Friday, 22 November 2024, 02:37

edisi 065/tahun ke-2 (22 Muharram 1430 H/19 Januari 2009)


Gimana, masih seneng nonton tivi? Apa yang kamu tonton? Sinetron? Pantes aja Cinta Fitri, Cinta Indah, Cinta Mutiara, Cinta Bunga, lalu juga ada Intan, Candy, Mutiara, Lia, dan masih seabrek nama tokoh yang dipakai demi mendongkrak rating sinetron. Yupz, kamu semua pasti sudah langsung ngeh bahwa semua nama di atas itu adalah judul sinetron Indonesia yang meskipun berbeda-beda namun satu jua. Satu tema cerita, jalan cerita bahkan ending cerita. Bukan tak mungkin pemainnya juga sama meski beda-beda judul.

Sejenak kemudian, mengikuti laris manisnya Ayat-ayat Cinta, sinetron Indonesia sedikit berubah haluan. Kenapa sedikit? Karena bau reliji sudah mulai tampak dari judulnya. Mulai Munajah Cinta, Assalamu’alaikum Cinta, Zikir Cinta, Ta’aruf, Muslimah dan masih banyak judul lain yang mendompleng istilah Islam. Judul boleh Islam, isinya nggak beda dengan dengan yang bukan Islam. Mulai rebutan harta, rebutan pacar (kalo yang judul Islam, rebutan suami), selingkuh, saling caci, teriak-teriak memaki, dan banyak contoh buruk lainnya.

Itu adalah jajaran sinetron Indonesia. Peringkat berikutnya adalah tayangan reality show yang lagi booming gara-gara Termehek-mehek menjadi acara yang diminati pemirsa. Belum lagi acara pencarian bakat yang juga marak semisal Indonesian Idol, Mama Mia Show, KDI, Super Twin dan seabrek acara sejenis lainnya. Terus ada gosip selebriti dan acara musik yang tiap saat siap, bahkan ada chanel khusus untuk mantenginnya. Hmm…bisa dipastikan kamu nggak bakal beranjak dari depan televisi tuh mantengin acara begituan.

TV, sihir gaya baru

Coba kamu perhatikan adek-adek kamu, kakak-kakak kamu, ibu kamu dan ibu-ibu tetangga, juga para pembantu rumah tangga) paling banyak menghabiskan waktu dimana. Jawabnya semua sama, di depan TV. Hampir di tiap rumah selalu ada TV, nggak peduli betapa kecil dan miskinnya rumah itu. Bahkan tak jarang di tiap kamar, ada satu TV tersedia agar mudah nonton sambil tiduran di tempat tidur.

Yupz…TV menjadi berhala baru saat ini. TV menjadi pusat aktivitas dimana aktivitas lainnya mengikuti jadwal tayang sinetron TV atau program Reality Show. Mau belajar, nggak bakal konsentrasi sebelum tahu ending-nya Termehek-Mehek jadi ketemu nggak dengan orang yang dicari. Mau tidur nggak bakal nyenyak sebelum tahu lanjutan kisah cinta Farel dengan Fitri di sinetron Cinta Fitri. Hidup pun menjadi di bawah kontrol TV dan acaranya.

Para remaja jadi hapal kisah hidup sang tokoh sinetron daripada kisah sejati teman sekelas yang ibunya lagi sakit dan tak punya biaya berobat. Kisah cinta si BCL dengan Asraf jauh lebih akrab daripada kesusahan teman sebangku yang nggak bisa beli buku pelajaran. Lirik lagu dari mulai Peter Pan sampai D’Masiv semua hapal luar kepala padahal rumus fisika, kimia sampai tenses bahasa Inggris sulit banget ingetnya. Apalagi bisa hapal ayat-ayat al-Quran sebagaimana generasi sahabat dulu, jauh dah. Kita pantas untuk merenung nih.

Berleha-leha di depan TV jauh lebih menarik daripada aktif pada kegiatan yang bermanfaat semisal Karya Ilmiah Remaja dan Rohis (Kerohanian Islam). Bernyanyi-nyanyi menghapal tiap lagu baru yang muncul lebih mengasyikkan daripada melafadzkan Asmaul Husna. Bahkan gaya berbicara para selebritis di TV pun bisa jadi tren. Yang lebih parah adalah apabila gaya hidupnya yang rusak juga diikuti.

TV, penyampai pesan

Sudah banyak bukti bahwa bahasa visual alias TV lebih cepat dalam menyampaikan pesan daripada bahasa verbal berupa omongan dan tulisan. Coba kamu bandingkan daya tahan matamu mantengin buku berisi tulisan dengan TV yang banyak benda warna-warni dan bergerak. Bisa dipastikan biarpun duduk lima jam di depan TV tanpa beranjak semenit pun, kamu bakal kuat. Bahkan ada seorang temen yang dia itu mampu bertahan di depan TV belasan jam tanpa beranjak kecuali kalo mau ke kamar mandi aja. Dan itu berlaku sebalikya ketika kamu pegang buku, bisa dipastikan juga belum lebih lima menit kamu membaca, mata terasa berat dan tubuh jadi lemah lunglai. Ehem…iya apa iya? Ngaku aja deh hehehe…

So, berlomba-lombalah para pemilik modal itu menyampaikan pesan yang dibawanya melalui TV. Walhasil, iklan jadi sebuah keharusan demi berlangsungnya nyawa sebuah stasiun TV. Kamu pingin HP model terbaru, sandal keren buat gaul, baju ngetren keluaran butik tertentu, bahkan coklat merek apa yang sedang kamu makan, itu tak terlepas dari pengaruh iklan. Budaya konsumtif yang suka menghambur-hamburkan harta akhirnya jadi idaman para remaja. Mereka nggak segan-segan jadi cewek bispak (bisa dipake) asal entar pulangnya dibelikan ponsel. Ihhh….nauzhubilah!

Sebuah penelitian yang dilakukan Rand Corporation menunjukkan bahwa program TV mampu memicu tingkat kehamilan pada remaja. Kok bisa? Pasti bisanya kalo tayangan TV yang ada seperti yang kita lihat saat ini. Isinya nggak jauh dari pacaran, pegangan tangan bahkan sampai (maaf) cium bibir dan udah dekat ke arah hubungan seksual. Bahkan anak SD sekarang sudah pada tahu kok istilah ML (Making Love-lah bukan Makan Lemper donk) dan tahapan-tahapan ke arah area terlarang itu. Wiih…memprihatinkan banget.

Tayangan TV jadi nggak netral. Selalu ada nilai-nilai tertentu yang berusaha dipaksakan kepada generasi muda kita. Pola hidup liberal, hedonisme dan permisifisme, foya-foya dan semua yang berhubungan dengan duniawi didorong sedemikian rupa agar ditiru oleh remaja-remaja seusia kamu. Dosa dan mikir akhirat urusan paling belakang. Gawat!

Bersikap bijak terhadap TV

Emang sih, nggak selalu tayangan di TV memberi pengaruh buruk pada para pemirsanya termasuk kamu. Toh, TV kan cuma benda atau alat yang hukumnya mubah alias boleh untuk ditonton. Tapi yang jadi perhatian adalah sejauh mana kecanduan kamu terhadap TV itu sendiri. TV bisa merusak bila benda kotak ini mulai mengambil alih jadwal dalam kehidupanmu. Ia adalah pengendali dan berhala baru yang dipuja dan dirindukan. Ini yang bahaya dan merusak. Inilah yang disebut racun.

Selain mengandung racun, TV juga ada kok sisi manisnya. Tayangan berita di antaranya. Kita jadi tahu apa yang terjadi di belahan bumi lainnya secara ‘live’ juga berkat media TV. Ketika Palestina dibombardir Zionis Yahudi Israel secara keji, kita jadi ikut merasakan penderitaan saudara-saudara muslim di sana. Anak kecil bersimbah darah, ibu-ibu dan perempuan yang terbunuh dan kilatan api menjilat-jilat akibat serangan udara Israel. Meskipun demikian, kita juga harus selektif terhadap apa yang dikatakan TV tentang hal ini.

Faktanya mayoritas chanel TV di Indonesia mengacu kepada berita yang dibawa oleh CNN, BCC dan sekutunya. Sudah jelas don mereka ini suka memberi nada miring terhadap perjuangan kaum muslimin yang ingin lepas dari penjajahan. Bom jihad untuk menghancurkan Israel dibilang bom bunuh diri karena putus asa. Israel yang menyerang Palestina dibilang mempertahankan diri. Jadi di sisi ini pun kita kudu selektif terhadap berita TV.

TV juga bisa menjadi sarana pengetahuan misalnya tayangan satwa. Kamu bisa paham tuh tentang pola hidup mulai semut hingga harimau, dan buaya. Bagaimana mereka beranak-pinak, bekerjasama, mencari makan, bertahan hidup, dll. Begitu juga dengan acara yang bersifat petualangan dan menjelajah alam. Intinya tontonlah acara TV yang itu berguna buat kamu dan bukan malah merusak pikiran dan perilakumu.

Sebagus apa pun acara TV, kamu kudu ingat bahwa menonton bukanlah menu utama dalam kehidupanmu. Masih banyak kewajiban lain yang harus kamu tunaikan semisal belajar untuk persiapan pelajaran berikutnya, mengerjakan PR, membantu ortu, ngaji dan dakwah. Jangan sampai karena keasyikan nonton TV, PR jadi terlantar, disuruh ortu jadi malas apalagi membolos ngaji.

Ingat skala prioritas

Seorang muslim itu tahu hukum tiap perbuatan yang dilakukannya karena itu semua membawa konsekuensi pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta’ala. Begitu juga dengan nonton TV, jangan dianggap remeh. Hal yang mubah ketika nonton TV jangan sampai mengalahkan yang sunah apalagi wajib. Nggak perlu juga sampai taraf nyandu, yaitu serasa hidup nggak lengkap sebelum nonton TV, ceilee…segitunya.

Dari segi muatan isi, kamu kudu selektif juga, nggak asal nonton. Agar nggak gampang terpengaruh dan terpedaya, kamu kudu punya filter atau saringan yang oke untuk menangkal hal-hal negatif sebelum masuk ke dirimu. Terus, gimana dong cara mendapatkan filter ini? Nggak bisa tidak kamu kudu paham tentang Islam yang kaaffah alias keseluruhan bukan sebagian-sebagian saja. Kalo kamu sudah punya filter ini, tayangan TV atau hal apa pun itu nggak bakal bikin kamu goyah dan melenceng dari jalan yang benar. Islam kaafah ini nggak cukup kamu dapatkan melalui pelajaran agama di sekolah aja. Itu cuma secuil dari ajaran Islam yang sempurna sebagai the way of life.

Filter ini bisa kamu dapatkan dari kelompok pengajian yang ada di sekitar rumah tempat tinggalmu. Kelompok ngaji yang bukan sekedar baca tulis al-Quran tanpa tahu maknanya. Tapi kelompok ngaji yang benar-benar mengkaji Islam untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kamu juga bakal bertemu dengan orang-orang yang akan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran. Jadi, ditanggung nggak bakal tersesat deh di tengah hingar bingar hidup di zaman jahiliyah modern ini, insya Allah.

Kalo udah begini, dijamin deh kamu bisa jadi remaja muslim berkualitas, yaitu cerdas dalam menempatkan skala prioritas dengan ilmu. Karena sungguh, belum pernah ada kisah sukses seseorang karena rajinnya dia menonton TV. Tapi sukses seseorang itu ditentukan dari seberapa aktif dia dalam berperan serta dalam kehidupan. Lha kalo cuma nonton TV dan duduk manis di depannya, nggak perlu sekolah juga semua bisa melakukannya. Nggak perlu ilmu khusus untuk itu. Tapi dunia nggak akan berubah jadi lebih baik dengan hanya mantengin TV terus. Rugi banget kan kalo hidup cuma sekali aja harus disia-siakan waktunya dengan habis menonton TV tanpa henti.

So, setiap aktivitas pasti punya sisi baik dan buruk. Karena kita udah membicarakan tentang madu dan racunnya tayangan TV kita, maka mulai saat ini sudah harus ada perubahan sikap dong dalam diri kamu. Bisa memilih dan memilah tayangan berguna untuk ditonton adalah sikap remaja cerdas yang syar’i. Dan saya yakin kamu adalah satu dari sekian banyak remaja cerdas itu. Nah, kalo kamu sudah cerdas dalam menyikapi tayangan TV, jangan diam aja. Ajak teman-temanmu semua untuk sama-sama cerdas dan syar’i dalam bersikap dan berbuat. Setuju kan, Bro en Sis? So, pasti atuh! [ria: riafariana@yahoo.com]

1 thought on “Madu dan Racun di Televisi

Comments are closed.