gaulislam edisi 220/tahun ke-5 (15 Shafar 1433 H/ 9 Januari 2012)
Ba’da salam dan tahmid. Bro en Sis yang insya Allah dimuliakan Dzat yang Mahamulia, saya berharap semoga kalian semua berada dalam lindungan Allah Ta’ala. Senantiasa bersyukur dan bersabar atas segala yang telah diberikanNya kepada kita. Kita yang lemah dan tak berdaya, meski hanya untuk mengatur detak jantung dan hembusan nafas ini. Semoga kita menjadi hambaNya yang pandai ‘mencuri’ perhatianNya dan menjadi kekasihNya.
Kita berharap agar apa yang kita lakukan dalam keseharian kita senantiasa sesuai dengan petunjukNya dan petunjuk RasulNya. Berserah diri dengan segala ketentuanNya dan menjadi pejuang untuk membela agamaNya.
Sobat muda muslim pembaca setia gaulislam, Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7)
Semoga ayat ini selalu mengingatkan kita semua bahwa perjuangan kita dalam menegakkan syariat Islam dan meninggikan agama Allah ini, bukanlah kesia-siaan. Semoga ayat ini tertanam kuat dalam hati dan pikiran kita, agar perjuangan dakwah Islam ini senantiasa menjadi tujuan utama dalam kehidupan kita. Sekaligus menghibur kita bahwa apa yang kita lakukan menjadi bagian dari amalan yang akan memberatkan hitungan amal baik kita di akhirat nanti. Menjadi sarana untuk mengantarkan kita ke surgaNya. Insya Allah.
Sobat muda muslim seperjuangan, tak ada kata henti dalam hidup kita untuk senantiasa melakukan amal baik. Seharusnya memang tak pernah ada pula keluh kesah dalam perjuangan dakwah ini. Semestinya pun tak keluar dari mulut kita kata putus asa karena begitu banyak perjuangan dakwah yang menyedot perhatian kita. Yakinlah, Allah Swt. tak pernah dan tak akan pernah salah dalam ‘mengkalkulasi’ amalan baik kita. Mungkin kita lupa sudah berapa amal baik yang kita kerjakan, tapi Allah tak akan pernah lalai mencatatnya dan menghitungnya untuk bekal kita di negeri abadi kelak. Begitu pun pasti kita lupa berapa banyak amalan buruk yang pernah kita lakukan, tapi Allah pasti tak akan pernah lupa dan akan dengan mudah mencatatnya. Tapi kita memohon kepadaNya, agar tetap diberikan kekuatan untuk melakukan amalan baik selama hidup kita. Sebagus dan sebanyak mungkin. Insya Allah.
Sobat muda muslim yang telah memberikan perhatian dan tenaganya untuk dakwah Islam, masih ingatkah kalian ketika kita pertama kali belajar Islam? Kita bahkan mengeja nama Allah dengan amat susah. Kita tidak paham tentang isi al-Quran, kita tak mengerti apa arti perjuangan dakwah, kita bahkan buta dan tak pernah tahu dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup di dunia, dan ke mana akan pergi setelah kematian. Saya pernah merasakan demikian, dan saya yakin di antara kita bahkan ada yang pernah melakukan kemaksiatan sebelum akhirnya mendapat hidayahNya. Saya yakin di antara kita bahkan pernah menolak ajakan dakwah dari seseorang. Mencibir pelakunya dan menganggap sia-sia perbuatan mereka. Itu ketika kita tidak tahu. Insya Allah sekarang sudah makin paham.
Semoga memori tentang ini menjadikan kita manusia yang bijak. Pengemban dakwah yang peka dan mampu menangkap segala sisi manusia sebagai objek dakwah kita. Kita tumbuh menjadi pengemban dakwah dan pejuang Islam yang sabar dan penuh kelembutan. Jika kita berhadapan dengan objek dakwah yang menolak—bahkan menyerang kita, anggap saja bahwa mereka seperti kita dulu yang juga membutuhkan sentuhan kuat orang yang tak bosan mengajak kita menjemput hidayahNya. Jangan pernah merasa menilai umat ini telah jumud, jika kita sendiri belum maksimal mengajaknya untuk menjadi lebih baik. Tak perlu mengampuni usaha kita yang gagal dengan alasan umat sudah bosan dengan dakwah. Lalu kita merasa benar sendiri dan menyalahkan mereka.
Sobat muda muslim tercinta yang tetap setia bersama Islam, ingatlah bahwa kita bisa seperti sekarang ini juga butuh waktu dan proses. Karena sejatinya perubahan tak bisa dicapai seperti makan cabe rawit yang langsung terasa pedasnya. Atau proses produksi mesin dalam industri yang bisa seragam dan mudah dibuat. Tapi kita berhadapan dengan manusia. Berhadapan dengan jiwa yang seringkali tak mudah untuk diajak berpikir sama seperti yang kita inginkan. Proses perubahan sosial memang tak semudah proses produksi mesin industri. Selalu saja ada variabel yang mengharuskan kita banyak bersabar dan mencari cara jitu mengatasinya.
Ikhlas, sabar dan semangat!
Kebersamaan dalam gerak langkah dakwah ini juga adalah sebagai bukti tanda kasih dan sayang kita kepada sesama saudara seakidah dan seperjuangan. Dalam hadits dari Nu’man bin Basyir, Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal berkasih-sayang dan saling mencintai dan mengasihi di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit dengan tidak bisa tidur dan demam” (Mutafaq ‘alaih)
Dalam hadits Jarir bin Abdullah, Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Barangsiapa tidak menyayangi (orang beriman), maka dia tidak akan diberi rahmat.” (Mutafaq ‘alaih)
Ungkapan tidak diberi rahmat, adalah mengindikasikan atas wajibnya menyayangi kaum Mukmin. Indikasi kewajiban menyayangi kaum Mukmin juga terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah, ia berkata: Aku mendengar Abu Qasim saw. yang benar dan dibenarkan bersabda: “Sesungguhnya rasa kasih sayang tidak akan dicabut kecuali dari orang yang celaka.”
Bro en Sis ‘penggila’ gaulislam yang insya Allah tak kenal lelah dalam berjuang, jangan pernah berhenti atau mundur dari arena dakwah ini. Meski kita tahu, saat ini begitu berat beban yang kita pikul. Setelah munculnya aksi-aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam dan kaum Muslimin, memicu inisiatif dari banyak kalangan untuk meredamnya (baca: melakukan deradikalisasi). Kita memang sangat tidak setuju dengan dakwah atau perjuangan menegakkan Islam yang menggunakan kekerasan. Tapi cepat atau lambat, siapa pun yang berjuang untuk Islam dengan tujuan menerapkan syariat Islam akan berusaha diredam oleh kalangan yang tak menginginkan tegaknya Islam sebagai ideologi negara. Itu artinya, pelarangan dakwah tak hanya ditujukan untuk mereka yang menggunakan jalur kekerasan, tapi juga ‘kekerasan ide’ yang menurut penghamba kapitalisme-sekularisme akan mengancam keberadaan ideologi mereka. Semoga kita bisa tetap lurus memegang amanah yang, gunung saja—tak sanggup memikulnya. Ya, amanah dakwah yang digelorakan demi kecintaan kepada sesama.
Dengan kondisi seperti ini, menyebabkan kita harus lebih ekstra hati-hati dan lebih pandai dalam menyikapi keadaan. Tak menantang setiap upaya perlawanan terhadap dakwah, tapi juga tidak lemah dalam menyuarakan kebenaran Islam. Harus yakin dan tetap yakin bahwa kita berada di jalur yang benar dalam menyerukan dakwah ini. Kita insya Allah berada pada jalan perjuangan dakwah yang menjadi jalan perjuangan Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Kita semestinya tak merasa ragu dengan jalan yang telah kita pilih, meski harus berhadapan dengan penderitaan, kesusahan, tekanan, dan begitu banyak beban lain yang menyebabkan satu persatu dari kita kehilangan semangat lalu meninggalkan perjuangan ini. Semoga kita tetap istiqomah dalam dakwah ini agar mendapat berita gembira dari Allah, sebagaimana janjiNya dalam al-Quran (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS Fushshilat [41]: 30)
Meski kemudian banyak cobaan dan fitnah dalam dakwah ini, kita tetap bersama mengobarkan semangat perjuangan. Jangan pernah menyerah apalagi mengundurkan diri. Ikhlas dan sabar yang lahir dari keimanan yang kokoh insya Allah akan melahirkan keteguhan dan keyakinan serta semangat—meski kadang terasa begitu berat. Rasulullah dan para sahabatnya pun pernah merasakan saat-saat dicekam rasa cemas dan hampir saja putus asa dalam menerima ujian dan cobaan dalam dakwah ini. Karena sebagai manusia biasa, amat wajar jika ada batasnya bisa menahan berbagai tekanan. Tapi yakinlah bahwa itu adalah bagian dari ujian Allah agar kita lebih kuat, lebih dewasa, lebih sabar, dan lebih ikhlas dalam perjuangan ini. Allah juga akan menghibur para pejuang dakwah Islam ini, bahwa kemenangan sudah dekat sebagaimana Dia menjelaskan dalam firmanNya (yang artinya): “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS al-Baqarah [2]: 214)
Sobat muda muslim pembaca setia gaulislam, kita bukan tak ingin menikmati dunia dan isinya yang begitu gemerlap. Kita bukan tak suka dengan segala keindahannya yang menggoda hati. Tapi, perjuangan dakwah ini kadang harus sedikit membatasi perhatian kita untuk menikmati indah dan gemerlapnya dunia, apalagi bersenang-senang di dalamnya sendirian. Meski tentu saja, bukan berarti ketika fokus berdakwah kita sama sekali menganggap dunia tak perlu untuk kita nikmati. Tidak. Yang perlu kita lakukan hanyalah mengaturnya; kapan saatnya kita menyantap kenikmatan dunia yang juga Allah berikan untuk semua makhlukNya, dan ada waktu dimana kita harus berhenti sejenak untuk melupakannya dengan perhatian kita kepada perjuangan dakwah. Di sinilah integritas kita diuji. Tetap yakinlah akan pertolongan Allah Swt., sehingga kita terus berupaya agar bisa berhasil dalam ujian keimanan ini. Insya Allah.
Bro en Sis rahimakumullah, semoga kita masih bisa menikmati hasil perjuangan dakwah kita suatu saat nanti. Kita bisa bertemu dalam kesempatan yang lebih baik dari sekarang. Kesempatan ketika Khilafah Islamiyah sudah berdiri. Tapi, jika pun Allah mewafatkan kita semua sebelum menikmati hasil perjuangan ini, semoga kita bisa ‘reuni’ di surgaNya yang sangat luas dan hanya diperuntukkan bagi hamba-hambaNya yang beriman dan bertakwa kepadaNya serta berjuang menegakkan syariat agamaNya. Insya Allah. Semoga Allah memberkahi kita semua. Amin. Salam perjuangan dan kemenangan ideologi Islam! [solihin | Twitter @osolihin]
Hiks.. GI yang ini bikin sedih kang Oleh..
Oya, mau ngucapin makasih dan maaf, coz istriku suka ngambil buletin GI ini jadi tema/materi utk acara radio di kota kami, nah aku yg kebagian download n ngeprint. ga apa2 kan kang? hehe..