Watatatatauu… Inul makin heboh. Inul dibela, Inul dicela. Begitu kira-kira untuk menggambarkan �perang’ antara yang pro dan yang kontra dengan goyang ngebor Inul. Aduh biyung, banyak penduduk negeri ini yang aneh-aneh. Hueran bener ya? Kok nyang aneh-aneh disuka? Puyeng kita nih. Sudahlah �hantu’ disenengi (tengok aja acara bernuansa klenik di layar kaca), eh jajanan bernuansa yang nyerempet-nyerempet urusan seks juga pada doyan ditonton. Bener kata banyak pengamat media, sekarang ini jajanan yang disuka adalah SMS (Seks, Mistik, dan Sport). Laku bak kacang goreng. Walah?
Sobat muda muslim, kontroversi Bang Haji Rhoma Irama dengan Inul kayaknya bakal terus menggelinding. Meski katanya ada desas-desus mau pada baikan dengan merencanakan mentas bareng di acara “Duet� SCTV. Wallahu’alam. Kita menulis lagi di buletin ini pun bukan maksud ikut-ikutan membela salah satu yang sedang bertikai. Sori lha yauw. Kita tetep pada jalur kebenaran agama Islam. Jadi, ya untuk membela Islam dong, dan tentunya menyelamatkan generasi muda Islam ini.
Setelah �fatwa’ haram Bang Oma untuk penampilan kacau Inul dan Annisa Bahar, api peperangan kian membesar. Tentunya ada dua kubu dong yang siap bertempur. Itu sebabnya, FBI (fans berat Inul), sudah pasti berdiri di belakang wong Gempol, Pasuruan itu. Sebaliknya, yang merasa risih dengan goyang ngebor bin ngecor milik Inul Daratista ini, siap-siap melawan. Walah, perang besar neh?
Rieke Dyah Pitaloka, satu di antara sekian banyak selebriti Indonesia yang kayaknya rada-rada pro kebebasan, “Pemboikotan harus kita balas dengan boikot. Dan jangan bawa-bawa agama. Agama untuk masing-masing,� demikian pernyataan Rieke mewakili para seniman lainnya usai acara pembacaan sikap dukungan kepada Inul di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Rabu (30/4/2003). (detik.com, 30 April 2003)
Sobat muda muslim, seperti yang udah kamu saksikan di televisi dan baca di media cetak, Inul memang lagi laku en ngetop banget. Apakah ngetopnya dengan yang baik atau justru yang rusak, kayaknya nggak jadi soal. Tapi biasanya, yang jelek ngetopnya mampu mengalahkan ketenaran yang baik-baik. He..he..he. bukan kita ngiri lho. Bener juga ternyata pepatah Arab, “Jika ingin terkenal, silakan kencingi sumur zam-zamâ€?. Hi..hi..hi… terkenal sih terkenal, tapi jeleknya itu lho. Gedubrak!
Inul, juga Annisa Bahar memang sedang dibidik habis-habisan. Wajar juga sih digituin. Bagi kamu yang pernah nonton acara “Duet Maut� di SCTV, kayaknya bakalan gerah juga. Inul pun pernah hadir di acara itu dan memamerkan keahliannya dalam goyang ngebor. Acara itu pun ratingnya cukup tinggi. Menurut Budi Darmawan, Manajer Humas SCTV, tayangan Duet Maut cukup digemari pemirsa. Bahkan, banyak kalangan yang secara tegas menilai bahwa tontonan itu, khususnya goyangan Inul bukanlah tontonan yang merusak akhlak. Gedubrak! (keyboard komputer ampe mau jatuh neh.. keselek baca komentar ini)
Berdasarkan data yang ada, rating untuk penampilan Inul terbilang tinggi. Saat berduet dengan Anissa Bahar rating “Duet Mautâ€? mencapai 15,3, dengan persentase pemirsa yang menonton pada jam tersebut (share) sebesar 37,9 persen. Sementara ketika tampil dengan Thomas Djorghi, ratingnya 13,4 dan share-nya 33,2 persen. “Selama ini tanggapan terhadap acara ini baik-baik saja,” katanya. (kompas.com, 21 April 2003)
Berbeda dengan SCTV, Mita Nuraini, humas RCTI mengatakan pihaknya belum mengambil sikap apakah akan tetap memakai Inul dan Annisa Bahar atau tidak. “Sebab, pemirsa yang memprotes maupun mendukung Inul porsinya sama. Jadi, kami masih menunggu perkembangan,� ujar Mita, Senin (28/4) (Tabloid Nova, No. 792/XVI, 4 Mei 2003)
Sobat muda muslim, kayaknya pro-kontra ini akan terus berlanjut. Menggelinding bagaikan bola salju. Kian lama bisa jadi kian besar. Mau nggak mau kita juga kudu bertindak. Harus!
Ide gila HAM
Jangan heran or jangan bingung sobat kalo di negara yang menerapkan sekularisme, yakni �akidah’ dari sistem kapitalisme akan banyak keanehan bin kejanggalan. Menurut kita, yang insya Allah masih ingin hidup secara islami, tentu aja menganggap yang aneh-aneh itu sebagai kerusakan. Tapi, bagi mereka yang menikmati dan bahkan menjadi pengemban ide-ide rusak dan sesat (salah satunya HAM) milik kapitalisme, mereka akan menganggapnya sebagai sebuah kewajaran. Celaka memang.
Ambil contoh sekarang, mereka yang membela �mati-matian’ Bu Inul. Padahal, udah jelas kesalahannya. Melakukan goyangan heboh di muka umum. Alasannya, mereka berpedoman kepada HAM. Intinya, jangan memasung kreasi seseorang, apapun perbuatannya. Apalagi, selama dalam undang-undang yang ada dibolehkan, kenapa tidak? Waduh, celaka dua belas euy. Ini kudu segera dibenahi. Gaswat bener!
Simak pernyataan Gus Dur, mantan orang nomor wahid di negeri ini, “Siapapun yang melarang kebebasan berekspresi berarti melanggar hak asasi manusia,� tegasnya. Menurut Gus Dur, tidak ada kebebasan seni dan ekspresi yang bisa dilarang oleh seseorang, termasuk Rhoma Irama. Kecuali orang tersebut melanggar undang-undang.
“Dan yang berhak menilai apakah Inul melanggar Undang-undang itu bukan haji Rhoma Irama, melainkan Mahkamah Agung,� ujar Gus Dur. (astaga.com, 29 April 2003)
He..he..he. jadi jangan hueran kalo orang bebas berbuat apa saja, karena punya senjata andalan, HAM. Berbuat memalukan pun nggak merasa malu dan hina. Mungkin sebaliknya malah bangga. Celakanya lagi, yang menyaksikan pun merasa tidak perlu menceramahi yang bersangkutan.
Waktu Eno Lerian MBA (married by accident), karena saat melangsukan pernikahan tengah hamil 5 bulan, doi nggak merasa risih ditanya ini dan itu sama wartawan yang mewawancarainya. Masyarakat pun setia ngikutin perkembangannya tanpa protes keras. Kita sih khawatir aja doi bilang, “Ini kan berkat Tuhan juga. Buktinya, banyak tamu yang datang untuk memberikan doa restu.� Gubrag!
Inul juga bilang, “Inul tetap Inul. Ciri khas Inul seperti ini. Ini merupakan karunia Allah, Inul berterima kasih kepada Allah. Inul bisa begini karena Allah. Semua terserah kepada Allah,�ujarnya tanpa emosi. (ngalam.web.id, 29 April 2003)
Yee…pake ngeluarin â€?dalil’ segala Mbak Inul. Kalo urusan rejeki memang Allah yang ngatur Mbak. Lha wong orang kafir aja dikasih rejeki sama Allah. Masalahnya, kita kan pengen dapet rejeki yang berkah dan halal. Tul nggak?
Sobat muda muslim, kita sih kepikiran begini, apa mereka nggak merasa kalo perbuatannya bakalan diikutin semua orang? Ya, siapa tahu banyak yang terinspirasi untuk melakukan hal serupa, atau bahkan lebih heboh lagi. Udah ada contohnya kok. Kompas edisi 09 Maret 2003, memuat laporan tentang maraknya �inulitas’ (boleh jadi terinspirasi dari Inul). Biasanya mereka berani bergoyang hot di acara sunatan atau pesta penikahan yang menyewa hiburan �orgen tunggal’. Murah-meriah. Artis lokal, juga nggak jarang didukung aparat desa. Soal gaya? Nggak beda dengan Inul yang tarifnya ratusan juta. Nyang penting ngebor bin ngecornya kali yee.. Astaghfirullah.
Memang aneh bin ajaib. Atas nama HAM, seseorang boleh berbuat sesukanya, dan seseorang nggak boleh melarang orang lain kalo doi nggak suka. Idih, jadi bingung kan? Pantesan aja maksiat jalan terus. Itu sebabnya, yang protes malah dianggap merusak kreativitas seseorang. Benar-benar ide gila!
Ganyang kemungkaran!
Benar, kita kudu mengkampanyekan antikemungkaran. Nah, karena dalam Islam tidak dikenal kebebasan bertingkah laku, maka cara Islam untuk meluruskan perilaku buruk itu adalah dengan menasihatinya. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; bila ia tidak mampu, maka dengan lidahnya, dan kalau tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.� (HR Muslim)
Nah, kewajiban kita sebagai muslim adalah menyerukan kebenaran ini. Jangan takut dengan ancaman orang-orang yang mengancam, dan jangan minder dengan celaan orang-orang yang mencela. Maju terus pantang mundur. Kita terus berdakwah. Kita wajib membela Islam. Firman Allah Swt.:
?§?¯?’?¹?? ?¥???„???‰ ?³???¨?????„?? ?±???¨?‘???ƒ?? ?¨???§?„?’????ƒ?’?…???©?? ?ˆ???§?„?’?…???ˆ?’?¹???¸???©?? ?§?„?’????³???†???©?? ?ˆ???¬???§?¯???„?’?‡???…?’ ?¨???§?„?‘???????? ?‡?????? ?£????’?³???†??
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.� (QS an-Nahl [16]: 125)
Dalam pandangan Islam, berpartisipasi dalam pagelaran semacam goyang ngebor Inul dan kawan-kawannya jelas terlarang alias haram. Baik penyelenggara, yang manggung, maupun penontonnya. Bagi penyanyi or penari (yang manggung) jelas telah melanggar ketentuan Islam dalam urusan aurat. Kita akan banyak temukan adanya perintah untuk menutup aurat. Lihat al-Quran surat an-Nuur ayat 31: “…Janganlah mereka menampakkan perhiasannya (anggota badannya) kecuali yang biasa tampak dari padanya…�
Ayat ini dengan jelas melarang wanita untuk tidak menampakkan auratnya. Yang boleh terlihat hanyalah apa-apa yang biasa tampak. Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud adalah wajah dan telapak tangan.
Bagi yang melihatnya bagaimana? Setali tiga uang! Sedangkan bagi penyelenggaranya, ia telah membuat sarana (wasilah) yang jelas-jelas untuk berbuat maksiat. Tentu jatuhnya haram juga dong!
Kita tentu sama-sama prihatin bahwa ternyata mental kapitalis–mencari untung dengan �menghalalkan’ segala cara–sudah membudaya di negeri ini. Kasus goyang? ngebor bin ngecor yang dipelopori Inul bisa menjadi contoh betapa ada sejumlah orang (termasuk Inul tentunya) yang rela mengorbankan mental dan akhlak remaja bangsa, hanya demi sedikit keuntungan. Pada nyadar ngapa?
Dan seperti biasa, andai terjadi pelanggaran susila akibat kejadian tersebut, pasti mereka akan cuci tangan sebersih-bersihnya. Persis jawaban para artis dan seniman pornografi yang dengan enteng ngeles dengan mengatakan, “Kalau ada orang yang tergoda itu salah mereka sendiri, kenapa punya pikiran kotor.� Yee… nyalahin orang!
Semoga kita tidak lupa dengan sabda Rasulullah saw.: “Apabila telah tampak perzinahan dan riba di suatu daerah, maka penduduk daerah itu telah menghalalkan diri mereka sendiri untuk mendapatkan adzab Allah� (HR. Ath Thabrani, Al Hakim dari Ibnu Abbas, dalam kitab Fathul Kabir jilid I hal. 132).
Nah, kalau masyarakat tidak ingin tertimpa berbagai azab dari Allah yang pastinya pedih, harus ada kesadaran dan aksi menentang pornografi dan sejenisnya (seperti yang Inul dkk lakukan). Masyarakat harus kompak dalam menilai suatu perbuatan. Jika salah, katakan salah, dan jika benar, tentu katakan benar. Masyarakat jangan cuek bebek aja. Betul?
Nah, selanjutnya, kita berharap negara punya kepedulian dan keberanian untuk menjalankan aturan yang keras bagi para penjahat susila itu. Karena kalau ini terus dibiarkan, apa jadinya gambaran moral anak-anak bangsa di masa depan. Jangan-jangan semua menjadi budak nafsu rendahan. Nau’dzubillah!
Masalahnya, berani nggak ya pemerintah tegas? Kalo dalam sistem Islam, iya. Sekarang?
Oke deh, ayo kita berjuang demi menegakkan Islam sebagai ideologi negara. Satukan pikiran dan tenaga kita untuk melawan segala jenis kemungkaran. Tetap semangat!
(Buletin Studia – Edisi 143/Tahun ke-4/5 Mei 2003)