Friday, 22 November 2024, 10:10

Sebut saja Sinta, gadis berjilbab itu merasa resah dan cemas. Hari-harinya ia lalui dengan perasaan takut dan khawatir. Apa pasal? Sinta dan beberapa orang temannya tiga hari yang lalu dipanggil salah seorang guru. Sinta diinterogasi atas sikapnya yang keukeuh untuk tidak menanggalkan jilbabnya di sekolah tersebut. Maklum, pihak sekolah sangat keberatan dengan banyaknya siswi yang mengenakan busana muslimah, padahal sekolah tersebut bukan sekolah agama. Walah, kenapa resah, bukankah itu kudu disyukuri?

Kecemasan Sinta kian menebal saat pihak sekolah mengancam akan “merumahkan� siswi yang tetep ngotot untuk memakai jilbab ke sekolah. Ancaman tersebut dibuktikan dengan surat edaran kepala sekolah yang menyatakan bahwa, jika ada siswi yang tetap bersikeras mengenakan busana muslimah itu ke sekolah, maka dipastikan siswi tersebut akan diskors dan tidak dibolehkan mengkuti ujian Cawu di sekolah. Ancaman seperti ini tentu aja bikin ciut nyali para siswi berjilbab. Bukan tak mungkin bagi mereka yang lemah iman bakalan keder bin riweuh lalu mengalah terhadap peraturan sekolah tersebut. Bahaya bin gaswat!

Sobat muda muslim, yang jadi pertanya-an adalah, mengapa sekolah bisa begitu kejam dalam bersikap terhadap para siswi muslimah yang ngotot mengenakan jilbab ke sekolah? Bukankah hal itu udah nggak jamannya lagi? Wuah, kayaknya kita kudu menelusuri lebih jauh. Siapa tahu, emang ada salah paham di antara pihak sekolah dengan teman remaja puteri. Atau jangan-jangan emang sengaja kasus tentang jilbab sekolah ini kembali dimunculkan oleh pihak-pihak yang nggak suka dengan maraknya syiar Islam. Kita kudu teliti dulu, sobat.

Hmm…, kalo diperhatiin, sebenarnya nggak beralasan pihak sekolah mengeluarkan “ultimatumâ€? seperti itu. Mengapa? Sebab, apa salahnya jilbab? Apakah pelajar puteri yang ingin melaksanakan salah satu kewajibannya dalam Islam dianggap melanggar aturan sekolah? Juga, apakah merupakan sebuah aib bila sekolah negeri atau yang bersifat umum (baca: bukan sekolah agama) banyak siswi muslimahnya mengenakan jilbab? And than… apakah akan mengganggu proses belajar mengajar hanya karena para siswinya mengenakan jilbab? Kita rasa beberapa pertanyaan ini perlu dijawab oleh pihak sekolah. Walah berani amat…? He..he…he… adakalanya memang kita tak perlu takut dalam beberapa hal. Utamanya bila itu menyangkut urusan keyakinan dalam beragama.

Memang aneh bin ajaib kalo merhatiin keadaan sekarang. Misalnya aja akhir tahun lalu, seorang karyawati SOGO, Mbak Misye A Sasongko, harus memilih keluar dari perusahan tersebut. Pasalnya, pihak perusahaan keberat-an bila karyawatinya mengenakan jilbab. Konon kabarnya akan merusak citra perusahaan tersebut. Walah? Apa hubungannya coba? Apakah karena jilbab dianggap menghambat produktivitas dan melemahkan etos kerja? Rasanya semua pihak kudu melihat persoalan ini dengan bijak. Jilbab bukan masalah!

Definisi jilbab
Sobat muda muslim, mungkin kejadian ini bisa muncul karena kesalahan dalam memahami dan mendefinisikan jilbab. Rasanya, banyak juga di antara kaum muslimin sendiri agak kesulitan dalam mendefinisikan jilbab. Ada yang bilang bahwa jilbab itu, ya kerudung itu. Kalo ada anak puteri udah pake kerudung, lantas disebut udah pake jilbab. Wah, itu salah besar. Dan jelas belum dikatakan berjilbab. Firman Allah Swt.:

?????§?£?????‘???‡???§ ?§?„?†?‘???¨?????‘?? ?‚???„?’ ?„?£?????²?’?ˆ???§?¬???ƒ?? ?ˆ???¨???†???§?????ƒ?? ?ˆ???†???³???§???? ?§?„?’?…???¤?’?…???†?????†?? ?????¯?’?†?????†?? ?¹???„?????’?‡???†?‘?? ?…???†?’ ?¬???„?§???¨?????¨???‡???†?‘?? ?°???„???ƒ?? ?£???¯?’?†???‰ ?£???†?’ ?????¹?’?±?????’?†?? ?????„?§?? ?????¤?’?°?????’?†?? ?ˆ???ƒ???§?†?? ?§?„?„?‘???‡?? ?????????ˆ?±?‹?§ ?±???­?????…?‹?§

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-nya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”(TQS. al-Ahzab [33]: 59).

Yup, kita coba ngasih penjelasan. Begini sobat, jilbab bermakna milh?¢fah (baju kurung atau semacam abaya yang longgar dan tidak tipis), kain (kis?¢â€™) apa saja yang dapat menutupi, atau pakaian (tsawb) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Di dalam kamus al-Muh?®th dinyatakan demikian: Jilbab itu laksana sird?¢b (terowongan) atau sinm?¢r (lorong), yakni baju atau pakaian yang longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutupi pakaian keseharian-nya seperti halnya baju kurung.

Nah, kalo mau pengen tahu penjelasan tambahannya, ada juga keterangan dalam kamus ash-Shahh?¢h, al-Jawh?¢r?® menyatakan: Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milh?¢fah) yang sering disebut mul?¢â€™ah (baju kurung).

Nah, kapan mengenakan jilbab? Yang pasti kalo seorang muslimah pergi keluar rumah. Atau kalo pun di dalam rumah, saat ada tamu asing (bukan mahrom). Sebab memang tujuannya juga adalah untuk menutup auratnya. Oya, untuk bisa disebut mengenakan busana muslimah, maka seorang muslimah harus mengenakan jilbab lengkap dengan kerudungnya. Begitu deh, secara singkatnya.

Persoalan inilah yang kayaknya nggak nyambung bagi pihak sekolah. Utamanya untuk kasus yang terjadi sekarang. Kalo dulu pihak sekolah mengikuti peraturan Depertemen PDK dalam aturan pakaian seragam sekolah yang emang melarang sama sekali bagi siswi muslimah untuk mengenakan kerudung, apalagi jilbab. Aturan itu dirasa begitu “kejam�. Tapi yang terjadi sekarang, pihak sekolah konon kabarnya masih membolehkan siswi yang berkerudung, tapi syaratnya masih mengenakan pakaian atas-bawah (baca: kemeja dan rok).

Tentu saja, bagi para siswi yang udah mendapat pemahaman bahwa jilbab adalah seperti dalam definisi di atas, maka wajar bila kemudian ia menjahit pakaian atas (baju) dengan pakaian bawah (rok). Sehingga menjadi nyambung (baju terusan). Nah, rupanya pihak sekolah rada ngadat dengan kejadian ini. Dan dianggap telah menyalahi aturan pakaian seragam sekolah yang telah ditetapkan Depdiknas. Walah?

Sobat muda muslim, mungkin disinilah letak masalahnya. Yakni kesalahan dalam memahami definisi jilbab. Sebab, pihak sekolah nggak melarang bagi mereka yang mengenakan kerudung dan pakaiannya (baju dan rok) yang nggak dijahit.

Bagaimana sikap kita?
Oke deh. Kalo itu persoalannya, ini jelas harus dibicarakan dengan pihak sekolah. Kamu bisa?  mengadakan dialog secara terbuka dengan para guru dan kepala sekolah untuk menjelaskan definisi jilbab, dan konsekuensi bagi seorang muslimah ketika mereka mengetahui tentang kewajiban untuk mengenakannya. Bila itu tidak berhasil, rasanya kamu butuh mediator. Bisa dari orang tua murid. Bisa juga dari guru yang udah mendukung langkah kamu. Atau bisa mencari dukungan dari seluruh kaum muslimin yang ada di wilayah kamu.

Tapi yang jelas, kamu jangan menyerah dengan kenyataan ini. Dan jangan pernah ada istilah putus asa. Sebaliknya, kamu nyari dukungan dari berbagai kalangan. Dan yakinlah, bahwa sikap keukeuh kamu dalam berjilbab adalah bagian dari upaya untuk mempertahan-kan keyakinan agama.

Sobat muda muslim, kita mengakui kok, bahwa tak selalu mudah menghadapi setiap masalah. Itu sebabnya, kita kudu menggalang kekuatan bersama. Misalnya aja, bila kemudian jalan dialog mengalami deadlock alias jalan buntu, maka bagaimana sikap kita?

Tetep yakin. Jangan menyerah. Anggap saja itu sebagai rintangan dalam perjalanan dakwah kita. Dan rintangan bukan untuk dihindari, tapi disingkirkan. Bila di jalan ada duri, kamu jangan nyari jalan lain, tapi singkirkan duri itu, supaya kamu tetep bisa jalan di jalan yang sama.

Sobat muda muslim, kamu juga kudu yakin, bahwa nggak bakalan pihak sekolah itu mengambil tindakan yang begitu berbahaya, misalnya mengeluarkan kamu dari sekolah. Insya Allah itu tidak akan terjadi. Lagi pula apa salahnya? Karena melanggar aturan sekolah? Wuah, rasanya kita kudu menyampaikan bahwa Islam sebagai patokan dalam kehidupan seorang muslim. Setiap muslim, siapa pun ia, wajib terikat dengan hukum syara. Dan hanya patuh pada hukum Islam, bukan hukum yang lain. Jadi emang Islam nggak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Nggak bisa juga dikavling-kavling dalam melaksanakan kewajiban. Misalnya, untuk mengenakan jilbab hanya boleh di sekolah agama atau pesantren. Walah, ini mah bisa diketawain ama semut tuh.

Nggak bisa. dan emang nggak boleh dipisahkan seperti itu. Di manapun dan kapanmu, seorang muslim, siapapun ia, wajib terikat dengan aturan Islam. Bukan aturan yang lain.

Uppss.. tapi kayaknya nggak ada yang berani deh pihak sekolah melakukan konfrontasi dengan siswanya sendiri. Lagian daripada capek-capek “ngatur� yang udah baik-baik, mendingan ngurusin temen-temen remaja puteri Islam yang masih bermasalah. Pamer aurat, terlibat seks bebas, terlilit masalah narkoba. Itu lebih bermanfaat dan emang bagian dari tanggung jawab dalam mendidik. Lagian dosa kan membiarkan anak-anak puteri pamer aurat. Rasulullah saw. bersabda:

“Wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka melenggak-lenggokkan tubuhnya dan kepalanya bagai punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapatkan keharumannya, meskipun harum surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian.�(HR Muslim).

Tapi gimana kalo ternyata mereka ngotot memberikan sanksi? Sabar dan tetap terus berusaha. Insya Allah seluruh kaum muslimin akan mendukung langkah kamu. Jalin kerjasama dengan berbagai ormas Islam atau partai politik Islam yang ada di sekitar kamu. Masak sih mereka pada cuek aja. Lagian itu kan tugas mereka. Tul nggak? Tenang, sabar, dan tetap berusaha!

Perjuangan butuh pengorbanan
Rasanya, dalam kamus orang yang berjuang, pasti ia sadar betul bahwa itu akan senantiasa bersanding dengan pengorbanan. Karena emang itulah konsekuensi dari sebuah perjuangan. Perjuangan tanpa pengorbanan, rasanya nggak seru. Nggak bermakna.

Kamu yang sukses mendapat posisi juara umum di sekolah, pasti udah merasakan gimana lelahnya sebuah perjuangan, sekaligus merasakan “nikmatnya� sebuah pengorbanan. Untuk jadi JU, kamu perlu waktu dan tenaga lebih dari teman yang lain, yang hanya cukup merasa puas mendapat nilai minimal untuk bisa naik kelas.

Untuk meraih perjuangan yang berat dalam dakwah ini, tentunya banyak pula pengorbanan yang kudu kita berikan. Firman Allah Swt.: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (TQS al-Baqarah [2]: 214)

Kamu pun jangan takut dan bersedih hati, apalagi Allah akan memberikan surga bagi orang-orang beriman yang istiqomah dalam keyakinannya. Firman Allah Swt.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (TQS Fushshilat [41]: 30)

Sobat muda muslim, tetap melangkah dan jangan hentikan. Dakwah ini kudu tetap ada dan tumbuh subur dalam jiwa kita. Kita semua menyeru kepada pihak sekolah, dan juga pihak Dinas P dan P, bahwa janganlah hanya karena sebuah aturan dalam seragam sekolah, lalu akhirnya mencampakkan aturan agama yang sudah baku. Jangan mengharamkan yang sudah dihalalkan oleh Allah Swt. Firman Allah Swt:

“Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.�(TQS. at-Taubah [9]: 9)

(Buletin Studia – Edisi 085/Tahun ke-3/18 Februari 2002)