Friday, 22 November 2024, 01:17

gaulislam edisi 292/tahun ke-6 (17 Rajab 1434 H/ 27 Mei 2013)

 

Alhamdulillah, UN udah lewat, ijazah SMA sebentar lagi didapat, tapi kok senangnya cuma sesaat? Abis itu, galau! Tiap ketemu orang, entah ayah, ibu, bibi, paman, uwak, nenek, kakek, teman, temannya teman dan lainnya dan sejenisnya, semuanya ribet nanyain. “Abis ini mau kuliah di mana? Jurusan apa? Kamu mo kuliah atau langsung kerja? Dan seabreg pertanyaan senada lainnya.

Pfiuuuh! Begitulah nasib orang yang baru lulus. Padahal baru kemarin tasyakuran kelulusan, bahkan ada yang nekat corat-coret baju seragam. Baju seragamnya ditanda-tangani, dicat, digunting-gunting. Pokoke berbagai ekspresi gaje (gak jelas) dilakukan demi sebuah euforia kelulusan. Trus rame-rame konvoi dengan seragam tersebut. Pas lagi begitu, terus ketemu orang gila yang nongkrong di pinggir jalan, jangan-jangan orang gilanya mikir, eh koq temanku banyak banget. Ternyata emang enak, gila!  Nah, lho? Jadi kegiatan model gini bener-bener nggak ada manfaatnya kan? Mending bajunya kamu sumbangin ke orang-orang yang membutuhkan. Banyak lho, orang-orang di luar sana yang masih kekurangan pakaian seragam.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Balik lagi ke masalah pasca kelulusan, kalau kita bingung setelah lulus dan nggak tahu harus ngelakuin apa, sebenarnya ada yang salah dengan kita. Bener deh! Apa yang salah? Karena, dari awal kita sekolah, kita nggak menetapkan target, tidak menetapkan tujuan, alias tidak punya cita-cita. Cita-cita itu penting lho. Coba deh kita bahas masalah ini.

 

Target dan cita-cita itu penting

Sobat gaulislam, seseorang yang tidak memiliki target dalam hidupnya, tidak memiliki cita-cita, itu ibaratnya sebuah kapal tanpa navigasi. Berlayar nggak karuan, terhempas dan terombang-ambing mengikuti arus. Kapal yang seperti ini, tidak akan sampai tujuan. Kalau sampai daratan sekali pun, daratan yang dicapai pasti tidak sesuai keinginan.

Begitu juga manusia. Manusia yang hidup tanpa tujuan, tanpa target, tanpa cita-cita akan rawan untuk tersesat. Dalam hal sepele saja, kita harus punya tujuan. Misalnya nih, suatu hari kamu naik taksi. Terus ditanya ama supirnya “mau ke mana?” dan kamu jawab, “terserah Pak Supir aja deh.” Kira-kira gimana reaksi supir tersebut? Bisa jadi kamu langsung diusir, dianggap mempermainkannya. Atau reaksi kedua, kamu diangkut, dibawa muter-muter nggak jelas, terus dibalikin ke tempat awal sambil nagih ongkos yang besar. Atau kemungkinan ketiga, kamu dibawa ke tempat yang asing trus….hih, serem kan?

Itu untuk perkara naik taksi aja begitu bahayanya kalau nggak punya tujuan. Terus gimana dengan pilihan hidup? Masa’ sih untuk proyek sebesar ini kamu biarkan mengalir seperti air. Ada temen kamu yang kuliah, kamu ikut juga kuliah. Temen masuk fakultas kedokteran, masuk fakultas yang sama. Temen ada yang kerja, eh kamu kerja juga. Temen kamu nikah, sibuk juga cari calon buat nikah. Terus kalo temen kamu mati? Masa’ sih ikut mati juga. So, jangan plin-plan dan ikut-ikutan.

Bro en Sis rahimakumullah, seseorang yang punya target dan cita-cita, tidak akan mudah terpengaruh. Karena semenjak awal masuk sekolah, SMA misalnya, ia sudah menetapkan target. Semakin detail kamu memetakan target dan cita-citamu, semakin mudah pula kamu membuat pilihan-pilihan dalam hidupmu. Apalagi kalau kamu sudah mempersiapkan pilihan alternatif-alternatifnya. Semua akan terasa lebih mudah.

 

Pilihan setelah lulus

Sobat gaulislam, ada beberapa pilihan yang biasa dipilih oleh temen yang baru lulus sekolah. Apa itu? Biasanya sih kuliah, kerja, kursus, bahkan ada yang istirahat dulu alias nganggur. Pilihan ini tentu memiliki dasar atau landasan sendiri-sendiri tergantung bagaimana kamu menyikapi dan menanggapinya. Apa pun pilihannya, semuanya memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda, ya.

Bro en Sis rahimakumullah, sekarang kita bahas pilihan yang pertama dan kedua dulu ya, yakni  memilih yang mana antara kuliah atau kerja. Hal ini akan tergantung dari banyak faktor, karenanya banyak indikator yang dipergunakan untuk menentukan mau kuliah atau kerja. Jika kamu ingin melanjutkan kuliah, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

Pertama, kamu ingin jadi apa? Kalau ingin jadi dokter ya ambil Fakultas Kedokteran, pengen jadi guru ya ambil Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan. Dalam mengambil jurusan atau fakultas ini perlu mempertimbangkan minat dan cita-cita yang ingin dicapai. Semua tadi harus ditentukan terlebih dahulu. Sekali lagi, jangan sampai kita kuliah tidak mempunyai arah dan tujuan.

Kedua, ukur kemampuan dan minat kamu terlebih dahulu. Jangan sampai nih, kemampuan kamu di bidang ilmu-ilmu sosial, eh kamu malah mengambil jurusan di bidang ilmu alam. Sebenarnya tidak apa-apa, tapi khawatir nantinya kamu akan keteteran mengikuti perkuliahan. Alhasil waktu kuliah yang ditempuh akan jadi lebih lama, biayanya membengkak dan hasilnya juga kurang maksimal. Iya, nggak? Tidak perlu juga ikut-ikutan teman, karena sohibmu ingin masuk jurusan psikologi misalnya, terus jadinya pengen kuliah jurusan itu juga, padahal selama ini mungkin kamu lebih suka mengutak-atik komputer. So, pilihlah jurusan yang sesuai dengan kemampuan dan minat kamu. Oke? Kalo kamu masih bingung juga mengetahui apa yang menjadi minat dan kemampuanmu, kamu bisa minta bantuan dari pendapat guru ataupun dari Tes Bakat Minat yang disediakan oleh Lembaga Psikologi Terapan.

Ketiga, jangan lupa pertimbangkan juga perguruan tinggi yang akan kamu masuki. Bagaimana akreditasinya, bagaimana lingkungan kampusnya, bagaimana pergaulan mahasiswanya, bagaimana mutu dosen-dosennya, sarana dan prasarananya dan lain-lain. Kamu juga bisa memilih kuliah diploma atau sarjana. Pendidikan diploma biasanya fokus pada skill dan biasanya lebih siap pakai ketika terjun ke dunia kerja nantinya. Pendidikan sarjana fokus pada pengembangan keilmuannya, jadi akan lebih banyak menganalisa konsep.

Keempat, ukur kemampuan finansial orang tua. Dengan mengetahui kemampuan finansial orang tua, tentunya kuliah kamu nanti tidak akan mandek di tengah jalan. Pernah ada kejadian, orang tuanya biasa-biasa aja, anaknya pengen kuliah di fakultas kedokteran. Tahun ketiga, orang tuanya tidak sanggup lagi membiayai. Akhirnya kuliahnya mandek. Sayang kan? Udah banyak keluar biaya tapi gagal.

Nah, selain itu, dengan kemampuan finansial yang pas-pasan tentunya akan mendorong kita untuk lebih berprestasi dan termotivasi untuk mendapatkan beasiswa. Jadi sebelum kuliah en selama kuliah, kamu kudu pasang mata dan telinga. Banyak universitas yang menawarkan beasiswa, terutama bagi yang berprestasi. Siapkan dirimu, sobat!

Terus gimana yang pilihannya pengen kerja? Untuk pilihan ini, pertimbangkan lapangan kerja yang tersedia. Mengingat lapangan kerja yang tersedia bagi lulusan SMA sangat sedikit sekali. Karena itu, perlu melihat lapangan kerja seperti apa yang menerima lulusan SMK. Untuk membantu meningkatkan ‘nilai’mu, kamu bisa kursus dulu. Bisa kursus desain grafis, komputer, menjahit dan lain sebagainya.

Nah sobat, yang paling saya sarankan adalah buka usaha sendiri. Banyak usaha yang bisa dilakukan oleh anak muda, lulusan SMA sekali pun. Modal bukanlah kendala, yang paling penting adalah kemauan. Kalau ada kemauan pasti ada jalan. Kamu bisa pinjam orang tua, keluarga atau orang lain yang punya modal tapi nggak punya ide dan kesempatan untuk buka usaha. Asal kamu orang yang amanah dan bisa dipercaya, perincian usahamu juga matang, insyaallah orang sudi memodalimu.

Apalagi kalau kamu punya keahlian tertentu. Misalnya kamu hobi bikin kue, bisa buka toko kue, buka kios pulsa, buka distro, warung, les privat, ngedesain website dan lain-lain. Hal terpenting adalah jangan gengsi. Banyak pengusaha yang akhirnya sukses dan penghasilannya melebihi gaji PNS, memulai usaha dari usaha yang sederhana. Banyak orang yang sukses di dunia ini berasal dari orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Rahasianya adalah, terus mengasah potensi, rajin menambah keterampilan en jeli melihat peluang yang ada.

 

Syarat jadi orang yang berguna

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, jika ternyata kamu belum juga ada biaya untuk kuliah, kursus atau wirausaha, bukan berarti lantas kamu nggak bakal jadi orang sukses. Terus kalo nggak sukses lantas dianggap menjadi orang yang tidak berguna. Pemikiran ini tidak tepat. Karena sesungguhnya, kesuksesan yang hakiki itu dilihat dari keimanannya kepada Allah. FirmanNya: “Dan barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS al-Ahzab [33]: 71)

Nah, berarti orang yang paling taat terhadap Allah dan RasulNyalah yang benar-benar berhasil di dunia ini. Ini artinya, kalau kita adalah orang yang selalu terikat dengan hukum-hukum Allah, selalu mematuhi perintah dan menjauhi laranganNya, berarti kita termasuk orang yang mendapat kemenangan.

Bro en Sis, adapun untuk bisa menjadi orang yang berguna, cara yang paling tepat adalah dengan meningkatkan kepedulian terhadap orang lain. Berusaha sekuat tenaga untuk melakukan perubahan ke arah Islam. Itulah sebabnya Allah mensyariatkan aktivitas dakwah. Rasulullah saw. Bersabda: “Siapa saja yang bangun pagi dan hanya memperhatikan masalah dunianya maka orang tersebut tidak berguna sedikit pun di sisi Allah. Siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslim maka ia tidak termasuk golongan mereka (HR at-Thabari dari Abu Dzar al-Ghifari)

Sobat gaulislam, jangan gundah selepas luluh sekolah. Sebaiknya kamu tetap semangat menatap masa depanmu, apalagi kamu sebagai muslim yang sehrusnya memiliki tujuan jelas dalam kehidupan. Ayo, tentukan tujuan hidupmu dan pastikan semuanya baik-baik saja.Jangan ragu, jangan bimbang. Oya, kalo pun akhirnya kamu kuliah, kerja, wirausaha, atau menikah, namun yang wajib tetap dilakukan adalah kamu senantiasa ngaji dan terus belajar Islam. Sebab, kalau bukan kita yang mencintai Islam dan dakwahnya, siapa lagi? Yuk ambil bagian! [witadahlia I wita_dahlia@yahoo.com]