gaulislam edisi 812/tahun ke-16 (25 Syawal 1444 H/ 15 Mei 2023)
Banyak alasan mengapa remaja suka main game, termasuk game online. Bahkan ada yang sampe kecanduan. Ini parah, sih. Alasan paling umum mengapa mereka suka bermain game, adalah untuk hiburan dan bisa menghilangkan stres. Namun, pernah juga sih saya tanya langsung ke remaja yang doyan main game, “apa betul bermain game bisa menghilangkan stres?” Dia menjawab, “Bisa sih, tetapi justru lebih sering malah jadinya stres. Jika kalah terus!”
Oya, umumnya yang suka main game itu anak cowok. Namun, di zaman sekarang, ketika smartphone udah seperti kebutuhan utama dalam berkomunikasi dan sarana hiburan, maka anak cewek juga mulai banyak yang main game. Terutama di zaman sekarang ini, game online. Bisa berinteraksi dengan sesama pengguna lain. Istilahnya bisa mabar alias main bareng.
Bagi para gamer, sepertinya nggak asing dengan Mobile Legends, ya? Kalo saya nggak pernah main sih, cuma sering denger dari remaja yang doyan main game. Akhirnya, cari-cari info di internet. Oh, ternyata Mobile Legends adalah game jenis MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang dimainkan di platform mobile. Dalam Mobile Legends, pemain membentuk tim dengan pemain lain dan bertarung melawan tim lawan dalam pertempuran 5 lawan 5. Setiap pemain mengendalikan karakternya yang memiliki peran dan keterampilan unik. Tujuan utama dalam Mobile Legends adalah menghancurkan markas lawan dan memenangkan pertandingan. Game ini terkenal di kalangan pemain mobile dan telah menjadi salah satu game yang populer di genre MOBA mobile.
Ada lagi game Free Fire, yang konon katanya yang main game ini para bocil. Sekadar tahu aja, karena saya juga nyari info untuk keperluan tulisan ini, bahwa Free Fire adalah game jenis battle royale yang dimainkan di platform mobile. Dalam Free Fire, pemain ditempatkan di pulau terpencil dan bertarung melawan pemain lain dengan tujuan menjadi yang terakhir bertahan hidup. Pemain harus mencari senjata, perlengkapan, dan sumber daya lainnya di sepanjang permainan untuk meningkatkan peluang bertahan hidup. Free Fire adalah salah satu game battle royale yang populer di platform mobile, di mana pemain dapat bermain sendiri (solo), berdua (duo), atau dalam tim (squad) dengan pemain lain secara online.
Masih banyak game lainnya, ini sekadar contoh aja yang dituliskan. Beberapa yang dulu pernah populer seperti Fortnite, League of Legends, Minecraft, PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG), World of Warcraft, Counter-Strike: Global Offensive (CS:GO), Dota 2, Overwatch. Nah, ada yang masih mainin nggak sekarang? Atau udah jadi kenangan dan main yang baru-baru aja? Atau ada yang udah bener-bener kapok main game dan berhenti bermain game?
Awas kecanduan!
Sobat gaulislam, kalo kamu sampe kecanduan bermain game, terutama game online, itu warning banget. Dari beberapa literatur yang saya baca, ada memang kondisi dimana remaja bisa kecanduan game. Saya rangkum aja ya, biar gampang bacanya. Jadi, remaja dapat mengalami kecanduan pada game online karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku mereka:
Pertama, stimulasi dan kesenangan. Game online sering kali dirancang untuk memberikan pengalaman menarik dan mengasyikkan. Mereka menawarkan tantangan, hadiah, dan tingkat keberhasilan yang memicu pelepasan dopamin dalam otak. Dopamin adalah neurotransmitter yang terkait dengan sensasi kesenangan dan kepuasan, yang membuat remaja ingin terus bermain untuk merasakan sensasi tersebut lagi.
Kedua, interaksi sosial. Game online sering menyediakan fitur interaksi sosial, seperti bermain dengan teman atau bergabung dalam komunitas game. Hal ini dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk merasa diterima, memiliki identitas yang kuat, dan merasa dihargai. Interaksi sosial dalam game online dapat menjadi daya tarik kuat bagi remaja yang mungkin mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial di kehidupan sehari-hari.
Ketiga, pelarian dan penghindaran masalah. Bagi beberapa remaja, game online dapat menjadi pelarian dari masalah pribadi, stres, atau kebosanan dalam kehidupan nyata. Dengan terlibat dalam dunia virtual yang menyenangkan, mereka dapat melupakan masalah mereka sementara waktu. Kecanduan game online seringkali terkait dengan upaya menghindari perasaan negatif atau konflik yang ada di kehidupan sehari-hari.
Keempat, rutinitas yang kuat. Game online sering kali menawarkan sistem yang berbasis pada waktu, misalnya, mencapai tingkat tertentu, menyelesaikan misi, atau mendapatkan hadiah dalam waktu tertentu. Hal ini menciptakan rutinitas yang kuat di kehidupan remaja, sehingga mereka merasa terikat untuk terus bermain dan memenuhi tujuan dalam game. Rutinitas ini bisa menjadi kecanduan ketika kamu kesulitan membatasi atau menghentikan waktu bermainmu.
Kelima, ketidakmampuan mengendalikan penggunaan. Beberapa remaja mungkin tidak memiliki kemampuan yang baik dalam mengatur dan mengendalikan penggunaan game online. Mereka mungkin tidak memiliki kecukupan keterampilan pengelolaan waktu atau kurangnya disiplin diri untuk menghentikan bermain ketika dibutuhkan. Ini bisa mengakibatkan pola perilaku yang kompulsif dan berlebihan, yang pada akhirnya menyebabkan kecanduan.
Waduh, ngeri juga, ya. Kalo udah kecanduan jadinya repot bener. Kamu jadi malas, nggak fokus lagi dalam belajar. Beneran. Nah, coba sekarang kamu cek sendiri, apakah kamu kecanduan atau nggak. Saya rangkum dari beberapa informasi yang bisa diakses di internet terkait ciri-ciri remaja yang kecanduan game online. Di antaranya:
Pertama, perasaan tidak dapat mengontrol. Seseorang yang kecanduan game seringkali kesulitan mengendalikan waktu yang dihabiskan untuk bermain. Mereka mungkin berencana untuk bermain dalam jangka waktu yang singkat, tetapi akhirnya bermain dalam jangka waktu yang lebih lama dan sulit menghentikan aktivitas bermain. Kamu ngerasain kayak gini, nggak?
Kedua, prioritas yang terganggu. Kecanduan game dapat mengakibatkan pergeseran prioritas yang signifikan dalam kehidupan seseorang. Orang yang kecanduan mungkin mengabaikan tugas-tugas penting, pekerjaan, sekolah, dan tanggung jawab lainnya demi bermain game. Nah, gimana dengan kamu?
Ketiga, pengabaian hubungan sosial. Kecanduan game seringkali mengarah pada pengabaian hubungan sosial yang penting. Seseorang yang kecanduan mungkin mengisolasi diri dari keluarga, teman-teman, atau aktivitas sosial lainnya karena lebih memilih bermain game secara terus-menerus. Kalo kamu ngalamin kayak gini, fixed, kamu udah nyandu.
Keempat, kehilangan minat pada aktivitas lain. Individu yang kecanduan game seringkali kehilangan minat pada kegiatan atau hobi yang sebelumnya mereka nikmati. Mereka mungkin tidak lagi tertarik untuk melakukan olahraga, membaca buku, atau menghabiskan waktu dengan teman-teman di luar game. Beneran ini, kalo sampe udah kehilangan minat pada kegiatan lain karena hanya fokus pada main game, udah jelas kamu kecanduan, Bro en Sis!
Kelima, ketidakmampuan untuk mengendalikan jumlah waktu bermain. Seseorang yang kecanduan game seringkali menghabiskan jumlah waktu yang tidak proporsional untuk bermain game, bahkan ketika menyadari konsekuensi negatif yang terkait dengan perilaku tersebut. Kalo kamu udah kayak gini, jelas banget kamu kecanduan.
Keenam, kesehatan fisik dan emosional yang terpengaruh. Kecanduan game dapat menyebabkan gangguan tidur, kurangnya aktivitas fisik, dan kecemasan atau depresi yang lebih tinggi. Seseorang yang kecanduan mungkin mengalami masalah kesehatan fisik dan emosional sebagai akibat dari waktu yang terlalu banyak dihabiskan untuk bermain game. Hati-hati ya, jangan sampe kamu kecanduan!
Ketujuh, mengabaikan kebutuhan dasar. Individu yang kecanduan game dapat mengabaikan kebutuhan dasar seperti makan dengan teratur, mandi, atau menjaga kebersihan pribadi karena lebih fokus pada bermain game. Hadeuuh… kebangetan kalo sampe lupa segalanya, terutama lupa kewajiban dalam melaksanakan ketaatan dalam beragama.
Oya, ciri umum lainnya kalo kamu kecanduan adalah ketika dihentikan atau diminta mengurangi aktivitas bermain game (semisal smartphone-mu disita), kamu yang kecanduan dapat mengalami gelisah, kecemasan, kelesuan, atau perasaan tidak nyaman secara emosional. Jangan sampe kayak gitu, ya!
Manfaatkan waktumu untuk kebaikan
Sobat gaulislam, udah saatnya kamu berpikir jauh ke depan. Bermain game itu berpotensi melalaikan. Jadi, sebisa mungkin emang nggak dilakukan. Kalo pun sekadar ingin melepas penat, sebenarnya tak harus juga solusinya bermain game. Bisa aja olahraga, bersih-bersih halaman rumah, atau kegiatan positif lainnya. Bagi kamu yang udah kecanduan mungkin agak berat menghentikan kebiasaan tersebut. But, bukan berarti nggak bisa. Kudu ada komitmen. Misalnya mulai membatas waktu bermain, tentukan kegiatan prioritasmu, jauhkan gadget dari jangkauanmu, identifikasi pengaruh negatifnya biar kamu jadi paham, gabung deh dengan teman-teman yang aktif di komunitas olahraga, menulis, atau yang aktif di kegiatan rohis. Setidaknya itu bisa meminimalisir kamu untuk main game.
Menutup tulisan di edisi ini, saya kutipkan dari buku saya yang terbit tahun 2002 lalu (kamu yang sekarang SMP dan SMA kayaknya belum lahir, ya?). Ya, saya pernah nulis buku yang judulnya “Jangan Jadi Bebek”. Nah, terkait pembahasan game ini, saya kutip sedikit penjelasannya dari buku tersebut dengan beberapa tambahan atau perubahan yang disesuaikan.
Bermain game, baik yang offline maupun online, memang tak sampai jatuh kepada perbuatan haram alias nggak berdosa. Hanya saja, bila hal itu dilakukan sampai melupakan aktivitas yang lain. Terlebih bila main game itu menyedot perhatian kita dari kewajiban. Bisa berabe! Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR Tirmidzi)
Jangan sampai kita diganjar dosa oleh Allah Ta’ala gara-gara asyik main game sampai lupa shalat, misalkan. Atau kita betah berjam-jam sampai lupa sekolah. Wuih, keterlaluan banget! Itu sebabnya, perlu kesadaran dalam diri kita dalam menyikapi persoalan ini. Nggak bisa main-main.
Kesadaran seperti apa? Nah, ini baru pertanyaan. Begini, Bro en Sis. Sebagai seorang remaja muslim kita dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik dalam hidup ini. Berperilaku sopan, menjaga kehormatan dan kesucian diri. Memang, bukan hanya remaja yang dituntut kesadaran tinggi, tapi semua orang. Kita pribadi, orang tua, masyarakat (termasuk yang nyediain platform game), dan negara harus bekerja sama untuk menciptakan kondisi yang baik. Bukan malah menciptakan situasi yang bikin nggak karu-karuan. Soalnya, kalo ini terjadi secara massal alias mengglobal, maka akibatnya juga lebih besar dan lebih gawat. Kita menjadi masyarakat malas dan tidak produktif! Ih, serem amat!
Main game dikategorikan sebagai permainan atau lahwun dalam bahasa Arab. Kata lahwun diartikan dalam bahasa Indonesia dengan hiburan dan permainan. Al-Quran dan al-Hadis telah menggunakan kata lahwun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah kalian senantiasa berlatih memanah, karena ia sebaik-baik lahwun.” (HR Al Bazzar dan ath-Thabarani dari Sa’ad). Arti lahwun di sini adalah permainan.
Dan, arti yang mencakup seluruh makna lahwun di dalam al-Quran dan al-Hadis adalah: Menyibukan diri dalam mengerjakan sesuatu yang dilarang (haram/makruh) atau melakukan permainan yang mubah yang mengakibatkan seseorang menjauh dari aktivitas melakukan perkara yang wajib dan sunnah.
Sementara itu Imam asy-Syathibi menyatakan, “Hiburan, permainan, dan bersantai adalah mubah atau boleh asal tidak terdapat suatu hal yang terlarang.” Selanjutnya beliau menambahkan, “Namun demikian hal tersebut tercela dan tidak disukai oleh para ulama. Bahkan mereka tidak menyukai seorang lelaki yang dipandang tidak berusaha untuk memperbaiki kehidupannya di dunia dan tempat kembalinya di akhirat kelak, karena ia telah menghabiskan waktunya dengan berbagai macam kegiatan yang tidak mendatangkan suatu hasil duniawi dan ukhrawi.”
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim dengan sanad shahih: “Setiap permainan di dunia ini adalah bathil, kecuali tiga hal; memanah, menjinakkan kuda, dan bermain dengan istri…” Nah, yang dimaksud bathil di sini adalah sia-sia atau yang semisalnya, yang tidak berguna dan serta tidak menghasilkan buah yang dapat dipetik (dalam al-Muwaafaqaat, jilid I, hlm. 84)
Jadi, bagi para game-mania, selain perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa kita sebagai seorang muslim yang harus bergaya hidup islami, juga wajib disadari bahwa meski permainan dan hiburan tersebut hukumnya mubah alias boleh, tetapi jangan sampai lupa diri. Bahkan menjerumuskan diri ke dalam kemaksiatan karena meninggalkan kewajiban. Bisa berbahaya bin gawat! Itu namanya kamu game over. Sebelum bikin kamu begitu, maka tentukan segera kapan permainanmu berakhir, kapan game over (berhenti) dari bermain game? [O. Solihin | IG @osolihin]