu juga tanda ketakwaan serta kemuliaan bagi seorang muslimah dalam melaksanakan syariat Allah. Harus juga dibarengi oleh niat yang ikhlas karena Allah. Jilbab yang syar’i tentunya, bukan hanya sekadar mengikuti trendy ataupun kemodisan belaka.
Tahu kan jilbab yang syar’i? Ya, jilbab alias gamis kalo orang sekarang bilang, wajib tebal, longgar, dan menjuntai hingga menutupi mata kaki. Tebal kainnya, tentu supaya nggak ada celah terlihat menerawang. Longgar alias tidak ketat, agar tidak menampakan lekuk tubuh sehingga terkesan jadi seksi. Panjang menjuntai ke bawah mata kaki, supaya bisa menutupi bagian tumit dan telapak kaki. Intinya, nggak ada peluang untuk tampil tabarruj alias menampakkan kecantikan di muka umum.
Uhm, tapi gimana, ya, caranya, biar nggak ikut-ikutan berniat untuk berjilbab itu hanya untuk trendy atau kemodisan belaka, ya? Sebab, di lingkungan kita sekarang ini, apalagi buat cewek, hal-hal yang berbau fashion itu sangatlah menarik perhatian. Iya, nggak, sih? Dari kehidupan nyata hingga ke kehidupan di dunia nyata, fashion selalu menjadi sorotan yang menarik. Ya, pengen meniru gaya jilbab kayak Zaskia Mecca gitu, atau Shiren Sungkar yang kece abis, dan lain sebagainya.
Ya, memang nggak ada salahnya juga kita sekali-kali ingin berpenampilan yang bagus atau pun menarik. Tapi tetap, niatnya jangan sampai salah, ya. Jangan sampai, kita ini berjilbab hanya untuk mengikuti seleb-seleb kece itu, atau malah yang lebih parah, mencari perhatian agar dilihat wow. Apalagi style jilbabnya nggak syar’i. Na’udzubillah min dzalik.
Biasa aja. Biasa aja kalau mau bergaya itu. Nggak usah maksain diri apalagi kalau sampai rela mengabaikan kebutuhan hidup demi kebutuhan gaya yang nggak penting jika dibandingkan demi makanan. Ya, oke, emang, sandang juga termasuk kebutuhan. Tapi sandang yang kayak apa dulu, nih. Kalau sandangnya itu ala-ala Syahrini yang penuh dengan bling-bling gitu, ya, nggak bisa lagi disebut sebagai kebutuhan pokok. Kebutuhan syahwat itu, mah!
So, sekali lagi, luruskan niat, ya, girls. Perjuangan kita untuk mengukuhkan iman di akhir zaman itu emang sulit pake banget. Tapi percaya deh, kalau Allah selalu jaga kita. Ingatlah Allah, maka Allah pun akan mengingat kita juga. Jadi nggak khawatir deh, kalau mau menghadapi rintangan dunia yang menggoda iman ini. Ya udah girls, tetap semangat, dan cheer up, ya. [Natasha ADW | IG @natashaara11]