Friday, 22 November 2024, 07:33

logo-gi-3 gaulislam edisi 106/tahun ke-3 (14 Dzulqaidah 1430 H/2 Nopember 2009)

Gue bingung nih, kok di Indonesia kini banyak sekali muncul aliran-aliran sesat dan tumbuh subur pula. Padahal mayoritas penduduknya kan orang Islam. Gue catet nih ya, ada Ahmadiyah, hadir juga Kerajaan Tuhan yang dikembangan Lia Eden, pernah ada Ahmad Mushadeq dan Amaq Bakri yang tiba-tiba ngaku sebagai nabi, ada juga pengajian Ilmu Kalam Santriloka yang bilang nggak perlu shalat dan nggak perlu puasa Ramadhan, plus menyalahkan sebagian isi al-Quran, dan aliran sesat lainnya. Celakannya, mereka juga mengaku bagian dari Islam. Padahal ajaran mereka nggak sesuai dengan ajaran Islam. Wah, gimana nih? Udah pada error kali ye.

Jadi kali ini gue akan membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan akidah. Meskipun mungkin bakal kurang nih space yang disediakan buletin kesayangan kamu semua yang makin cool aja untuk membahas tema ini. But, sedikit demi sedikit pasti ada gunanya buat kamu semua. Iya nggak sih?

Akidah Islam

Akidah Islam ialah beriman kepada Allah Swt., Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-RasuNya, hari kiamat, qadha dan qadar. Oya, yang namanya beriman tuh nggak boleh asal-asalan. Tapi harus berdasarkan dalil yang pasti. Jadi alasan untuk beriman itu nggak bisa sembarangan. Misalnya, elo beriman gara-gara ikut-ikutan seseorang yang bergelar profesor doktor dan serentetan gelar lainnya yang sepanjang gerbong kereta api jabodetabek. Nggak lah. Iman wajib diyakini bener-bener alias elo harus paham kenapa alasannya elo beriman  Sebab, iman itu ialah sebuah pembenaran yang pasti, berdasarkan fakta-fakta yang ada, bukan karena taklid buta pada seseorang.

Nah, dalam Islam kita mengenal dua dalil yaitu dalil aqli (akal/yang dapat diindera) dan dalil naqli (sesuatu yang dijelaskan oleh al-Quran dan as-Sunnah). Dalam sarana meraih keimanan, akal mempunyai peranan yang sangat penting. Misalnya dalam memikirkan adanya Dzat Allah sebagai Tuhan semesta alam. Di dalam al-Quran dijelaskan tentang kisah Ibrahim (as) dalam mencari Tuhan. Allah Swt berfirman (yang artinya): “Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.” Kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: “Inilah Tuhanku”. tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat.” Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: “Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) Agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musryik” (QS al-An’am [6]: 76-79)

Bro en Sis, pencarian keimanan tak lepas dari akal. Sebab akal adalah karunia terbesar bagi manusia dan karena dengan akal juga Allah memerintahkan malaikat bersujud pada Adam. Banyak penekanan yang diberikan al-Quran agar manusia menggunakan akalnya. Allah Swt. berfirman (yang artinya): Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Quran dan as-Sunnah) kepada siapa yang dikehendakiNya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah) (QS al-Baqarah [2]: 269)

So, dalam Islam fungsi akal amatlah dibutuhkan. Akal tidaklah merongrong iman. Malah akal akan memperkuat dalam pencarian akan iman. Buktinya orang semakin memahami al-Quran semakin kuat pula keimanannya. Banyak bangsa di negara maju tertarik dengan Islam ketika membaca kandungan al-Quran atau malah menjadi muslim karena mencoba mengkritisi al-Quran. Firman Allah Swt. (yang artinya):”Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (QS ar-Ra’d [13]: 19)

Juga dalam firmanNya (yang artinya): “(al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan denganNya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS Ibrahim [14]: 52)

Wuih Bro, kayaknya masih banyak ayat-ayat yang memerintahkan agar manusia mau berpikir dan menggunakan akalnya untuk beriman kepada Allah Ta’ala. Tapi gue nggak bisa nulisin semua nanti bisa-bisa kepanjangan deh nulisnya. Wacks!

Sobat muda muslim, dalam Islam keimanan haruslah utuh nggak boleh setengah-setengah. Nggak ada tawar-menawar pula. Cuma ada dua pilihan, yaitu iman dan kafir. Allah Swt. berfirman (yang artinya): Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasulNya, dengan mengatakan: ‘Kami beriman kepada  sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain)’, serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenarnya. dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.” (QS an-Nisaa’ [4]: 150-151)

So, dalam akidah Islam nggak boleh tuh dikurang-kurangi. Nggak boleh kita cuma iman kepada Allah dan ingkar kepada rasul atau iman kepada Allah Swt. dan rasul tapi mengingkari al-Quran dan syariat yang tertera di dalamnya. Hey, nggak banget deh!

Hmm.. kalo iman elo itu memang bener-bener mantep, elo nggak perlu khawatir lagi deh. Sebab elo udah yakin bahwa sesuatu yang udah ditentukan oleh Allah Ta’ala adalah yang terbaik walaupun elo diancam orang supaya ninggalin keimanan elo. Mushab bin umair pun pernah diancam oleh Usaid bin Khudair dan Sa’ad bin Muadz, dua pemuka bani Abdil Asyhal. Tapi tetap teguh dengan Islam, tuh. Oya, kalo iman elo udah kuat, elo juga nggak akan dengan gampang ninggalin iman yang elo miliki  ketika mengalami siksaan. Bilal bin Rabbah pun pernah ngalami siksaan dari kaum Quraisy dengan cara tubuhnya ditindih batu di terik matahari padang pasir. So, tetap istiqamah dan sabar di jalan Allah ya. Semangat!

Yang merongrong iman

Elo lihat sendiri deh, banyak tuh orang yang gaya hidupnya cenderung kebarat-baratan dan nggak selektif. Misalnya gue sering ngeliat anak-anak muda genjrang-genjreng di atas panggung sambil bawain lagu Underoath. Atau asik moshing ketika ngedengerin lagu-lagunya As I Lay Dying dan Demon Hunter yang merupakan gerombolan band Christian Metal yang berasal dari kulon (baca: Barat). So, karena lagi tren tuh lagu ya udah deh mereka happy-happy aja tanpa tahu makna dari lirik-lirik lagunya. Entah karena suara vokalnya yang kurang jelas atau mereka nggak ngerti bahasa Inggris, sehingga mereka nggak merasa risih dengan lagu-lagu kayak gitu.

Lagu-lagu itu sebenarnya kalo diperhatiin lagi ampir mirip sama ceramah pastur di gereja. Kalo gue sih sori-sori aja ngikut-ngikut kayak gitu walaupun gue masih suka maen skateboard (lho, apa hubungannya? Hehe…). Sebab, gue rasa nggak ada yang salah dengan alat olahraga tersebut karena hukum asalnya benda itu kan mubah, kecuali ada dalil syar’i yang mengharamkannya.

Oya, kejadian ini nggak cuma terjadi di kalangan anak muda. “Anak tua” pun sama kayak gitu juga deh. Gue geleng-geleng kepala sambil gantian bergumam: “Dasar anak tua jaman sekarang ada-ada aja!” Misalnya nih, ada shalawat yang dibawain Kiai Kanjeng–yakni kelompok musik yang dipimpin oleh Emha Ainun Nadjib–dengan menggunakan lagu Stile Nacht (malam kudus) yang diiringi instrument ala Franz Xaver Gruber dioplos sama Shalawat Badar terus dinamain Shalawat Universal. Memang, shalawat ada tuntunannya di al-Quran. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS al-Ahzab [33]: 56)

Nah, yang jadi masalah adalah kalo dicampur kayak Shalawat Universal, itu nggak boleh. Coz, lagu malam kudus udah khusus produk budaya dari kaum agama lain. Apalagi sampe featuring sama biarawati. Gaswat bener jadinya kan?

Bro, dalam hal beribadah kita kan nggak boleh ikut-ikutan agama lain. Kalo kita baca asbabuun nuzuul alias penyebab turunnya ayat al-Quran—dalam hal ini adalah surat al-Kafirun—ternyata turunnya adalah ketika orang-orang Quraisy meminta Rasulullah saw. untuk mengikuti ibadah mereka, dan mereka pun akan mengikuti ibadah yang diajarkan Rasulullah saw. Tapi Rasulullah saw. menolak permintaan mereka. Jadi dengan dalil apapun shalawat yang dioplos dengan tata cara, instrument nada, dan lirik pemujaan yang sama dengan agama lain itu tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan firman Allah Swt. dalam surat al-Kafiruun tersebut.

Selain itu bukankah agama yang dibawa oleh Rasulullah saw. itu sudah sempurna? Firman Allah Swt. (yang artinya): “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.” (QS al-Maaidah [5]: 3)

Umar bin Khaththab r.a berkata, “Dulu kami adalah kaum yang hina, lalu Allah memuliakan kami dengan Islam. Maka setiap kami mengharapkan kemuliaan di luar Islam, Allah menghinakan kami. Karena itu seorang muslim, tidaklah akan mendapatkan kemuliaan bila ia mencarinya di luar Islam. Seorang muslim yang mencari kekuatan di luar Islam, pada hakikatnya ia lemah, meskipun merasa dirinya kuat; ia fakir, meskipun merasa dirinya kaya”.

Jadi nggak ada kemuliaan tuh dalam shalawat yang sejenis itu. Haram dilakukan. Udah jelas kalo yang haq dan yang batil itu terpisah dan tidak bisa dicampur seenaknya walaupun namanya shalawat. Kalo kita ngikut terus kayak gitu dan serba permisif bisa hancur deh keislaman dan keimanan kita. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Kamu akan mengikuti jejak langkah umat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu ikuti mereka”. Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah! Apakah mereka Yahudi dan Nasrani yang Rasul maksudkan? Nabi saw menjawab, “Siapa lagi”. (HR Muslim)

Bro en Sis, kalo ada yang beralasan bahwa shalawat seperti itu adalah untuk mempromosikan Islam kepada agama lain, itu juga nggak bisa dibenarkan. Sebab, nggak ada tuntunannya dari Allah Swt. dan RasulNya. Toh kiblat kita pun berbeda dengan mereka. Ngapain juga kita membuat-buat syariat baru untuk membuat orang lain beriman. Nggak boleh sembarang cara. Tapi tetap kudu ngikutin ajaran Islam.

Memang, kita adalah umat terbaik yang diseru untuk menyampaikan yang makruf dan mencegah yang munkar. Tapi sudah jelas seruan-seruan yang kita lakukan haruslah sesuai dengan syariat-syariat Islam. Sebab, kita sudah beriman dan akidah kita adalah akidah Islam. Ok?

Solusi yang gue tawarin

Karena zaman sekarang udah banyak amburadulnya, maka elo harus hati-hati bergaul. Inget nih, hati-hati bukan berarti menutup diri dari pergaulan. Tapi hati-hati adalah benar-benar menyeleksi setiap budaya yang masuk: apakah itu layak diterima atau nggak. Jangan menutup diri terhadap sesuatu yang baik. Elo kudu obyektif. Jangan gara-gara seseorang itu make sorban dan jubah terus pake gelar kiai, terus elo main gampang aja nerima setiap pendapat dia, padahal pendapat tersebut bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah.

Sebaliknya, kalo ada orang yang elo anggap penampilannya biasa-biasa aja tapi ngasih tahu elo tentang kebaikan berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah, elo jangan sampe menolaknya. Apalagi sampe elo bilang: “Kamu udah hapal berapa hadits?”. Halah, bukannya nanya hadis itu sahih atau nggak eh malah nanyain jumlah, kan nyeleneh namanya tuh!

Yuk, kita ubah cara pandang kita. Pokoknya kalo sesuatu itu berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah, kita kudu terima karena kita adalah muslim. Inget lho, umat terbaik. Bukan umat yang hanya bisa bertaklid pada leluhur seperti orang jahiliyah dan malah menolak syariat Allah dengan alasan ketokohan. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS al-Baqarah [2]: 170)

Bro, yuk terus kita sampaikan dakwah Islam dengan cara yang benar dan baik sesuai dengan syariat Islam. Jangan takut untuk menghadapi intimidasi dari orang-orang yang ingin menghancurkan Islam atau dari orang-orang yang bodoh tentang Islam tapi sok tahu. Tugas kita adalah menyampaikan apa yang telah Allah dan RasulNya turunkan. Soal hasil, itu adalah urusan Allah Swt. Kita nggak usah terlalu kecewa kalo nggak berhasil. Yang penting udah berdakwah. Baca dan tadaburi al-Quran, insya Allah iman elo makin kuat deh. Selain itu, tetep terus mengkaji Islam sebaik-baiknya, sedalem-dalemnya dan serajin-rajinnya ya. Jangan lupa juga elo sering-sering baca buletin gaulislam (hehehe.. promosi dah gue), rajin kunjungi juga websitenya: http://gaulislam.com. Gabung juga bareng redaksi gaulislam di facebook (http://facebook.com/gaulislam). Terus, buat kamu yang di daerah Bogor dan sekitarnya, bisa sering-sering juga deh dengerin acara [klinik] gaulislam setiap Rabu pagi di KISI 93.4 FM Bogor. Swit swiw, insya Allah banyak sarana untuk jadi pinter dan nguatin iman kita. Tetap semangat, Bro![ikrar: ikrarestart@gmail.com]

1 thought on “Kuatkan Imanmu, Bro!

Comments are closed.