gaulislam edisi 423/tahun ke-9 (18 Safar 1437 H/ 30 November 2015)
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Islam sangat menjaga kehormatan manusia. Ada aturan mainnya lho dalam Islam. Bayangin deh kalo nggak ada aturan atau ajaran untuk saling menghormati sesama manusia, pasti dunia ini terasa kering, dan bahkan menjadi tempat yang menakutkan bagi kita. Gimana nggak, sumpah serapah dan caci maki antar manusia bisa aja menjadi hal yang wajar, bahkan ngejelek-jelekkin orang sesuka hatinya juga tumbuh subur di tengah masyarakat, mencela dan memfitnah menjadi menu harian masyarakat kita. Eh, sebagian udah bisa kita saksikan miniatur kehidupan model begitu di media sosial. Iya nggak?
Budaya saling mengintip atau memata-matai pun mungkin menjadi hal biasa aja. Kamu mungkin pernah ngelihat film Enemy of the State? Film garapan sutradara Tony Scott yang dirilis tahun 1998 ini dibintangi Will Smith, Gene Hackman, dan Jon Voight. Enemy of the State bercerita tentang rencana NSA (National Security Administration) Amerika yang akan memberlakukan pengintaian terhadap seluruh warganya demi keamanan nasional dari serangan teroris. Tapi rencana ini tak berjalan mulus karena ada pejabat lainnya yang nggak setuju karena dinilai melanggar hak kebebasan sipil. Sebab, rencananya di setiap rumah di Amerika akan dipasangin kamera pengintai. Waduh, ini kan udah melecehkan kerhormatan dong ya? Ehm, tuh film seru banget dengan akting aktor-aktor berkarakter kuat. Ini sekadar contoh aja bahwa mengintip atau saling curiga yang berlebihan bisa juga melecehkan kehormatan manusia.
Sobat gaulislam, Islam sebagai ideologi ini insya Allah nggak bakalan membiarkan umat manusia ini saling cela, saling fitnah, dan bahkan saling menjelekkan satu sama lain. Nggak akan. Itu sebabnya, dalam Islam kita diberikan tuntunan bagaimana seharusnya berhubungan dengan orang dan saling menjaga kehormatan di antara mereka.
Inilah hebatnya Islam. Memang sih, dalam peradaban lain juga ada istilah saling menghormati, tapi Islam lain. Beda banget dasarnya. Kalo peradaban lain yang lebih menonjol adalah sikap demikian karena didasarkan kepada humanisme, prinsip kemanusiaan. Sementara dalam Islam, memang hal itu diajarkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Jadi memang bukan semata sifat moral, tapi memang udah ada aturannya. Oya, arti kehormatan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah kemuliaan, harga diri, nama baik, penghargaan. Jadi, tema yang sedang kita bahas ini berarti kemuliaan manusia, harga diri manusia, nama baik manusia dan penghargaan terhadap manusia. Setuju ya?
Nggak boleh saling curiga
Sobat gaulislam, sikap curiga ini bisa menghalangi kita untuk percaya kepada orang lain. Karena bawaannya nggak percaya aja alias ragu. Yup, karena curiga adalah sikap kurang percaya atau merasa sangsi alias ragu terhadap kebenaran atau kejujuran seseorang (takut dikhianati dsb).
Kalo di hati kita tumbuh rasa curiga, bawaannya emang nggak percaya aja sama orang. Berprasangka buruk aja gitu. Bayangin deh kalo itu semua dilakukan oleh tiap orang yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Pasti terjadi kekacauan, karena satu sama lain udah nggak ada sikap saling percaya. Justru yang tumbuh subur adalah prasangka. Padahal, prasangka ini bisa membuat kita nggak menghormati seseorang, dan seseorang yang kita curigai jika kemudian ia merasa dicurigai akan tumbuh rasa khawatir dan menganggap bahwa dirinya nggak dihromati. Merasa disepelekan.
Dalam Islam, mencurigai orang lain sehingga merasa dirinya kudu memata-matai ini disebut dengan tajassus. Oya, tajassus adalah mengorek, yakni meneliti berita (memata-matai). Secara bahasa bila dikatakan, jassa al-akhbâr wa tajassasaha artinya adalah mengorek (meneliti) suatu berita.(Syamsuddin Ramadhan, Tajassus (Spionase), al-Azhar Press 2003, hlm. 3)
Nah, Allah tahu betul karakter manusia dalam soal ini, maka Allah Ta’ala menyampaikan dalam firman-Nya (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS al-Hujuraat [49]: 12)
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Awaslah kamu daripada sangka-sangka, karena sangka-sangka itu sedusta-dusta berita.” (HR Bukhari, Muslim)
Imam Qurthubiy dalam tafsirnya, mengartikan firman Allah, di atas dengan, “Ambilah hal-hal yang nampak, dan janganlah kalian membuka aurat kaum muslim, yakni, janganlah seorang di antara kalian meneliti aurat saudaranya, sehingga ia mengetahui auratnya, setelah Allah Ta’ala menutupnya.”
Menurut Imam ath-Thabari, “Janganlah sebagian kalian menyelidiki aurat sebagian yang lain dan janganlah mencari-cari rahasianya yang ia harap dengannya akan nampak aibnya akan tetapi cukuplah dengan apa yang nampak bagi kalian di antara perkaranya dan dengan itu pujilah atau celalah dan jangan pada apa yang tidak engkau ketahui di antara rahasianya. Beliau mengutip perkataan Mujahid yang berkata: “Ambillah apa yang nampak bagi kalian dan tinggalkanlah apa yang tersembunyi dari kalian”. (Syamsuddin Ramadhan, Tajassus, hlm. 9). Nah, catet deh tuh biar inget!
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Janganlah kalian saling menyelidik, janganlah kalian saling memata-matai, janganlah kalian saling berlebih-lebihan dalam sesuatu, janganlah kalian saling dengki, janganlah kalian saling benci dan janganlah kalian saling bermusuhan dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara” (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Tuh Bro en Sis, Islam memang udah ngasih aturan yang jelas dan tegas dalam menjaga dan melindungi kehormatan setiap muslim. Nggak boleh nekat memata-matai karena kita punya prasangka buruk atau karena curiga. Ini menjadi bukti bahwa Islam memberikan rasa aman bagi setiap manusia. Wah, pasti kamu sekarang bangga, bahwa Islam memang punya jawaban dari persoalan ini. Khususnya dalam menjaga kehormatan manusia.
Jangan pula saling merendahkan
Sobat gaulislam, Islam juga mengajarkan kita agar nggak saling merendahkan, saling dengki dan iri. Ini bagian dari penjagaan dan pemeliharaan Islam terhadap kehormatan. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya): “Jangan kamu saling dengki dan iri, dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan, serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim yang lainnya, dengan tidak mendzaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya, dan tidak merendahkannya. Letak takwa ada di sini (Nabi shallalalhu ‘alaihi wa sallam menunjuk ke dada beliau, sampai diulang tiga kali). Seorang patut dinilai buruk bila merendahkan sudaranya yang muslim. Seorang muslim haram menumpahkan darah, merampas harta, dan menodai kehormatan muslim lainnya” (HR Muslim)
Iya, merendahkan orang lain adalah bagian dari merendahkan derajatnya sebagai manusia. Nggak menghargai kehormatannya. Itu sebabnya, Islam mengatur dengan jelas masalah ini. Memberikan arahan dan tuntunan. Tentu, agar kaum Muslimin tumbuh menjadi orang-orang yang rendah hati dengan tidak merendahkan martabat orang lain. Islam menjadikan kaum Muslimin mampu untuk menghormati muslim lainnya. Ini semua bagian dari pemeliharaan dan penjagaan Islam terhadap kehormatan manusia.
Oya, dalam urusan kehormatan ini termasuk kepada kafir dzimmiy atau ahlu dzimmah, yakni orang non-Muslim yang menjadi warga negara, yang hidup bersama mereka (kaum Muslim) di Negara Islam (Daulah Khilafah), membayar jizyah dan taat kepada hukum-hukum Islam, kecuali yang menyangkut praktik hukum yang diakui untuk mereka, seperti hukum-hukum tentang akidah, ibadah, nikah, talak, makanan (minum) dan pakaian. (Jihad dan Perang, jilid I, karya Dr. Muhammad Khair Haekal, hlm. 218)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Barangsiapa yang membunuh seorang (kafir) yang sedang terikat perjanjian (mu’ahadah) yang telah mendapat perlindungan dari Allah dan RasulNya (dzimmiy), maka ia telah melanggar perlindungan Allah—yakni mengkhianati perjanjian—dan dia tidak akan mencium baunya surga, meskipun bau surga itu tercium dari jarak sejauh perjalanan yang lamanya 40 musim gugur.”
Selain itu Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Sesungguhnya, hanya dengan membayar jizyah, maka harta mereka berstatus sama seperti harta kita dan darah mereka sama seperti darah kita.” (Muhammad Husain Abdullah, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam, hlm. 211)
Sobat gaulislam, inilah kepedulian Islam terhadap kehormatan manusia. Islam melarang untuk merendahkan manusia, dan berusaha untuk tetap menjaga kehormatannya. Tentu, selama masih sesuai dengan batasan-batasan yang diatur dalam Islam. So, berbeda banget kan dengan orang-orang yang benci Islam, mereka selalu curiga dengan kaum muslimin. Sampai-sampai kejadian teranyar seperti bom mbleduk di Paris pun tuduhannya langsung kepada kaum muslimin sebagai pelakunya, padahal bukti-buktinya belum kuat. Parah banget etikanya ya? Beda banget sama Islam. [O. Solihin | Twitter @osolihin]