Friday, 22 November 2024, 01:48

gaulislam edisi 191/tahun ke-4 (18 Rajab 1432 H/ 20 Juni 2011)

 

Kokohnya sebuah bangunan tidak terlepas dari kokohnya pondasi, struktur dan bahan yag digunakan untuk membuat bangunan tersebut. Kita sering menjumpai kondisi dimana kaum muslim begitu lemahnya di negeri kita. Sering Islam direduksi hanya kepada masalah ibadah, pendidikan dan amaliyah pribadi saja. Begitu kita ngomongin Islam dalam konteks masyarakat dan pengaturannya, tidak banyak yang bisa kita temui di negara kita. Paling masalah pengurusan ZIS (zakat, infaq, sadaqoh) itu-pun banyak overlap dengan pemerintah, ekonomi syariah yang belum berpayung kepada hukum syariah dan beberapa urusan lainnya.

Sebelum kita bahas lebih mendalam, Rasulullah saw. bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Ahmad, al-Baihaqi, Abu Dawud, No. 3745)

Bro en Sis, pelajaran yang bisa kita ambil dari hadist di atas adalah suatu peringatan terhadap kondisi jaman, dimana syariat Islam itu sendiri kuat namun para pemeluknya lemah. Dalam hadist di atas dijelaskan apa yang akan terjadi dan dijelaskan pula penyebab utamanya. Hal ini dimaksudkan supaya umat Islam mengerti dan bisa bersiap diri untuk menghadapinya.

Bila kita lihat kondisi masyarakat kita saat ini, hadist di atas terasa sangat mengena, kita berada di negara yang jumlah muslimnya cukup banyak bahkan terbesar di dunia, namun kualitasnya masih rendah. Maksiat kita temukan dimana-mana, amar ma’ruf dan nahi mungkar ditinggalkan dan bahkan ditentang.

Jika diibaratkan sebuah bangunan, maka untuk menghancurkan bangunan yang kokoh, diperlukan usaha yang kuat dan tersruktur. Ya, akan sangat susah untuk menghancurkan bangunan yang kokoh bila dimulai dari menghancurkan pondasinya terlebih dahulu. Musuh-musuh Islam sangat memahami mengenai hal ini, karena itulah mereka memulai menghancurkan Islam dari atap yang menaunginya.

Kehancuran khilafah islamiyyah telah menjadikan seluruh muslim di dunia tidak memiliki pelindung yang kokoh. Kemudian bagian-bagian yang lain dari rumah tersebut kemudian dibuang dulu satu persatu, baru kemudian rumah dihancurkan.

Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan umat muslim. Mulai dari mengubah perangai umat muslim, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kita muslim, tapi sejatinya kita telah meninggalkan ajaran Islam dan hidup dengan mengikuti cara musuh-musuh Islam, dan memang inilah yang mereka kehendaki.

 

Penyakit wahn

Penyakit ini sebenarnya merupakan produk akhir dari komplikasi berbagai penyakit lain, yang disebabkan karena lemahnya akidah kaum muslimin. Penyakit ini muncul dari lemahnya pemahaman terhadap pondasi-pondasi Islam. Terlalu banyak kaum muslimin yang begitu bernafsu terhadap kehidupan dunia ini. Di negeri ini, sudah cukup banyak terbukti praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Ya,  KKN merajalela dimana-mana. Sudah banyak orang dihukum karena korupsi namun demikian tidak menjadikan kita jera dan berhenti untuk terlalu mencintai dunia.

Bro en Sis pembaca setia gaulislam, karena kecintaan terhadap dunia inilah yang menjadikan umat Islam lupa akan kematian, dan tidak mau mengingat kematian. Esensinya sama seperti bila kita jatuh cinta kepada seseorang, pasti kita tidak ingin kehilangan apa yang kita cintai. Kecintaan berlebihan kepada dunia menjadikan kita lupa beramal untuk akhirat kita dan cenderung melanggar banyak aturan syariat demi memperoleh apa yang kita cintai dan akhirnya menjadikan kita takut mati.

Nah, ketika seseorang takut mati, mereka sebenarnya telah melupakan konsep dasar hidup ini, yakni melupakan Allah. Kalo udah lupa sama Allah, tentu tidak akan merindukanNya, tidak pula mengharapkan pertemuan denganNya. Bila ditanya, hampir semua dari kita pasti ingin masuk surga, namun kita lupa untuk masuk surga kita harus mati dulu. Semestinya kecintaan kita terhadap surga sama seperti kecintaan kita kepada kematian itu sendiri. Kalo kemudian takut mati gimana urusannya tuh? Betul?

 

Mengobati wahn

Untuk mengobati wahn, yang perlu dilakukan adalah menyembuhkan penyakit dasarnya terlebih dahulu, yaitu lemahnya akidah kaum muslimin saat ini. Oya, bila penyakit dasar ini sudah bisa diatasi, tetapi belum berarti bahwa muslim tersebut telah sembuh. Why? Sebab, masih memerlukan perawatan lanjutan untuk memperkuat akhlak dan kepribadian muslim tersebut. Proses perawatan ini bukan merupakan satu proses tunggal dan terpisah, namun merupakan proses yang berkesinambungan dan bersifat jamai hingga akhir jaman. Dalam proses penyembuhan ini dokternya adalah semua kaum muslimin yang “sehat” baik itu dalam bentuk individu atau kelompok, dan tentunya dokter yang paling joss adalah negara.

Terus apa sih yang dimaksud dengan akidah itu sendiri? Menurut istilah (terminologi) akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Sehingga Akidah Islamiyah merupakan keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah kepada Malaikat-malaikatNya,Rasul-rasulNya, Kitab-kitabNya, hari Akhir, serta Qada’ dan Qodar. Atau dengan kata lain, akidah adalah percaya kepada rukun iman yang udah mashur di kalangan kaum muslimin.

Boys and gals, pemahaman seorang muslim terhadap rukun iman ini harus digunakan untuk menjawab pertanyaan besar dalam diri setiap manusia mengenai: siapa dirinya sebelum dilahirkan? Ketika sesudah dilahirkan ke dunia harus ngapain? Apa tujuan hidupnya? Dan, akan kemana setelah dirinya mati? Karena memang proses tersebut merupakan life cycle (jalan kehidupan) semua manusia. Nyadar semua kan? Atau kamu justru dalam posisi pingsan alias kagak sadar semua? Hadeeeuh!

Sangat jelas dengan akidah yang kuat seorang muslim mempunyai potensi kekuatan yang luar biasa, Nabi saw. bersama dengan para sahabatnya telah menunjukkan kekuatan akidah ini, dan masih berlanjut hingga tiga generasi berikutnya dengan sempurna, setelah itu perlahan kekuatan akidah kaum muslimin mulai melemah hingga sekarang. Kalo contoh udah ada, konsep sudah jelas, kurang apa lagi? Kita kurang sehat! Banyak dari kita yang mengalami sakit wahn. So, saatnya sekarang untuk menyembuhkan penyakit itu. Yuk, mulai benahi diri kita masing-masing agar bisa membantu orang lain untuk sembuh dari penyakit serupa.

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Masing-masing dari keduanya itu ada kebaikannya sendiri-sendiri. Bersemangatlah untuk mengerjakan apa yang bermanfaat bagi dirimu serta mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah lemah. Kalau kamu tertimpa sesuatu janganlah kamu mengatakan: “Seandainya saya berbuat begini niscaya akan terjadi begini dan begitu”, tetapi katakanlah: “Apa yang telah ditentukan dan dikehendaki pasti akan terjadi”. Karena kata “seandainya” itu akan memberi jalan pada perbuatan setan” (HR Muslim)

Hadist di atas melengkapi hadist sebelumnya. Kalo dalam hadist yang pertama menjelaskan diagnosisnya dan pengobatannya secara tidak langsung, hadist di atas menjelaskan pengobattannya. Berkemauan keras dan pantang putus asa merupakan dua buah syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk merawat keimanan kita. Bila kedua syarat tersebut sudah dipenuhi, hal pertama yang harus dilakukan adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

 

Akhlak kekuatan individu yang dilupakan

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Bila sebelumnya dijelaskan akidah secara umum (yang berlaku bagi semua muslim), ternyata Islam juga memberikan panduan yang lebih spesifik untuk masing-masing individu, salah satunya seperti diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Rasullullah saw. bersabda: “Salah satu tanda kebaikan Islam-nya seseorang, adalah bila dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” Hadist ini hasan diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya. Paling tidak masih ada tiga hadist lainnya yang nyetel alias klop banget dengan hadist sebelumnya.

Meninggalkan aktivitas yang tidak bermanfaat, sebenernya secara default cukup mudah untuk dilakukan, apalagi jaman sekarang kebanyakan manusia menimbang segala sesuatu sesuai dengan kepentingannya masing-masing, namun demikian yang dimaksud dengan tidak bermanfaat di sini adalah dari sudut pandang syariat Islam. Apa yang dinilai syariat tidak bermanfaat, maka harus ditinggalkan. Hal yang tidak bermanfaat di sini bisa berbentuk perkataan maupun perbuatan. Segala perkataan yang tidak bermanfaat bagi dunia maupun ukrowinya (akhiratnya) harus ditinggalkan, agar keislamannya menjadi baik. Dari penjelasan para ulama paling tidak ada empat hal yang tergolong perbuatan yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim, yaitu: 1) Semua perbuatan maksiat dan hal-hal yang diharamkan oleh syariat; 2) Semua hal-hal yang dimakruhkan dalam syariat Islam; 3) Berlebih-lebihan dalam hal-hal yang dibolehkan; serta 4) menyibukkan diri mengurusi kesalahan orang lain dan lupa membenahi diri sendiri.

Oya, ampir lupa. Selain pengertian akhlak menurut bahasa, kita juga perlu tahu pengertian menurut istilah (makna syara’). Menurut syara, akhlak adalah sifat-sifat yang diperintahkan Allah kepada seorang muslim untuk dimiliki tatkala ia melaksanakan berbagai aktivitasnya. Sifat-sifat akhlak ini tampak pada diri seorang muslim tatkala dia melaksanakan berbagai aktivitas—seperti ibadah, mu’amalah, dan lain sebagainya. Tentu, jika semua aktivitas itu ia lakukan secara benar sesuai tuntunan syariat.

Intinya nih, akhlak bukan semata sifat moral, tapi emang perintah dari Allah Swt. Itu sebabnya, ada penjelasan bahwa harus dilakukan dengan cara yang benar sesuai perintah Allah Swt.

Bila kita lihat lagi di sekitar kita, cukup banyak sebenernya kegiatan yang tidak bermanfaat namun sering dilakukan oleh para remaja di negara kita. Mulai dari hal kecil semacam sms-an yang nggak perlu, nangkring di atas pohon eh di pinggir jalan, main game berlebihan hingga pacaran ama kuda (loh?).

Banyaknya remaja yang melakukan kegiatan seperti ini memberikan gambaran secara umum bagaimana kualitas keisalaman mereka. Sekolah seringkali lalai mendisiplinkan anak didiknya. Kalo urusan baju harus seragam (ada aturannya), SPP juga nggak boleh telat, tawuran juga nggak boleh, tapi giliran pacaran, biasanya dibiarkan saja. Harusnya sekolah juga menghukum siswanya yang ketahuan pacaran di sekolah.

Pengaturan terhadap adab dan perilaku individu merupakan ciri khas agama kita. Memang terasa berat bila kita belum terbiasa “ber-akhlak” islami, namun demikian di dalam pengaturan tersebut terdapat tujuan mulia untuk membentuk kepribadian islami. Jadi kepribadian dalam Islam, terbentuk dari “kumpulan” akhlak seorang muslim terhadap segala hal, termasuk di dalamnya akhlak pribadi, akhlak berkeluarga, akhlak bermasyarakat, hingga akhlak bernegara.

 

Khatimah

Bro en Sis, mulailah dari saat ini untuk meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi duniamu dan juga bagi agamamu. Bersungguh-sungguhlah untuk memperkuat akidah kita, dan pantang menyerah dalam melakukannya. Jangan lupa mintalah tolong kepada Alloh Ta’ala dengan sabar dan shalat. Keislaman kita, akidah kita, syariat kita adalah hal terindah yang pernah diturunkan di muka bumi ini, yang hanya diberikan kepada manusia yang terpilih. So, jangan sia-siakan apa yang sudah kita miliki saat ini. Oke deh semoga tulisan ini bermanfaat. [aribowo: aribowo@gaulislam.com]

2 thoughts on “Muslim Power

Comments are closed.