gaulislam edisi 389/tahun ke-8 (17 Jumadil Akhir 1436 H/ 6 April 2015)
Sobat gaulislam, gonjang-ganjing kasus pemblokiran sejumlah website media Islam di akhir Maret 2015 lalu masih terasa hingga kini. Setidaknya, saat gaulislam edisi ini ditulis sebelum dikirim ke percetakan (ya iyalah, masa’ dicetak tanpa ada tulisan?). Itu sebabnya, saya mencoba menulis juga soal ini. Harapannya, kamu, meski masih remaja, kudu paham juga. Jangan sampe kamu cuek atau malah planga-plongo kalo ditanya soal ini. Sebaliknya, justru karena masih remaja itulah, kamu kudu punya rasa penasaran yang tinggi untuk mengetahui masalah-masalah umat. Siap ya? Kudu!
Emang sih, tema remaja biasanya tema-tema yang ringan dan bila perlu lucu. Tetapi, gaulislam mencoba memberikan sentuhan lain. Meski temanya berat, tetapi berusaha dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami dan cara penyampaiannya yang ringan dan bila perlu menghibur. Namun jangan khawatir, meski tema berat dengan judul yang mungkin bagi sebagian besar di antara kamu ada yang baru tahu setelah dijelasin, kamu bisa mudah memahaminya. Kalo masih susah juga, nggak apa-apa. Itu tahap dalam proses belajar. Sebab, yang penting setelah mendapatkan penjelasan kamu jadi paham dan mulai serius mikirin masalah umat, bukan cuma masalah pribadi aja.
Bro en Sis rahimakumullah. Kemenkominfo, atas saran dari BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) memblokir 19 website media Islam. Malah terbaru sampai tulisan ini selesai dibuat, nambah lagi jadi total 22 website yang diblokir. Memang sih nggak sampe ditutup, tetapi pemblokiran mengakibatkan website itu nggak bisa diakses oleh pengguna internet (walaupun kalo pake proxy server luar negeri, masih bisa diakses kok. Tapi agak ribet dan masalahnya tak semua orang tahu soal teknologi informasi). Kalo diblokir berarti isi website nggak bisa dibaca. Alasan pemblokiran karena konten atau isi website-website tersebut menjadi pendukung kelompok ISIS yang dituduh menyebarkan kekerasan. Intinya, radikalisme. Hmm… coba kita preteli istilah radikalisme yuk!
Apa sih radikalisme itu?
Kamu tahu apa tentang radikal? Hehehe kalo saya agak-agak ingetnya juga dengan istilah kimia. Maklum, dulu sempat belajar di sekolah kejuruan analis kimia. Sedikit sih ingetnya, tetapi sebagian besar lupa (hehehe). Istilah radikal di kimia organik itu adalah gugus atom yang dapat masuk ke dalam berbagai reaksi sebagai satu satuan, yang bereaksi seakan-akan satu unsur saja, misal CH3- (metil), C2H5- (etil), SO4 (sulfat). Nah, itu radikal (tapi dalam ilmu kimia).
Oke, supaya nggak ngelantur, tentu yang dimaksud radikal dan radikalisme dalam pembicaraan kita kali ini adalah tentang kekerasan. Nah, kalo kamu menengok KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dengan mencari kata radikal dan radikalisme, maka penjelasannya adalah sebagai berikut: ra-di-kal 1 secara mendasar (sampai kpd hal yg prinsip): perubahan yg —; 2 Pol amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan); 3 maju dl berpikir atau bertindak; ra·di·kal·is·me n 1 paham atau aliran yg radikal dl politik; 2 paham atau aliran yg menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dng cara kekerasan atau drastis; 3 sikap ekstrem dl aliran politik.
Setelah membaca penjelasan dari kamus tersebut, apa yang kamu pikirkan sekarang? Apakah kamu akan berpikir bahwa istilah radikal atau radikalisme itu, untuk saat ini, bisa saja berbeda sudut pandang dalam mengartikannya? Menurut orang yang menilai bahwa kondisi masyarakat saat ini adalah akibat perubahan yang radikal, yakni dari masyarakat yang islami kepada masyarakat yang liberal. Negeri dengan mayoritas muslim, tetapi perilaku kaum musliminnya tak sepenuhnya mencerminkan jatidiri seorang muslim. Bisa juga saat ini, ketika masyarakat udah liberal lalu sebagian kelompok dakwah dari kalangan kaum muslimin menginginkan juga perubahan menjadi masyarakat islami. Nah, perubahannya ada yang melalui jalur islahiyah alias perbaikan dan juga jalur inqilabiyah alias revolusi. Sayangnya, ketika perubahan yang dilakukan revolusi itulah yang kemudian dituding melakukan perubahan radikal. Gimana, paham, kan? Semoga ya.
Sobat gaulislam, anehnya, cap radikal atau radikalisme itu sepertinya sengaja dilekatkan kepada Islam dan kaum muslimin yang lurus agamanya. Gimana nggak, mereka yang dituding memiliki pemikiran dan perilaku radikal adalah yang mengamalkan ajaran agamanya. Misalnya aja, muslimah yang mengenakan hijab syar’i dituding radikal, kaum muslimin yang akidahnya lurus, tauhidnya benar, disebut juga radikal karena menganggap pemerintahan yang sekarang adalah thagut. Mereka yang bilang demokrasi haram itu juga dituding memiliki pandangan radikal dan menyebarkan radikalisme.
Apa benar begitu? Jangan-jangan tafsiran radikal dan radikalisme itu sesuai kepentingan pihak tertentu, yang memang nggak suka dengan kebangkitan Islam. Mungkin saja, lho. Sebab, mereka yang berpaham liberal seperti Jaringan Islam Liberal yang justru merusak pemahaman akidah kaum muslimin, dan seharusnya disebut radikal, ternyata nggak dibahas sama BNPT. Website-nya pun nggak diblokir. Belum lagi yang berpaham Syiah atau Ahmadiyah yang sudah jelas merusak akidah kaum muslimin, yang seharusnya dikategorikan radikal, eh malah dibela dengan alasan HAM dan website-nya aman-aman saja. Pasti deh, ini ada udang di balik bakwan. Waspadalah!
Fobia terhadap Islam merajalela
Kalo orang kafir, karena kebodohannya, lalu benci Islam dan kaum muslimin, itu sih wajar. Tetapi yang mengaku muslim namun membenci Islam dan kaum muslimin, itu kebodohan yang luar biasa. Kok bisa? Ya, memang bisa saja ngakunya muslim, tetapi yang bersangkutan malah nggak suka dengan Islam dan kaum muslimin. Haduh, ini sih aneh bin ajaib, sobat! Entah apa yang ada di pikirannya. Mungkin saja dia udah fobia dengan Islam, atau memang bodoh, atau memang ada yang ngasih ransum berupa gelimang dunia agar dia jadi corong musuh-musuh Islam untuk memusuhi kaum muslimin. Ngeri!
Oya, sebenarnya apa sih fobia itu? Oke deh saya jelasin dikit ya. Ini ada kaitannya dengan masalah psikologis. Ya, fobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Nah, ini definisinya. Aplikasi dari isitilah ini kamu bisa lihat bagaimana ada orang yang fobia terhadap Islam. Aneh banget ya?
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kira-kira apa ya penyebab orang jadi fobia kepada Islam? Kamu tahu? Bagus. Belum tahu? Oke, saya coba kasih bocoran ya. Ada beberapa kemungkinan mengapa ada orang yang fobia terhadap Islam. Pertama, dia belum kenal dengan Islam. Jadi masih ragu dan cenderung menghindari alias nggak mau bersentuhan dengan sesuatu yang belum dikenalanya. Intinya, nggak mau tahu.
Kedua, dia mendapatkan informasi tentang Islam dari sumber yang salah. Misalnya, dia dapat informasi dari orang-orang atau kelompok yang dasarnya memang membenci Islam, sehingga informasi yang disampaikannya pasti penuh dengan kesalahan. Nah, begitu dia menyerap informasi itu secara mentah-mentah, maka dia kemungkinan besar ikut-ikutan membenci dan fobia terhadap Islam. Parah juga ya? Bayangin deh kalo ada orang yang memfitnah kamu, lalu dia nyebarin informasinya di website, maka besar kemungkinan banyak orang ikut membenci kamu gara-gara mendapatkan informasi tentang fitnah yang ditebarnya itu.
Ketiga, karena dia dasarnya adalah orang yang tidak suka dengan Islam. Mereka yang tidak suka dengan Islam bisa berasal dari orang kafir dan bisa juga dari kalangan kaum muslimin yang pikiran dan hatinya sudah terbeli dengan gelimang harta duniawi atau tertipu ajaran sesat yang ditebar musuh-musuh Islam.
Oke, itulah kondisi-kondisi yang bisa menyebabkan seseorang fobia terhadap Islam. Kamu bisa lihat sekarang, pasti ada dampak akibat pemblokiran website media Islam yang diberitakan terus-menerus di media massa (lengkap dengan stigmatisasi alias pencitra-burukkan tentang Islam). Apa dampaknya? Mungkin saja di rumah nanti ortu kamu bakalan melarang kamu dekat-dekat dengan kegiatan keislaman karena dikira bagian dari kegiatan terorisme. Itu kan udah parah banget ya? Ortumu bukan lagi takut, sudah fobia.
Apalagi dampak yang kemungkinan ada dari pemblokiran website media Islam dan gencarnya berita dan opini tentang hal itu? Bisa jadi masyarakat akan takut dan bahkan juga fobia terhadap Islam, padahal mereka orang Islam. Aneh ya? Sangat boleh jadi memang ini target berikutnya. Selain itu, bisa juga sebagai shock therapy alias lecutan atau cambukan untuk media Islam lainnya. Sebagaimana istilah ini yang awalnya digunakan di dunia medis untuk mengatasi penyakit kejiwaan yang membandel. Shock therapy atau lengkapnya electric shock therapy dilakukan dengan cara ‘menyetrum’ otak pasien dengan aliran listrik. Ngeri!
Sobat gaulislam, fobia terhadap Islam bakalan kian merajalela dengan adanya langkah pemblokiran website-website Islam oleh kemenkominfo atas ‘titah’ BNPT. Namun, jangan khawatir, pemgelola media Islam lainnya tetap terus berjuang. Bagi pengelola media Islam yang website-nya diblokir bisa mencari alternatif alamat website baru (atau cara lainnya), semoga bisa kembali menyampaikan berita dan opini seputar Islam yang selama ini sering diplintir oleh media sekular. Allah Ta’ala berfirman (yang arinya), “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7)
Tetap semangat berjuang sampai akhir hayat demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin. [O. Solihin | Twitter @osolihin]
sepertinya hal ini sudah direncanakan jauh jauh hari.. apakah ini yang dimaksud “cuci otak”?