gaulislam edisi 719/tahun ke-14 (23 Dzulhijjah 1442 H/ 2 Agustus 2021)
Masih inget ada yang mau nyumbang duit sebanyak 2 triliun rupiah? Kalo kamu update berita sih, kayaknya pada tahu deh. Pernah pegang duit sebanyak itu? Saya ragu kalo kamu pernah pegang duit sebanyak itu. Bukan ngeledekin, sih. Soalnya yang itu aja belum cair-cair kok. Atau memang zonk? Nggak tahu deh.
Siapa pun, kalo urusan duit pastinya bikin happy. Ya, wajar sih. Kalo kita dikasih uang berapa pun jumlahnya, tetap senang kok. Namanya juga hadiah. Apalagi kalo emang dikasihnya banyak. Betul. Syaratnya, itu beneran, bukan boongan.
Sobat gaulislam, kita nggak bakalan membahas kisah duit yang 2 triliun rupiah itu, juga nggak akan bahas duit yang jumlahnya lebih banyak lagi, 11 ribu triliun. Luar biasa. Itu duit semua? YNTKTS, lah.
Ngomong-ngomong soal duit, yang memang dikejar banyak orang, ceritanya nggak akan ada habisnya. Ada banyak orang yang tergiur duit. Apalagi udah tahu cara dapetinnya. Aduh, karena saya generasi jadul, malah jadinya inget lagu “Uang” yang dinyanyikan Bang Haji Rhoma Irama. Hmm… kayaknya bisa ditebak deh, kamu semua nggak bakalan ada yang kenal lagu ini. Hehehe…
Begini penggalan liriknya:
Di dunia sekarang uang jadi pedoman/ Banyak orang berkata uang berkuasa/ Mereka berlomba untuk memperolehnya/ Tanpa menghiraukan halal dan haramnya/ Begitulah manusia di dunia sekarang.
Selain menuliskan lagu berjudul “Uang”, Bang Haji Rhoma Irama juga bikin lagu lain berjudul “Rupiah”. Ini juga kayaknya belum pada ngeh, deh. Oke, saya kasih tahu dikit aja penggalan liriknya. Seperti ini:
Tiada orang yang tak suka/ Pada yang bernama rupiah/ Semua orang mencarinya/ Di mana rupiah berada
Memang karena rupiah/ Orang menjadi megah/ Kalau tidak ada rupiah Orang menjadi susah
Hidup memang perlu rupiah/ Tetapi bukan segalanya/ Silakan mencari rupiah/ Asal jangan halalkan cara.
Oke, ini sekadar ingin menuliskan aja, bahwa urusan duit or rupiah (mata uang negeri ini), memang menjadi incaran banyak orang, dari masa ke masa. Sejak zaman baheula, hingga zaman kiwari. Dulu hingga kini. Lengkap dengan persoalan di dalamnya sesuai zamannya. Namun, intinya tetap bahwa manusia memang perlu kekayaan, dan rupiah adalah alat tukar untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Nah, supaya banyak duit, maka harus ada upaya serius untuk meraih dan mengumpulkannya, untuk kemudian dibelanjakan.
Lain dulu lain sekarang. Kalo zaman dulu, umumnya ketika orang pengen dapat uang, ya bisa jualan, bisa bekerja di kantor atau bekerja di pasar jadi kuli panggul, atau buruh tani, buruh bangunan, jual jasa keahlian dan sejenisnya. Meski yang barusan ditulis sebagaimana umumnya orang zaman dulu dalam mendapatkan uang, sebenarnya di zaman sekarang beragam cara tadi masih berlaku. Hanya saja, ada tambahan peluang. Apa itu? Jadi Youtuber. Pasti udah pada ngeh kan. Jadi youtuber di zaman sekarang, kalo kontennya menjual, pastinya bakalan dikunjungi banyak pengguna internet. Kalo jumlah pelanggannya banyak, dan memenuhi syarat untuk dimonetisasi (jadi sumber penghasilan), maka channel youtube-nya bisa dipasangi iklan. Dapat duit dari situ? Sudah banyak faktanya kok youtuber yang panen duit dari konten yang dibuatnya.
Kamu pastinya kenal dong dengan Ria Ricis dan Atta Halilintar? Keduanya tajir melintir dari hasil menambang duit di youtube. Berdasarkan informasi di laman idxchannel.com (Senin, 7 Juni 2021), pendapatan Ria Ricis dan Atta Halilintar per bulan bisa miliaran rupiah, lho.
Kedua nama ini memang dikenal sebagai YouTuber dengan puluhan juta subscriber. Pendapatan mereka di platform video milik Google itu tak main-main.
Mengacu data Social Blade, Senin (7/6/2021), kanal YouTube Ria Ricis (Ricis Official) mempunyai subscriber sebanyak 25,7 juta, dengan jumlah konten yang diupload sebanyak 1.369 video.
Dari ribuan video yang diupload itu, kanal Ricis memiliki jumlah penonton (akumulatif) sebanyak 3,8 miliar.
Menurut proyeksi dari laman analitik media sosial tersebut, kanal milik Ria Ricis menghasilkan USD 195.000 – USD312.300 perbulan atau setara dengan Rp 2,7 miliar – Rp 4,45 miliar.
Sementara channel milik Atta Halilintar memiliki subscriber 27,6 juta dengan total penonton sebanyak 3,3 miliar dari total 1.306 video yang diunggah.
Kanal suami Aurel Hermansyah itu diprediksi mendapatkan penghasilan dari YouTube sebesar USD131.000 – USD209.800 perbulan atau sebesar Rp 1,8 miliar- Rp 2,9 miliar.
Okelah, mungkin kamu berpikir bahwa keduanya memang seleb, jadi gampang duit ditambang. Eh, jangan salah, mereka yang biasa aja pun, bukan seleb, tetap banyak juga yang duitnya mengalir dari iklan di channel youtube yang mereka buat. Walau, mungkin tak sebanyak yang diraih para seleb.
Cuma jadi youtuber untuk tambang duit? Nggak juga. Berbagai platform (program) digital untuk menulis cerita, membagikannya kepada pembaca, dan sekaligus mendapatkan rupiah juga udah bejibun banget. Peluangnya cukup besar. Kamu bisa searching deh di mesin pencari apa saja website atau aplikasi yang menyediakan platform tersebut seperti Storial, Joylada, Novelme, Dreame, Noveltoon dan lain sebagainya.
Oya, selain youtube dan menulis cerita, juga perlu waspada menyebar konten di media sosialmu: Instagram, Twitter, Facebook dan sejenisnya. Kalo sampah, ya bahaya juga. Apalagi kalo maksiat. Duh, ngeri.
Jangan menghalalkan segala cara
Betul. Meski duit jadi inceran, sehingga makin banyak rupiah diraih, peluang untuk hidup mewah kian terbuka, tetapi jangan sampe menghalalkan segala cara. Konten yang dibuat pastikan nggak asal viral, lalu banyak yang baca atau nonton, dan duit mengalir deras ke rekening dari iklan atau dari hasil pembelian cerita yang kita buat. Tetap kudu merhatiin kontennya mendidik atau malah menginspirasi kejahatan. Kontennya berisi informasi yang bermanfaat, atau malah menabur mafsadat. Kontennya bergizi, atau malah sampah semua. Itu adalah pilihan dan itu ada di tanganmu. Tentu, pilihanmu ada konsekuensinya.
Coba deh pikirkan. Jika demi mengejar jumlah pengunjung channel youtube lalu kamu bikin konten yang miskin manfaat, atau malah menginspirasi orang untuk berbuat maksiat, apa itu nggak jadi bebanmu di akhirat? Sebab, selama konten itu nggak dihapus, akan banyak orang yang nonton atau baca. Jadi, kalo isinya sampah, itu namanya menyebarkan keburukan. Jika banyak orang terpengaruh dengan konten buruk yang kamu sebar, apa kamu mau mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak? Berat Bro en Sis.
Kamu mestinya udah tahu juga kalo konten berisi prank yang marak di channel youtube. Meski pembuatnya berdalih sekadar lelucon, sebenarnya udah terkategori berbohong dan meremehkan perbuatan salah, dianggap biasa aja. Jadi, yang salah itu dianggap boleh-boleh saja dengan alasan menghibur. Seringkali pula muncul di channel youtube itu konten yang sebenarnya sampah. Nggak penting. Bahkan, sebenarnya ada yang hoax pula. Ketika channel tersebut dimonetisasi, bakalan dapat iklan jika jumlah penontonnya jutaan. Emang enak dapet duit dari hasil nyebar konten hoax atau miskin manfaat? Nggak barokah, Bro en Sis. Ngeri deh ngebayangin dosanya.
Beberapa waktu lalu juga sempat jadi bahasan serius di platform novel online, karena ternyata ada banyak novel yang isi ceritanya terkategori pornografi. Adegan sensual ditulis detil dalam cerita. Meski itu ceritanya digambarkan suami-istri, tetapi apa iya harus ditulis begitu. Eh, ini saya nggak baca cerita yang dimaksud, ya. Saya dapat info tersebut dari orang lain yang menceritakan temuannya dan ia tulis di media sosial untuk mengkritiknya. Parah banget!
Konten sampah diproduksi demi mengais rupiah? Kebangetan itu mah. Nggak mikirin efeknya. Nggak mikiran akibatnya kelak di yaumil hisab, gimana pertanggungan jawabnya di hadapan Allah Ta’ala. Jangan sampai kita melakukannya.
Meski mungkin pasar sukanya konten model gitu, tetapi kan kita seharusnya bisa mengedukasi. Jangan sekadar fokus mengejar rupiah tapi mengabaikan aspek edukasi dan dakwah. Ujiannya memang di situ. Channel youtube yang isinya dakwah, sepi peminat. Kecuali, yang berisi kompilasi ceramah dari para ulama dan ustaz yang udah terkenal, tetap ramai pengunjung.
Namun demikian, jika kamu berminat jadi youtuber, fokuskan pada konten yang islami dan menginspirasi kepada kebaikan. Walau di awal-awal atau bahkan sampai waktu lama jumlah subscriber nggak nambah-nambah dan video yang ditonton segitu-gitu aja viewer-nya ya nggak apa-apa, yang penting bukan konten sampah yang kamu buat. Tinggal cari cara gimana bisa banyak yang berkunjung. Intinya, kontennya harus bener dulu, baru upayakan gimana bisa banyak pengunjung ke channel kamu, sebab kamu bukan public figur, jadi jalannya merayap. Nggak apa-apa yang penting kontenya bermanfaat dan bermartabat.
Jangan viralkan dosa
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Hati-hati jangan sampai konten yang kamu bikin malah isinya sampah atau bahkan maksiat. Akan lebih rugi lagi kalo kemudian viral alias menyebar luas dengan cepat, lalu banyak orang terpengaruh dan mengikuti apa yang kamu buat tersebut. Bahaya. Jadi tabungan dosa, lho.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang baik kemudian beramal dengannya, maka ia mendapat balasannya (pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikit pun,” (HR Ibnu Majah)
Bersyukur kalo kamu udah bikin konten yang bermanfaat dan membawa maslahat, insya Allah akan mendapat tabungan pahala, juga pahala yang kian bertambah dari setiap orang yang terinspirasi dari konten yang kamu buat lalu mereka mengamalkannya.
Namun, segera sadar kalo ternyata selama ini justru konten sampah yang kamu buat dan sebarkan. Sebab, berarti sedang menabung dosa dan dosanya akan kian bertambah dari setiap orang yang terinspirasi dan mengamalkan apa yang kamu sebarkan. Duh, rugi banget.
Perlu kita perhatikan juga adalah pengaruh dari perbuatan maksiat (termasuk di dalamnya konten sampah dan yang mengajak kepada maksiat). Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), Dan Adam pun mendurhakai Rabb-nya, maka ia sesat. Kemudian Rabb-nya (Adam) memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberi Adam petunjuk. Allah berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia:”Ya, Rabb-ku, mengapa Engkau menghimpun aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang bisa melihat”. Allah berfirman:”Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu dilupakan”. Dan demikanlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya terhadap ayat-ayat Rabb-nya. Dan sesungguhnya adzab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal. (QS Thaha [20]: 121-127)
Di dalam Kitab al-Jawabul Kafi, Ibnul Qoyyim al-Jauziyah rahimahullah merinci dampak-dampak buruk dari perbuatan dosa dan maksiat terhadap kehidupan seorang hamba baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya: Allah akan mempersulit setiap urusan dalam hidupnya; menimbulkan sifat lemah baik pada agama dan badannya, sehingga pelaku maksiat terasa berat dan malas untuk melakukan ketaatan; maksiat menghilangkan keberkahan umur dan melenyapkan kebaikannya; perbuatan maksiat akan mengundang perbuatan maksiat lainnya, sebagaimana ketaatan akan mengundang ketaatan yang lain; maksiat akan menghalangi seseorang dari taubat kepada Allah dan pelaku maksiat akan menjadi ‘tawanan’ bagi syaitan yang menguasainya.
Yuk, siapkan diri untuk fokus pada kebaikan. Baik di dunia maupun di akhirat. Buatlah konten yang bermanfaat agar kelak di akhirat kita bahagia. Harta boleh dimiliki, tetapi jangan sampai demi mengumpukan rupiah, lalu nekat menghalalkan segala cara, termasuk salah satunya membuat dan menyebarkan konten sampah. Nggak banget! [O. Solihin | IG @osolihin]