Rasanya Kamus Besar Bahasa Indonesia, atau mungkin juga kamus-kamus bahasa lainnya di dunia sudah tidak lagi menemukan kata yang paling �kejam’ untuk menyebut kelakuan Israel. Kata-kata seperti �terkutuk’, �keji’, �biadab’ sudah nggak �mempan’ untuk menghentikan agresi Israel atas muslim Palestina. Kekejian itu misalkan dapat kita lihat dari tayangan televisi, foto-foto di berbagai media cetak yang dijamin membuat hati kita �panas’.
Di sebuah media cetak tanah air misalkan, ditampilkan foto seorang bocah Palestina yang hangus terbakar di tengah-tengah mainannya. Sementara diberitakan pula bahwa militer Israel telah menutup jalur masuk, dan melakukan eksekusi besar-besaran terhadap sejumlah warga. Dengan begitu, kejahatan mereka tidak akan dihentikan oleh dunia internasional.
Apa yang dilakukan Israel adalah bagian dari impian lama para penggagas Zionisme – seperti Theodore Herzl – untuk menciptakan negara Yahudi Raya di tanah Palestina. Dan mereka tidak puas dengan hanya sekedar menguasai Palestina, tapi juga telah mengambil alih dengan cara licik Dataran Tinggi Golan, Sinai dan Terusan Suez. Israel juga tidak akan pernah rela melepaskan tanah Palestina kepada PLO atau siapapun, meski hanya menyisakan Jalur Gaza dan Tepi Barat. Agresi militernya yang kian deras akhir-akhir ini adalah bukti nyata keinginan tersebut.
Tapi apa yang dilakukan Israel sebenarnya tidak lebih �kejam’ dibandingkan berdiam dirinya umat Muslim, khususnya para pemimpin dunia Islam. Hampir tidak ada yang diperbuat – kecuali memberi bantuan dana dan logistik, dan doa – mereka yang punya kekuatan untuk menolong saudara-saudara kita di Palestina. Lebih sedih lagi masih saja ada orang yang bilang, “Buat apa ngurusin Palestina, di sini juga banyak yang perlu diurus.� Wow, ini adalah ucapan yang jauh dari keimanan. Bukankah Rasulullah saw. pernah berkata,�Belum sempurna iman seseorang sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.� Beliau juga berkata, “Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, (hendaknya) ia tidak mendzaliminya dan menyerahkannya (kepada musuh)…� Kurang apalagi sih nasihat dari Rasulullah saw. supaya kita peduli terhadap sesama muslim? Memang benar bahwa di tanah air juga banyak urusan, tapi kalau urusan nyawa apa bisa ditunda?
Umat Muslim bukanlah umat barbar yang haus darah dan peperangan, tapi ada saat dimana kita harus mengangkat senjata. Kasus Israel ini salah satunya. Tidak mungkin muntahan peluru dilawan dengan bahasa diplomasi, apalagi darah telah nyata tumpah. Maka, berdiplomasi dengan Israel, apalagi mengajaknya berdamai, termasuk menerima keberadaannya, hakikatnya lebih kejam dari agresi Israel itu sendiri. Semoga kita bukan termasuk golongan seperti itu. Amin.