gaulislam edisi 294/tahun ke-6 (1 Sya’ban 1434 H/ 10 Juni 2013)
Kalo dengan sang inceran kita biasa nyari-nyari perhatian, bisa curi pandang kalo kebetulan si dia ada di kelas, kenapa dengan Allah tidak bisa? Kalo dengan si dia yang udah mencairkan dinding es yang selama ini kita bangun, kita bisa begitu getol menjaga penampilan agar ia tetap merasa betah melihat kita, kenapa dengan Allah tidak bisa? Ah, rasanya nggak adil deh kalo njomplang begitu.
Memang sih, Allah Mahatahu apa yang kita lakuin, nggak perlu mencuri perhatianNya pun Allah tahu apa maksud kita. Ini sekadar ungkapan aja kalo kita pun bisa membuat Allah bahagia dengan apa yang kita perbuat. Aktivitas mulia penuh pahala dan taat syariatNya, udah cukup menarik perhatian Allah kepada kita untuk lebih sayang dan cinta kepada kita.
Oya, mencintai Allah tuh jauh lebih besar manfaat dan pahalanya ketimbang mencintai makhluk-makhlukNya. Karena apa? Karena Allah adalah Pemilik Cinta, dan sekaligus Pemberi Cinta kepada kita-kita sebagai makhlukNya. Bahkan Allah sudah memberikan sinyal kuat kepada kita dalam sebuah hadis Qudsy: “Kalau hambaKu mendekat sejengkal, Kusambut ia sehasta. Kalau ia mendekat sehasta, Kusambut ia sedepa. Kalau hambaKu datang padaKu berjalan, Kusambut ia dengan berlari…”
Duh, betapa begitu besar cinta Allah kepada kita, hambaNya. Tidakkah ini membuat cinta kita lebih besar lagi kepada Allah Swt.? Hmm…rasanya kita perlu berlari untuk mendekat kepadaNya. Subhanallah.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, kalo mau jujur, ternyata kita jarang banget mencuri perhatian Allah. Kalo benar kita cinta kepadaNya, seharusnya memang kita sering mencuri perhatianNya agar Dia suka kepada kita. Sebagaimana halnya kalo kita sering CPCP alias curi pandang cari perhatian dengan orang yang kita incer abis-abisan. Harapannya, tentu ketika beradu pandang atau ketika dia melihat penampilan dari pesona yang kita miliki bisa jatuh hati. Ya, ibarat memasang ranjau deh. Ehm, ati-ati aja kena batunya.
Kalo dengan lawan jenis kita begitu merasa harus tampil sempurna supaya bisa dilirik. Sampe-sampe berdandan abis-abisan. Memang sih, dengan mencuri perhatian lawan jenis jika kita punya niat untuk menikah dengannya, bagus juga. Itu sebabnya nggak dilarang kok untuk berdandan, begitu pula nggak ada salahnya kalo kita memoles pesona yang kita miliki agar orang lain suka dengan kita.
Bahkan bila kita nggak ideal sekalipun dalam bentuk fisik, kita selalu memoles pesona lain yang bisa dibanggakan kepada orang lain (kepandaian, sopan-santun, kelembutan, kepedulian dan sejenisnya) supaya berhasil mencuri perhatian orang yang kita sukai. Karena kita merasa yakin bahwa acapkali rasa suka itu berawal dari hal yang sepela saja. Kemudian kita meyakin-yakinkan diri untuk nggak minder ketika kita nggak punya pesona yang ideal kayak orang lain. Misalnya tetep pede meski wajah kita pas-pasan, tubuh kita semampai alias semeter pun nggak sampai (bilang aja pendek!), kurus, item, dekil, penyakitan pula (komplikasi antara bisul dan kudisan), kepala gundul karena emang nggak tumbuh rambut, ada sedikit jenggot (tapi sering ketuker mengindentifikasi apakah itu jenggot atau malah akar gigi!), eh, miskin pula. Waduh, kok merana banget (hiperbolis kayak di sinetron!). Lebay!
Kuatkan pesona kita
Sobat gaulislam, ngomongin soal pesona ini, suatu ketika saat Nabi sedang duduk dengan salah seorang sahabatnya, ada seorang ganteng melintas di depan mereka. Nabi bertanya kepada sahabatnya, “Bagaimana pendapatmu tentang orang itu? “O Rasulullah! Dia termasuk golongan yang mulia. Orang seperti dia kalau meminang siapa saja pasti diterima, kalau minta tolong pasti ditolong,” jawab sahabat. Nabi diam saja. Tak lama kemudian, seorang hitam dan tidak ganteng melintas di depan mereka. “Bagaimana kalau orang ini?’’ tanya Nabi. Sahabat cepat menjawab, “Wah, kalau ini sih sudah kelihatan dari golongan miskin. Orang seperti dia kalau meminang tidak akan ada yang mau menerimanya. Kalau minta bantuan, sulit akan mendapatkan bantuan. Kalau ngomong tidak ada orang yang mau mendengar.’’
Mendengar komentar sahabatnya tadi, Nabi berkata, “Orang kedua ini lebih baik dari seisi bumi, dibandingkan dengan orang yang pertama tadi.” Artinya, jangan tertipu oleh penampilan fisik. Seperti kata pepatah: Beauty is not in the face, beauty is a light in the heart (kecantikan bukan pada wajah, melainkan cahaya dari dalam hati).
Rasulullah saw. menegaskan, “Allah tidak melihat kepada bentukmu dan penampilanmu, tapi Allah melihat kepada amal dan hatimu” (HR Muslim)
Dalam khutbah terakhirnya, Nabi mengulang pesan itu: ‘’Wahai sekalian manusia, ingatlah bahwa Tuhan kamu satu dan bapak kamu satu. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ‘Ajam (non-Arab) dan orang ‘Ajam atas orang Arab. Juga tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang hitam dan bagi orang hitam atas orang merah, kecuali karena takwa” (HR Ahmad dari Abu Nadlrah)
Itu sebabnya, Bilal budak hitam lebih layak masuk surga ketimbang Abu Jahal dan Abu Lahab yang gagah tinggi besar. Demikian pula Amr Ibnul Jamuh yang kakinya pincang, atau Abdullah bin Mas’ud yang kakinya kecil. Keduanya bagian dari sahabat terbaik Nabi.
Jadi, poleslah pesona yang kita miliki untuk memunculkan rasa suka orang kepada kita. Sebab, jangan sampe kekurangan dalam bentuk fisik kian menambah parah keadaan karena kita nggak bisa menghadirkan pesona lain, yakni keimanan, ilmu, dan ketakwaan. Jangan sampe kita melengkapi sendiri penderitaan kita dengan kekurangan yang lain. Sudahlah jelek fisik, jelek pula tabiat dan kendor iman. Idih, sapa yang mau milih? Masih mending sih kalo masuk nominator untuk dipilih mah, tapi gimana kalo justru orang udah sebel duluan sama kita. Boro-boro milih, suka aja nggak. Gawat kan?
Sobat gaulislam, yakin saja, bahwa rasa suka akan mengalahkan segala hambatan yang bersifat fisik untuk bisa menarik perhatian orang lain (termasuk lawan jenis untuk menyukai kita), asal kita adalah orang yang bertakwa. So, pertahankan dan terus tingkatkan ketakwaan kita, insya Allah masih banyak calon pasangan hidup yang masih melihat dengan “mata batinnya”. Insya Allah yang baik bakalan dipasangkan oleh Allah Swt. dengan yang baik pula. Tugas kita sekarang adalah memoles apa yang kita miliki (keimanan dan ketakwaan) untuk menciptakan rasa suka siapa saja kepada kita. Kalo pun udah berusaha sekuat tenaga tapi tidak ada juga lawan jenis yang melirik kita (karena mereka lebih melihat fisik kita ketimbang ketakwaan kepada Allah yang kita miliki), yakin saja bahwa Allah pasti menyukai kita.
Tuh, untuk mencuri perhatian lawan jenis aja kita sampe bela-belain memoles pesona kita berupa ketakwaan kepada Allah, agar lawan jenis (khususnya inceran kita) bisa melihat kita dan syukur-syukur kalo tertarik kepada kita, mengapa kepada Allah nggak melakukan hal yang sama (atau bila perlu lebih dari itu?).
Padahal, Allah telah memberikan segalanya kepada kita. Kalo lawan jenis hanya memberikan senyuman, rasa nyaman, dan pesona yang menyenangkan hati kita, Allah malah sudah memberikan segalanya kepada kita, termasuk menumbuhkan rasa cinta dalam diri kita kepada lawan jenis kita. Catet!
Itu sebabnya, karena Allah telah begitu banyak memberi untuk kita, apa kita bisa tulus mencintai Allah Swt.? Seharusnya bisa. Wong Ari Lasso aja untuk bukti cintanya kepada lawan jenis sampe bersenandung lirih dalam lagu Tulus seperti ini: “Sesungguhnya semua cintaku tulus kupersembahkan untukmu. Hingga saat ajal menjumputku. Tak pernah kuberharap darimu, tuk membalas semua cintaku. Biarlah menghiasi mimpiku, tuk selamanya…” *Duilee.. sampe segitunya ya? Seharusnya mencintai Allah Swt lebih tulus dari ini.
Bro en Sis, ‘penggila’ gaulislam, seharusnya kita yakin banget dengan Allah Ta’ala, bahwa hanya Dia satu-satunya yang akan memberikan segalanya untuk kita. Itu semua Dia lakukan karena cintaNya kepada kita sebagai makhlukNya. Itu sebabnya, hari gini masih nggak cinta sama Allah dengan sepenuh hati, rasanya basi deh. Udah kadaluarsa alias nggak jaman. Kita bisa berpikir lebih dalam lagi bahwa memang Allah layak untuk kita cintai di atas kecintaan kita kepada makhluk-makhlukNya dan indahnya pernak-pernik dunia yang berhasil dimodifikasi oleh makhlukNya.
Oya, pernah nggak kamu pdkt alias pendekatan sama seseorang yang mampu melelehkan hatimu? Hmm… deg-degan juga kan? Khawatir pendekatan kita nggak sempurna dan gagal mencuri perhatiannya. Segala daya dan upaya kita jajal, sambil berharap ia berpaling kepada kita. Asyik juga ya?
Nah, bagaimana jika kita pdkt juga kepada Allah? Rasa-rasanya pasti lebih seru. Bener lho, orang yang melakukan pdkt jelas karena ada yang diharapkan dari yang sedang didekati. Kita bisa mencoba deketan sama inceran, karena kita udah kadung jatuh hati karena pesonanya. Jadi, cinta juga memang memerlukan sebab, “kenapa jatuh cinta?”.
Sebaliknya, kalo sebab yang membuat kita cinta itu lenyap, maka kita nggak bakalan lagi jatuh cinta. Ibnu Qayyim menuliskan dalam kitab cinta yang sangat populer, Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin, “Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab…”
Sobat gaulislam, pertanyaannya sekarang, “Apakah ada sebab untuk mencintai Allah, sehingga kita perlu mencari perhatianNya?” Ehm, alasannya tentu ada dong sayang. Wong kepada makhlukNya aja kita bisa jatuh hati dan cinta setengah mati hanya karena melihat pesona yang dimiliknya. Entah gaya bicaranya, entah itu wajahnya, bisa juga karena kepintarannya, termasuk perangainya, pun karena bentuk fisik yang membuatmu jatuh cinta. Bener nggak seh?
Nah, harus diakui bahwa Allah punya banyak pesona yang itu layak kita kagumi dan membuat kita lebih mencintaiNya (seperti yang udah saya paparkan di bagian awal tulisan ini), dan punya alasan bagi kita untuk bisa mencuri perhatainNya. Alasan sederhananya, karena Allah adalah pencipta semesta alam dan seluruh isinya, termasuk kita. Hmm… sangat pantas tentunya kalo kita mencintaiNya.
Bukan apa-apa, kalo kita sering kagum dan jatuh cinta dengan seseorang yang cerdas, maka Allah lebih harus kita kagumi dan cintai karena Dia yang menganugerahkan kecerdasan kepada orang yang kita anggap cerdas. Begitu pun kalo kita mengagumi seseorang yang punya wajah yang menggetarkan nurani kita, maka seharusnya kita berpikir lebih jauh, bahwa Allah layak lebih kita cintai karena Dia telah menciptakan orang yang kita anggap punya wajah yang enak dipandang mata itu. Bagaimana? [solihin | Twitter @osolihin]