? gaulislam edisi 179/tahun ke-4 (23 Rabiul Akhir 1432 H/ 28 Maret 2011)
Andai saja di dalam hidup ini nggak ada rintangan, rasanya nggak nikmat ya. Sebab, rintangan akan membuat kita berpikir dan mencari cara untuk menaklukkannya. Andai saja di dunia ini tak ada bencana, mungkin saja kita tak akan belajar bagaimana caranya bertahan hidup. Andai saja dalam hidup ini kita tak memiliki cita-cita, rasanya tak ada orang yang mau bergerak dan berusaha meraihnya meski dengan berdarah-darah. Andai saja dalam kehidupan keseharian kita tak ada kesulitan, bisa jadi kita tak akan pernah merasakan betapa nikmatnya kemudahan. Ah, andai saja di dunia ini nggak ada ujian, sangat mungkin kita tak akan pernah bisa berusaha untuk interospeksi dan mempersiapkan diri untuk menjadi lebih baik. Wah, kalo semua ditulis yang “andai-andai” itu, sangat boleh jadi nggak selesai ditulis dalam empat halaman buletin kesayangan kamu ini.
Bro en Sis, bukan tanpa alasan lho gaulislam ngebahas tema ini di edisi ke-179. Alasannya adalah, sejak awal Maret ini sampai nanti menjelang akhir bulan Mei di sekolah-sekolah didominasi dengan ujian tuh. Gara-gara itu, gaulislam pernah merasa untuk meliburkan diri saja edisi cetaknya. Maka, satu edisi, yakni edisi 176 nggak terbit. Sebabnya apa, sebabnya banyak sekolah yang sedang melaksanakan ujian bagi siswa kelas 3. Meski edisi internetnya tetap terbit, tetapi edisi cetaknya terlanjur tidak diterbitkan dan itu membuat banyak di antara kamu yang nggak bisa akses internet jadinya nggak baca edisi itu. Kasihan juga ya? Makanya, setelah dipikir ulang, rasanya kita tetap akan menerbitkan edisi cetaknya dari buletin kesayangan kamu meski di sekolah sedang ujian. Lagian, itung-itung menemani kamu belajar Islam dan memotivasi agar lebih semangat dalam menghadapi ujian. Insya Allah. Setuju ya? Harus!
Nah, tema kita kali ini memang diberi judul “Musim Ujian Tiba”. Catet ya dengan baik, bukan musim ujan, tapi musim ujian. Kenapa ditulis musim? Ya, karena bulan Maret sampe nanti bulan Mei adalah masa-masa di mana kamu, khususnya yang udah di jenjang paling akhir di sekolahnya bakalan digempur ujian. Mulai dari SD (kebetulan pembaca gaulislam ada lho yang dari setingkat SD, keren nggak? Hehehe), sampe yang udah SMP dan SMA. Semua rata digeber dengan ujian.
Oya, kenapa sih kita perlu ada ujian? Yup, memang perlu, Bro en Sis. Sederhananya, ujian itu adalah mekanisme untuk mengukur seberapa pantas sih kita bisa naik tingkat. Baik dari segi kemampuan akademik maupun mentalnya. Kalo nggak ada ujian, ukuran untuk menentukan kamu pantas naik tingkat pasti akan susah kriterianya. Itu artinya, buat kamu yang kini duduk di kelas 6 SD, atau kelas 3 SMP dan SMA, pasti pada waktu-waktu yang telah lalu dalam menempuh ujian kan? Kemampuan anak kelas 6 jelas beda banget dengan anak kelas 1. Begitupun kamu yang udah kelas 3 SMA pastinya ilmu dan wawasan kamu jauh lebih baik dari anak SD dan anak SMP. Iya nggak sih? Bagaimana mengukurnya? Tentu saja dari soal-soal yang diujikan di tiap levelnya. Idealnya makin tambah usia dan tambah tingkat, ilmu dan wawasannya makin banyak. Itulah pentingnya ujian, Bro en Sis.
Hadapi ujian dengan tenang
Jangan takut dan jangan ragu hadapi ujian. Kalo kamu udah nyiapin sejak awal, insya Allah nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Malah sebaiknya kalo kamu siap sepanjang hari, dan memang bisa melakukannya, rasanya pengen ujian dipercepat sehingga nggak perlu berlama-lama di sekolah. Dulu, waktu saya dan kawan-kawan ngelola Majalah Remaja PERMATA, pernah mewawancarai anak yang ikut program akselerasi. Biasanya buat anak yang pinter secara akademis. Tak heran ada anak yang masih belia, usia 16 tahun udah duduk di bangku kuliah. Sebabnya apa? Sebabnya, di SD dia hanya sekolah 4 tahun. SMP hanya 2 tahun dan SMA hanya 2 tahun. Keren kan? Itu namanya efektif memanfaatkan waktu. Kalo kita sih kayaknya takut deh hadapi ujian. Kenapa? Karena kita nggak pernah menyiapkan untuk diuji. Jadinya begitu musim ujian tiba, yang ada malah ngebul tuh ubun-ubun. Mungkin otaknya meleleh kali ya? Hus! Sembarangan! Upss… ini sih lebay aja yang nulisnya. Pletak!
Bro en Sis, ujian gimana pun harus kamu hadapi. Nggak ada istilah kamu lari dari medan ujian. Kalo lari malah nggak bisa lulus atau naik tingkat. Sebab, artinya berusaha melarikan diri dari kenyataan. Itu nggak baik, Bro en Sis. Lagian nggak menyelesaikan masalah kok. Yang ada malah nambah masalah baru. Bisa-bisa pihak sekolah ngeluruk ke rumahmu untuk menjemput paksa kamu supaya ikut ujian. Kalo nggak mau juga? Ya nggak apa-apa sih. Mungkin saja pihak sekolah malah senang karena kamu bakalan tinggal di kelas dan itu artinya kamu akan tetap bayar uang sekolah. Wadaw!
Jadi, ujian ini nggak bisa kamu anggap enteng. Urusannya adalah dengan masa depan kamu. Apalagi sebenarnya kamu udah diuji lewat ulangan harian, ujian tengah semester, lalu pada ujian puncak di akhir jenjang pendidikan, yakni UN alias Ujian Nasional. Kalo kamu udah menyiapkan diri, bukan nyari siapnya, insya Allah akan enjoy aja jalanin ujian tersebut. Iya kan? Jadi, sebelum segalanya terlambat, kamu harus hadapi ujian dengan persiapan matang. Jangan nekat hadapi ujian tanpa belajar. Akibatnya bisa fatal lho. Meski tuh soal pilihan berjanda, eh berganda, bukan berarti kamu bisa ngarang dan menentukan jawabannya lewat wangsit dan asal-asalan. Nggak lah. Harus tahu soalnya agar bisa menjawabnya. Belajar adalah pilihan tepat untuk bisa melewati ujian itu. Jangan lupa juga berdoa ya.
Ujian kehidupan selama kita hidup
Bro en Sis, ngomongin soal ujian, ternyata sebenarnya musim ujian secara umum, dalam kehidupan kita adalah selama kita hidup. Ujian di sekolah atau kampus hanyalah satu episode aja dalam hidup kita. Lagian kita juga kan nggak selamanya hidup di sekolah dan kampus. Di masyarakat jauh lebih banyak waktunya. Betul? Itu sebabnya, siapkan diri kita untuk menghadapi ujian secara nonstop dalam kehidupan kita. Hidup itu bagai naik roller coaster, Bro: berliku, menanjak, menurun, dan penuh ketegangan dan tantangan. Tetapi insya Allah ada akhirnya. Maka, nikmati dan jangan menyerah begitu saja dengan rintangan dan halangan yang kamu hadapi. Sabar, Bro.
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah.” (HR Tirmidzi)
Sobat muda muslim, namanya juga manusia yang memiliki banyak keterbatasan. Kita bisa aja mengalami masa-masa penuh rasa malas, karena kita memang nggak selamanya bisa kuat menahan berbagai beban persoalan hidup. Namun demikian, bukan berarti menjadi alasan kuat untuk malas nerusin hidup. Jangan sampe dong punya niatan bunuh diri. Ini bagian dari ujian lho. Dan kita harus menghadapinya. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya.” (HR Bukhari)
Saya maklum kok, bahwa dalam keseharian kita banyak banget hal berubah. Rasa bete bisa saja muncul dalam hidup kita saat hasil ulangan matematika kita jelek, padahal rasanya udah separuh napas kita ngapalin dan belajar, tapi rasanya belajar matematika bagi kita seperti nggak ada hasilnya. Jadi deh, kita punya akronim sendiri tentang matematika merujuk guyonan kelompok lawak asal Yogyakarta, Plat AB (sebagian personelnya dulu wara-wiri di kelompok LBH alias Lembaga Bantuan Humor), menurut pentolannya, Kelik Pelipur Lara, “Matematika adalah, makin tekun makin tidak karuan” Hihihi..
Rasa bete itu awalnya dari malas lho. Sementara malas adalah bagian dari perangkap setan untuk melemahkan umat manusia, terutama dari beribadah kepada Allah Swt. Jadi, bisa saja rasa bete menggerogoti semangat hidup kita saat keluarga kita banyak masalah, rasa bosen itu juga kerap hadir di saat kita banyak kegiatan yang menyita perhatian dan waktu kita. Bahkan rasa bete datang di saat kita kena virus merah jambu. Waduh! Intinya, banyak jalan yang bikin kita bete dalam menjalani kehidupan ini. Tetapi ingat kita harus lulus dari ujian ini.
Sebagai remaja muslim, meski sah-sah saja kamu untuk bete, tapi sebaiknya kamu nggak berlarut-larut terjebak dalam kerangkeng rasa bosan itu, sampe dijadikan alasan untuk nggak melakukan apa pun dalam keseharian hidup kita. Bahaya sobat!
Bila rasa bete itu hinggap, kamu perlu waspadai. Segera analisis penyebab kamu merasa bete. Bisa faktor luar, bisa juga faktor dalam tuh. Ibarat menjawab soal ujian, kadang diperlukan analisis untuk bisa mengurainya sehingga mendapatkan jawaban yang benar dan pasti. Ujian hidup bukan sekadar rasa bete lho, rasa khawatir, rasa tidak percaya diri, rasa tak yakin akan masa depan, ketakutan tak mendapatkan harta, pesimis soal pekerjaan dan dakwah dan masih banyak lagi. Termasuk dalam bentuk ujian adalah penyakit, kemiskinan, kekayaan, kesehatan, waktu luang dan sejenisnya. Itu semua bagian dari ujian yang harus kita hadapi dan selesaikan. Jangan malah menyerah terhadap keadaan dan membuat kita semakin jauh dari Allah Swt.
Rasulullah saw. pernah mengatakan kepada Abdullah bin Amir bin Ash ra: “Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan, sebelum ini ia rajin bangun pada malam hari (shalat tahajjud), namun ia kemudian tinggalkan sama sekali.” (HR Bukhari, dalam kitab Fath al-Bari, No 1152, 3/37)
Oke deh, semoga dalam tulisan singkat ini, kamu bisa dapetin manfaat berupa motivasi dan cara pandang tentang ujian dan sikap ketika menghadapi ujian hidup. Insya Allah. Semangat! [solihin: osolihin@gaulislam.com]
Asslm….met ujian bwt tmn2 smua….. ” bersakit sakit dahulu (belajar) bersenang senang kemudian (lulus dengan nilai bagus pastinya insyaAllah)”
setelah kesulitan akan ada kemudahan (ayat Qur’an)……^^