Thursday, 21 November 2024, 21:29

logo-gi-3 gaulislam edisi 139/tahun ke-3 (9 Rajab 1431 H/ 21 Juni 2010)

Halah, masalah pornografi kayaknya lagi banyak disorot. Nggak tanggung-tanggung, kasus terbaru melibatkan para selebritis. Apa sebabnya? Karena dalam video yang sudah beredar luas di masyarakat—seorang teman bilang bahwa dalam seminggu video tersebut didownload hingga 700 ribu kali—pemeran dalam video tersebut mirip Ariel Peterporn (eh, Peterpan); Luna Maya dan Cut Tary. Waduh, kata urang Sunda mah: geunjleung euy! (bikin geger gitu lho). Sampe-sampe Wagub Jabar Dede Yusuf melarang mereka tampil manggung (show atau performance) di wilayah Jawa Barat. Wedew! (malu banget tuh!)

Oya, ampir lupa nih. Sebelumnya gaulislam mohon maaf kalo pekan kemarin menjanjikan pekan ini mau bahas kelanjutan tentang sepakbola. But, berhubung lagi anget “bola panas video porno”, maka pekan ini kita dahulukan pembahasan seputar pornografi ya. Insya Allah tentang sepakbola kita lanjutkan pekan depan. So, jagain terus gaulislam setiap pekannya. Akur ya? Sip deh. Gitu dong. Hehe..

Bro en Sis, gaulislam sengaja ikutan bahas masalah ini bukan mau nambahin masalah, tapi insya Allah menawarkan penyelesaian atas masalah tersebut. Benar, masalah ini harus diselesaikan tuntas, bukan malah dibiarkan liar kemana-mana. Seolah masalah yang sangat menghebohkan. Padahal mah, pornografi udah marak terjadi. Kebetulan aja pemerannya mirip (atau emang beneran) selebritis tertentu. Name makes news. Ini kaidah jurnalistik, Bro. Nama membuat berita. Coba kalo nama orang yang nggak terkenal dan nggak dikenal luas kayaknya media massa juga adem-adem aja. Palingan beritanya cuma masuk kolom Nah Ini Dia di Pos Kota kali ye hehehe..

BTW, ada juga lho yang mengaitkan maraknya pemberitaan video porno mirip artis tertentu itu untuk kepentingan lain. Misalnya, untuk mengalihkan perhatian masyarakat pada kasus Bank Century yang malah mulai dilupakan. Selain itu, ada yang menganalisis bahwa pemberitaan ini untuk meredupkan pemberitaan seputar penahanan Susno Duadji yang kemungkinan bakal menyeret para petinggi polri dan kejaksaan dalam kasus mafia pajak miliaran rupiah. Juga (walah banyak amat), ada yang menghubungkannya dengan akan digulirkannya dana aspirasi Rp 8,4 tiliun atau sebesar Rp 15 miliar per anggota (sumber: www.itempoeti.com) yang kabarnya sudah jadi keputusan resmi Badan Anggaran DPR. Sumber lain menyebutkan bahwa dana aspirasi itu adalah Program Percepatan dan Pemerataan Pembangunan Daerah. Namun yang jadi soal dikhawatirkan dikorupsi lagi. Duitnya dari pemerintah turun tapi programnya nggak jalan. Wah, wah, wah, masuk akal juga kalo berita ini rekayasa. But, terlepas dari rekayasa atau tidak, tapi tetap kita harus menilai kasus per kasus. Gimana pun juga, masyarakatlah yang telah jadi korban. Coba deh, berapa banyak remaja dan anak-anak yang kebablasan pengen tahu dan akhirnya bela-belain ngunduh video porno tersebut dan tentu saja menontonnya.

Pelaku dan penyebar kudu dihukum

Ada wacana yang berkembang bahwa pelaku ‘sambungraga’ di video mesum yang diperankan oleh orang yang mirip Ariel, Luna Maya, dan Cut Tary adalah korban. Ya, ada yang bilang bahwa mereka korban. Itu sebabnya yang harus dihukum adalah para penyebar konten video yang katanya koleksi pribadi dari orang yang mirip selebritis di atas. Hehehe… kalo statusnya korban berarti nggak dihukum dong ya? Enak banget dong kalo gitu. Menurut saya yang kudu diseret ke meja hijau bukan cuma pengedarnya, tapi juga pelakunya. Sebab, nggak mungkin akan ada penyebaran video mesum kalo nggak ada yang membuatnya atau mengabadikan adegan asusila tersebut.

Oya, meskipun itu koleksi pribadi, tapi kalo pemiliknya lalai bisa berbahaya lho. Misalnya aja dia simpen di harddisk laptop atau komputer, atau handphone. Eh, laptop atau handphonenya ilang atau ada yang nyuri. Terus, ada yang beli, atau sebelum dijual sama malingnya dilihat-lihat dulu tuh isi laptop atau hape. Pas ada adegan begituan, muncul niat isengnya, diupload deh tuh video. Hasilnya? Nyebar seantero dunia. Apalagi didukung pemberitaan media massa. Wassalam deh. Nah, apakah pelakunya nggak dihukum? Ya, tetap dihukum dong. Karena meskipun koleksi pribadi tapi kalo udah masuk ke ranah publik si pemiliknya kudu bertanggung jawab juga.

Bener lho. Logikanya gini deh. Kalo si A punya anjing gede, gagah, dan tentu saja galak. Si A membelinya untuk koleksi pribadi. Diikat di halaman rumah. Tapi, suatu hari anjing itu lepas karena pemiliknya lalai ketika mengikat anjing galak itu. Kejadian berikutnya, banyak orang yang kena gigit si anjing galak. Kalo udah kejadian begitu apa pantas pemiliknya disebut korban? Yang pasti orang di sekitaranya yang kena gigit adalah korban dari anjing yang pemiliknya lalai.

Contoh lain: Si B iseng nanam pohon ganja di halaman belakang rumahnya. Sebagai koleksi pribadi. Niatnya sih begitu. Terus, suatu ketika ada orang yang iseng nyuri ke rumahnya di siang hari. Eh, pas kabur lewat halaman belakang, si maling tahu ada pohon ganja, dan pas nengok ke sisi rumah ada juga beberapa gulung daun ganja yang sudah dikeringkan. Maka, dicomotlah daun ganja sekalian dengan barang yang berhasil dicurinya. Ketika dia ditangkap polisi (nih singkat cerita ya hehehe—apes bener tuh maling), si maling tersebut buka mulut (pake bau juga nggak?). Sekaligus ngasih tahu kalo si pemilik rumah yang dia curi, juga menyimpan daun ganja, yang sebagian dia curi. Nah, apakah pemilik daun ganja itu sekadar korban atau wajib diseret juga sebagai pemilik barang haram? Well.. ini harus dihukum juga.

Jadi dalam kasus maraknya peredaran video porno ini, bukan cuma penyebarnya aja, tapi juga pelakunya. Walaupun itu ranah pribadi dan untuk koleksi pribadi ketika bikinnya, tapi kalo sudah masuk ke ranah publik, baik karena kelalaiannya ataupun ada laporan dari pihak lain, tetap saja pemiliknya kudu dihukum.

Pengaruh pornografi bagi remaja

Bro en Sis, dalam pemberitaan yang marak di media massa, ternyata ada yang terlupakan atau memang sengaja dilupakan, adalah dampak. Yup, dampak dari pemberitaan yang seringkali lebih mirip show dan menguliti sampai detil, bahkan disertakan gambar dan videonya segala (meskipun disamarkan) telah memberikan rasa penasaran bagi remaja—termasuk juga para orang tua sih hehehe..). Warning banget tuh!

Bener! Sebab, dengan adanya video porno ini akan mempengaruhi naluri seksual, termasuk pada diri remaja. Allah Swt. sudah ‘menyetel’ manusia secara default memiliki nasluri seksual, yang perwujudannya mencintai lawan jenis. So, kalo kian sering remaja menkonsumsi hal-hal bernuansa pornografi, maka naluri seksualnya bakalan makin bergejolak.

Selain itu, bacaan pornografi baik melalui media cetak maupun internet tentu saja sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian manusia, termasuk remaja. Apalagi jika hal itu dilakukan setiap hari. Ditambah pula dengan malas ikut pengajian atau datang ke majlis taklim. Udah deh, wassalam namanya. Kok bisa? Ya iyalah, kan di majlis taklim mah yang dibaca dan didengerin adalah ayat-ayat al-Quran atau hadis. Misalnya tentang larangan mendekati zina. Insya Allah akan mengendalikan hawa nafsu kita. Apalagi jika belajarnya serius. Bukan asal dateng terus bercanda. Ok?

Terus, apa dong yang harus dilakukan remaja terhadap masalah pornografi ini?

Hmm.. gini deh. Pertama, kamu yang cowok kudu mau mikir ribuan kali sebelum ngelakuin perzinaan (termasuk jangan dekati zina). Nah, yang mendekati zina itu adalah ngintip en nonton video mesum. Waspadalah! Kalo kita berteman dengan kaum Hawa. Hargai mereka. Kamu kan pasti punya ibu, atau mungkin punya adik dan kakak perempuan. Sebelum berzina dengan pacarmu, pikirin dulu gimana kalo ibumu, kakak dan adik perempuanmu ada yang menzinai? Wedeh.. pasti nggak rela kan. Makanya, jangan coba-coba melecehkan wanita dengan cara memacarinya, apalagi menghamilinya. Hih, jangan sampe ‘test drive’ segala kalo belum resmi nikah. Dosa, euy!

Kedua, pikirkan masa depanmu, Bro. Jangan sampai rusak hanya gara-gara sering ngintip pornografi (film dan gambar). Ih, kalo isi otak kamu cuma dipenuhi dengan bayangan erotis dan sensual, rasanya hidup nggak ada artinya deh. Suer. Gimana nggak, kamu hanya kecanduan pornografi. Padahal seharusnya ‘kencanduan’ ngaji, belajar dan dakwah. Iya nggak sih? So, hentikan deh kegiatan ngintipin mulu pornografi ke hal yang positif, misalnya ngintipin ayat-ayat al-Quran sebagai pedoman hidup kita. Terus, dibaca dan diamalkan. Ok?

Ketiga, prioritaskan keperluan hidupmu. Yup, daripada tuh duit dipake beli download-an video porno atau main internet saban hari nyari konten-konten mesum, mendingan tuh duit ditabungin. Udah jelas itu cara sehat berhemat. Bisa juga duitnya dibeliin baju, buku, shadaqah atau keperluan bermanfaat lainnya. So, mumpung masih muda, nggak usah mikirin yang begituan. Suatu saat, kalo udah mapan dan kuat ilmu dan mentalnya, silakan nikah aja. Kalo cuma pacaran, itu mah mental pengecut!

Keempat, kita lawan pornografi dan kasihani pelakunya. Eit, tunggu dulu. Maksud saya mengasihani pelakunya itu adalah karena bisa jadi mereka nggak sadar dan lupa (termasuk melupakan), atau belum tahu (termasuk yang tak mau tahu). Kasihan, andai mereka tahu dan takut pasti nggak mau melakukan perbuatan bejat yang mengundang laknat itu. Sebab, kalo mereka nggak tobat, tubuhnya bisa jadi bahan bakar api neraka. Naudzubillahi!

Jadi, tulisan ini pun sekaligus untuk media menyadarkan siapapun para pelaku pornografi dan perbuatan melanggar syariat Islam lainnya, bahwa perbuatannya pasti nanti akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. Di dunia ini mungkin nggak mau ngaku karena gengsi dan malu, atau bisa lolos dari pengadilan dunia dengan membayar sejumlah uang untuk pengacara dan hakim. Hmm… ingatlah di akhirat Allah Swt. tak akan bisa disuap. Hukum berat menanti. Jangan sampe deh! (sori, ini bukan nakut-nakutin lho, tapi emang demikian adanya). Ayo kita lawan pornografi! [solihin: osolihin@gaulislam.com]

1 thought on “Melawan Pornografi

Comments are closed.