gaulislam edisi 095/tahun ke-2 (26 Sya’ban 1430 H/17 Agustus 2009)
Jadwal kerja gue yang padet akhir-akhir ini bikin gue sulit ngelakuin kegiatan-kegiatan lain. Apalagi kemaren-kemaren gue sempet terserang pegal-linu akhirnya coba-coba mampir dulu deh ke toko jamu beli jamu pegel-linu. Tapi deadline tanggal 16 ini harus gue selesein secepatnya supaya nggak ada tanggungan lagi. Untungnya tadi ada temen yang bersedia meminjamkan laptopnya selama 1 hari setidaknya gue tertolong lah buat nyelesein tugas ini. Kan enak tuh malem hari ngetik di beranda kontrakan sambil nungguin air mendidih buat nyeduh kopi yang selalu siap menemani. Oh ya gue baru inget bahwa Senin ini adalah tanggal 17 Agustus katanya sih peringatan hari kemerdekaan.
BTW, elo tahu nggak udah puluhan tahun lho klaim Indonesia ini sudah merdeka sampe temen gue pun yah sebut saja begeng (bukan nama sebenarnya), waktu gue tanya Indonesia merdeka udah berapa tahun eh dia menjawab “lupa”. Nah lho begeng aja udah lupa berarti udah lama dong atau dia belum ngerasain kemerdekaan yang digembar-gemborkan itu. Hehehe…
Arti kemerdekaan
Merdeka menurut bahasa adalah bebas. So buat elo yang belum bebas alias masih ngerasa dijajah berarti elo belum merdeka sepenuhnya ok? Setuju nggak? Nah elo tahu nggak sumber penjajahan itu dari mana mengapa seorang manusia bisa atau tega menjajah manusia yang lain. Biang keladi semua itu adalah hawa nafsu manusia yang tak terkontrol dan tak pernah habis. Apabila semua manusia bisa mengontrol hawa nafsunya mungkin penjajahan nggak akan ada di dunia ini.
Terus, tentunya harus ada peraturan juga dong untuk mengontrol hawa nafsu manusia yang liar Oya, peraturan yang gue maksud di sini bukanlah peraturan yang dibuat oleh manusia karena peraturan yang dibuat manusia itu nggak menjamin suci dari hawa nafsu dan penjajahan. Contohnya demokrasi yang ada sekarang ini adalah satu contoh penjajahan juga tuh karena dalam demokrasi itu jumlah yang banyak menjajah jumlah yang sedikit jadi kita nggak bisa berharap keadilan dan kemerdekaan dari sebuah demokrasi. Kalo kata Mang Jorge Luis Borges seorang sastrawan Argentina, demokrasi adalah sebuah penyalahgunaan statistik. Yup, ada benarnya juga kata si doi demokrasi itu nggak peduli mana yang benar mana yang salah semua diambil berdasarkan voting padahal dalam al-Quran sendiri dengan jelas tercantum.
Allah Swt. Berfirman (yang artinya): “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). ( QS al-An’am [6]: 116)
Jadi apakah ini yang disebut merdeka? Nggak dong merdeka yang sesungguhnya adalah ketika kita sudah nggak dijajah hawa nafsu. Gue nguping dari guru ngaji gue, bahwa Rasulullah saw. bersabda “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa” Hmm.. gue seneng dapat info kayak gini.
Ah, nyeruput kopi dulu! Pletak!
Negara kita belum merdeka, Bung!
Negara yang merdeka adalah negara yang benar-benar berdikari mampu menangani segala persoalan dalam dan luar negeri dan rakyatnya merasa aman dan tenteram. Terus gue mau nanya neh ke elo semua Bro, tapi jawab yang jujur ya? Apakah elo semua ngerasa aman ketika negara lain turut campur dalam kepentingan negara ini mulai dari soal ketahanan negara, ekonomi, dan masalah-masalah lainnya?
Contohnya nih aset-aset negara yang penting seperti tambang emas dan minyak pun dikuasai oleh orang asing inilah yang membuat rakyat Indonesia masih banyak yang sengsara kalo menurut istilah yang diajarkan oleh guru gue waktu SD tuh seperti tikus yang mati di lumbung padi. Nah begitulah keadaan negara ini. Padahal kalo dalam Islam Rasulullah saw. bersabda, ”Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api. Harga (menjual-belikannya) adalah haram” (HR Abu Dawud)
Jadi air (laut, sungai, danau, dll), padang rumput (hutan), dan api (bahan bakar minyak, batu bara, gas, listrik, dan sumber energi lainnya) merupakan milik bersama. Karenanya, termasuk dalam pemilikan umum dan ridak boleh dikuasai secara pribadi, atau bahasa kerennya tidak boleh “diprivatisasi” sampai tambang garam pun pernah diambil kembali lho oleh Rasulullah karena menyangkut kepentingan umat
Pokoknya sekarang ini nggak ada deh kepentingan yang berpihak pada rakyat semuanya dikapitalisasi bahkan sampe tenaga buruh pun dengan adanya outsourcing bisa dijadikan penghasilan atau pemerasan. Misalnya dengan adanya outsourcing otomatis para pemilik perusahaan bisa lepas tanggung jawab dari para buruh. Ah, udah mah jadi buruh, dipotong gajinya sama outsourcing (apalagi kalo dipotongnya 50 sampe 75 persen ya) hehehe bisa bangkrut tuh buruh diperes terus, ditelantarkan pula kalo udah tua tanpa dapet uang pesangon. Wah lengkap sudah deh penderitaan rakyat padahal kan katanya ekonomi kerakyatan tapi kok berpihaknya ke kapitalisme. Jadi ada yang salah tuh dengan sistem yang kita anut. Iya kan?
Untuk hal ekonomi malah bank-bank di Indonesia pun masih menggunakan sistem riba yaitu sebuah transaksi yang dicirikan dengan suatu pernyataan ’Beri saya hutang dan saya akan tambahkan (jumlah pengembaliannya). Padahal selain sistem riba itu dilarang oleh Islam, sistem ini juga nggak kenal belas kasihan. Ya iyalah namanya orang yang berhutang itu kan adalah orang kesusahan bukannya ditolong dengan ikhlas malah dimakan juga. Ca’ur banget kan? Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (QS Ali Imran [3]: 130)
Juga dalam ayat lain, Allah Swt. berfirman (yang artiya): “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS al-Baqarah [2]: 275-281)
Nah, serem kan?
Dalam sistem pendidikan pun Islam telah mengaturnya karena untuk mewujudkan SDM yang baik dibutuhkan pendidikan yang baik juga bahkan khalifah umar bin khatab pun pernah memberikan gaji kepada guru TK sebesar 15 dinar emas (1 dinar emas setara dengan 4,25 gram emas). Nah, elo itung sendiri dah berapa duit tuh?
Oya, karena begitu pentingnya pendidikan maka pendidikan pun digratiskan nggak ada anak yang putus sekolah karena kesulitan biaya atau kalau misalkan pendidikan benar-benar terpenuhi maka nggak mungkin kan negara ini menjadi negara yang mempunyai SDM dengan peringkat di bawah 100.
Itulah ruginya jika kita tidak melaksanakan Islam secara keseluruhan. Saat ini, yang terjadi adalah berlomba-lomba mencari kekayaan dengan jalan apapun nggak peduli keadaan orang sekitar. Nama kerennya sih hedonisme. Elo bisa bayangin kan kalo misalkan semua orang pada begini otomatis deh generasi kita dan generasi seterusnya akan menjadi lebih bobrok.
Udah keliatan kan contohnya sekarang-sekarang ini karena kurangnya pendidikan agama banyak tuh pemuda-pemudi yang makin kacau aja kehidupannya. Mereksa terjerumus dalam free sex, ngedugem, narkoba, doyan miras, tindak kriminal seperti tawuran, dan budaya-budaya negatif dari luar pun lebih mudah untuk masuk dan menjadi bagian dari kehidupan anak muda sekarang ini. Contohnya makin banyak para pemudi yang menanggalkan jilbab dan kerudungnya dengan alasan udah nggak jaman atau ngikutin tren para aktris Hollywood gitu lah, tapi tetep aja makannya masih tempe. Hahaha.. mungkin cuma tempe aja yang asli Indonesia dan masih bisa bertahan.
Terus nih, yang bikin gue geleng-geleng kepala anehnya ada juga sesuatu yang dilabeli Islam tapi amat jauh dari nilai-nilai keislaman seperti penayangan “film religi” tapi masih ada juga adegan yang nggak banget deh seperti berpegangan tangan dan lain-lain. Katanya film religi tapi kok gitu yah? Ah, namanya juga sekadar label kok!
Ini bukti yang kentara banget, bahwa kita belum merdeka. Karena masih dijajah oleh budaya dari luar. Sebab, hakikat kemerdekaan itu, adalah terbebasnya dari penghambaan terhadap hawa nafsu. Terbebasnya dari ikatan dengan aturan selain Islam. Kita hanya menyerahkan diri kepada Allah Swt. saja. Bukan kepada yang lain. Maka sistem hukum yang wajib diikutin adalah sistem Islam. Bukan sistem yang lain seperti demokrasi, kapitalisme, nasionalisme, sekularisme, sosialisme, komunisme, termasuk turunannya sekularisme yakni permisifisme, hedonisme dan sejenisnya (lha, banyak banget ya?)
Solusinya neh!
Nah solusi dari kekacauan ini adalah dengan menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ingat nih Bbro en Sis. Islam itu bukan sekadar agama ritual saja. Islam tuh adalah agama yang paling lengkap. Semua peraturan untuk kemaslahatan manusia ada semua di situ dan udah tercantum dalam satu kitab yang bernama al-Quran. Al-Quran adalah kalamullah, yakni ucapan Allah Swt yang telah menciptakan manusia dan otomatis Dialah yang paling mengerti akan kebutuhan manusia. Catet ya!
Maka, sebagai generasi muda elo jangan malu untuk mengkaji Islam dan jadilah insan yang bertakwa. Jadi kalo suatu saat ada yang bilang syariat Islam tidak pas untuk diterapkan di negara ini elo nggak langsung percaya gitu aja. Emangnya siapa sih yang paling mengerti manusia dia atau Allah Swt.?
Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (al-Quran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa al-Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Quran, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimatNya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-An’am [6]: 114-115)
Dijamin deh kalo negara ini bener-bener mengikuti aturan dari Allah pasti elo semua (dan kita semua) nggak akan ngerasain penjajahan dalam bentuk apapun. Kalo sekarang? Hmm.. secara fisik di negeri ini nggak ada penjajahan. Tapi secara ekonomi, politik, budaya, pendidikan, hukum, sosial kita masih terjajah oleh aturan selain Islam. So, kalo pengen merdeka, campakkan sistem selain Islam dan nggak usah dijadikan aturan hidup kita lagi. Ya, cuma Islam yang bisa menjadikan kehidupan ini lebih baik. Jadikan Islam sebagai jalan hidup kita semua, dalam aktivitas individu, bermasyarakat dan bernegara. Itu semua bakalan bikin kita makin yakin dan bangga deh dengan keislaman kita, sehingga berani teriak lantang: MERDEKA! [ikrar: ikrarestart@gmail.com]
wah afwan … tadi blum baca the rule of coment … coment aku sebelum nich g’ termask kriteria coment confirmed yach … dihapus ajalah nggak apa-apa … but … jika kemerdekaan diartikan sebagai kebebasan … hmmm … sepertinya nggak ada sich yang namanya kemerdekaan … apalagi dalam Islam … bukankah dunia ini adalah penjara bagi kaum muslim dan sebalikna … penghmabaan pasti akan selalu ada .. entah itu penghambaan pada hawa nafsu … pada manusia lain, atau pada pencipta manusia … klu menurut gua sih penghambaan yang semestinya (semestinya yach .. krn diri nih kadang Nuhanin hawa nafsu juga .. astaghfirullah) … adalah penghambaan padaNya … jika penghambaan hanya padaNya berarti kemerdekaan sejati adalah sebuah kebebasan dalam menjalankan syariatNya … bener nggak sih …???
Kemerdekaan yang sebenarnya adalah bukannya kita terlepas dari penjajajahan manusia atas manusia, akan tetapi terlepas dan tak terbelenggu oleh hawa nafsu. Rasululloh SAW bersabda yang kurang lebih artinya “Kita pergi dari jihad asghar ke jihad akbar” yaitu kita pergi dari melawan musuh berupa manusia menuju perang untuk menundukkan hawa nafsu kita sendiri.
Sipdah, ane suka tulisan ente. Cuman menurut saya, agak kepanjangan.
menurut aq sekarang yg merdeka hanya pemerinta yg berkuasa doang,buktinya waktu saya liburan merayakan kemerdekaan masih banyak orang yg bekerja dipinggir jalan mengeluarkan keringat & tenaga mereka untuk membabat rumput dipinggir jalan.disinilah aq merasakan hanya pemerintanya doang yg merdeka.yaaaa inilah indonesia yg dibawah bayang 2 sistem kafitalisme hanya yang berkuasa doang yg menang.Dan ane setuju kalo islam itu bukan hanya agama ritual doang ,tapi juga merupakan suatu sistem yg mengatur kehidupan manusia.
siiip..Dah…artikelnya!
ok