Saturday, 23 November 2024, 16:48

logo-gi-3 gaulislam edisi 147/tahun ke-3 (6 Ramadhan 1431 H/ 16 Agustus 2010)


Hmm.. kebagian juga jatah nulis di buletin gaulislam. Ya, lumayan buat isi kegiatan sehari-hari gue yang kurang produktif akhir-akhir ini. Maklum, setelah keluar dari tempat kerja, gue keseringan tidur, makan, ngopi, main, dan tentu nggak lupa ibadah. Lumayanlah, nggak kayak Patrick Star lagi gue sekarang, yang kerjaannya hanya bermalas-malasan di balik batu. Walaupun dia bilang “menganggur” itu adalah pekerjaan tersulit, terkadang kita harus menggaruk punggung, di mana itu bagian yang sulit terjangkau oleh kita. Setelah itu kita harus bolak-balik memutar antenna televisi untuk mendapatkan gambar yang jernih dan harus kehilangan remote juga. Lho, jadi ngomongin Patrick gini yah? Hahaha… Mumpung lagi bisa diajak kerja sama nih otak, kayaknya langsung ajah deh gue mulai nulisnya. Daripada ngalor ngidul.

Bro en Sis, di antara remaja saat ini banyak juga lho yang jauh dari ajaran Islam. Nggak tahu deh apa alasannya. Mungkin mereka malu dengan Islam atau cuman pengen hidup ala hedonis yang kehidupannya hanya bersenang-senang dengan hal yang berbau dunia dengan jargonnya “Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati.”

Kalau denger kata-kata ini jadi ingat seorang teman waktu gue lagi aktif main skate di Taman Kencana. Dia sih ngakunya “Atheis”. Pas gue tanya “Emang elo atheisnya apa?” Dia cuma ngejawab, “Ya atheis”. Gue pojokin lagi deh buat mengetahui nih orang ngerti atheis dan bener atheis nggak yah?

Gue tanya ajah: “Ya, atheis apa? Hedonis? Materialis? Humanis atau rasionalis? Nggak tahu deh bener nggak nih bagian dari atheis. Soalnya, gue dulu pernah atheis lho. Waktu itu, setelah gue tanya gitu dia cuma bisa diam dan bengong. Jadi bisa gue ambil kesimpulan kalau teman gue itu nggak ngerti sama sekali tentang atheis dan dia bisa jadi hanya ikut-ikutan aja atau aturan agama (Islam) yang dia peluk itu tidak sesuai dengan pola hidup dia yang senang minum-minuman keras (non HCl dan H2SO4 tentunya: idih, nekat banget kalo sampe minum asam klorida ama asam sulfat mah. Koit bisa jadi luh!), free sex dan masih banyak lainnya. Musibah deh!

Semoga saja remaja yang model gini cuma sedikit jumlahnya. Sayang banget kan kalo jumlahnya banyak tapi cuma jadi SPAM di dunia ini. Jangan sampe lah!

Melewati ujian iman

Boys and Gals, ngomongin tentang ujian dalam masalah keimanan memang nggak ada abisnya. Apalagi di bulan Ramadhan, ujian keimanan so pasti lumayan berat. Entah ujian itu waktu kita lagi di rumah, terus melihat adik kita lagi makan bakso sambil minum es campur. Bisa juga lagi di sekolah kita ngelihat teman yang nyeruput teh manis. Wuih, jangan ampe batalin puasa, Bro.

Di sini keimanan kita diuji. Seberapa besar ketundukan dan kepatuhan kita terhadap aturan Allah Swt. dan RasulNya. Sebab, iman yang benar seharusnya mau menjalani semua perintahNya dan menjauhi apa yang dilarang olehNya. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS al-‘Ankabuut [29]: 2-3)

Ujian terhadap iman seseorang nggak jauh beda deh sama ujian yang ada di sekolah. Setelah kita belajar pasti ada ujian. Kita tentu akan mendapatkan hasilnya. Bisa lulus, bisa juga gagal total. Seberat apapun ujian yang kita hadapi, kita harus tetap menjalaninya. Jangan jiper duluan, terus ambil satu langkah ke belakang buat menghindar dari ujian tersebut. Yakinlah, hal itu malah membuat kita menjadi jauh dan menyimpang dari ajaran Islam.

Memang sih, meghindari ujian itu akan terlihat tidak menyusahkan kita.Malah seperti memberi suatu kesenangan pada saat kita menghindari ujian tersebut. Padahal, kesenangan itu hanya berupa hal duniawi yang merupakan salah satu komponen untuk kita tetap hidup dan menjalankan hidup untuk mencapai tujuan dari hidup itu sendiri.

Dalam menghadapi ujian, sebenarnya kita sudah diberi beberapa contoh dari para sahabat Rasululllah saw.. Mereka orang-orang yang gigih dan selalu berjuang untuk bisa tetap mempertahankan keimanan mereka meskipun ujian itu berat dan barang kali dapat membahayakan nyawa mereka. Seperti Bilal al Habsyi yang disiksa oleh majikannya yang bernama Umyyah bin Khalaf. Umayyah menyiksa Bilal dengan meletakan sebuah batu yang sangat besar di dadanya sehingga Bilal tidak dapat bergerak, bisa saja waktu itu Bilal selamat dari siksaan tersebut, dengan syarat Bilal harus meninggalkan Islam, tetapi Bilal hanya berkata “Ahad, Ahad ( hanya satunya berhak disembah )”.

Siksaan yang diberikan kepada Bilal bukan hanya itu saja. Pada malam hari ia dirantai dan dicambuk terus menerus sehingga badannya penuh luka.dan pada esok harinya dengan luka itu dijemur kembali di padang pasir yang panas sehingga lukanya semakin parah, Tuannya berharap ia akan meninggalkan Islam atau mati pelahan dengan cara tersebut.

Orang yang menyiksak Bilal r.a. silih berganti, kadangkala Abu Jalal atau Umayyah bin Khalaf, bahkan orang lainpun ikut menyiksanya. Setiap orang berusaha menyiksanya dengan lebih berat. Ketika Abu Bakar r.a. melihat hal itu ia menebusnya dan segera memerdekakannya. Kita bisa lihat nih, apa yang harus kita lakukan saat keimanan kita sedang diuji, tapi kayaknya berat banget yah? (iyalah, nyawa gitu!). Tetapi tetap ajah kita tidak boleh menukarkannya dengan keselamatan dunia. Belum tentu kan nanti kita selamat dari siksaan neraka kalau kita memilih selamat dari siksaan di dunia tapi ngorbanin keimanan kita.

Gue pernah ngalamin ujian itu…

Oya, ngomongin soal ujian keimanan, gue juga pernah diuji waktu gue masih baru memeluk agama Islam (narsis dikit deh heuheu..). Waktu itu keluarga gue belum tahu kalau gue udah pindah agama. Keluarga gue semuanya pemeluk agama Kristen Protestan. Jadi semua keluarga gue tahunya guw masih Kristen sama seperti mereka.

Ketika itu ortu gue lagi ada di rumah. Biasanya bokap gue udah nangkring depan televisi jam setengah lima. Pas banget udah mau shalat subuh tuh. Gue sempat kelabakan cari alasan biar bisa ambil air wudhu di kamar mandi agar bisa shalat subuh. Tapi kalau gue ke kamar mandi jam segitu sampai nyalain pompa air bokap pasti nanya mau ngapain. Bagi gue ini juga sebuah ujian. Bagaimana pun juga gue harus tetap shalat. Ujian buat gue belum selesai sampai di sana. Waktu itu bokap gue manggil gue pagi-pagi. Dia ngajak gue ngobrol-ngobrol dulu sambil nawarin gue kuliah.

Wwaktu lagi asik ngobrol tiba-tiba bokap nanya ke gue, “Yang di kamar itu sajadah siapa?” Gue sempat bingung tuh waktu ditanya itu. Mesti jawab jujur atau bohong. Kayak ada iblis dan malaikat yang sedang berkelahi deh rasanya di dalam hati gue saat itu. Tapi entah kenapa gue tiba-tiba jawab “Sajadah saya pak”.

Bokap gue kaget waktu dengar jawaban gue. dia langsung bilang “Kamu udah masuk Islam, udah benar-benar positif itu? Coba kamu pikir-pikir lagi!”. Gue langsung spontan ngejawab “Udah Pak. Saya udah benar-benar yakin. Soalnya saya masuk Islam bukan karena iming-iming sembako atau harta, saya udah pelajarin.”

Bokap gue langsung ngusir gue waktu itu. Padahal gampang aja buat gue biar bisa aman, gue tinggal balik ke agama gue yang lama terus gue nggak jadi diusir dan langsung dimasukin kuliah deh. Tapi ya namanya ujian, seberat apapun itu, kita harus tetap menghadapinya. Gue benar-benar diusir.

Jangan menyerah

Ada beberapa tips nih dalam ngadepin ujian keimanan: Pertama, sering baca. Yang jelas bukan baca komik. Ribuan komik elo baca juga gak bakal berpengaruh itu mah. Bacaan-bacaan tentang islam tentunya. Entah itu tetang apa saja yang berkaitan dengan Islam. Kalo males buat ke toko buku terus beli bukunya, bisa juga download digibook atau ebooknya dari internet. BTW, di blog gue juga ada lho: www.sisigelapotak.blogspot.com (iklan gratis deh neh hehehe..). Atau pantengin aja terus website gaulislam: www.gaulislam.com. Insya Allah banyak manfaatnya.

Kedua, kalau kata teman gue, sebut saja Ecot (bukan nama sebenarnya) “Mending kita nonton video Harun Yahya aja rame-rame untuk dapetin ilmunya”. Yup, kalo malas baca, nonton video bisa jadi alternatif. Seru tuh buat belajar tentang Islam.

Ketiga,  yang jelas mah NGAJI deh. Di tempat ngaji kita bisa banyak nanya tuh sama gurunya. Mungkin dari situ juga nanti ada masukan-masukan yang bermanfaat.

Keempat, yakinlah apa yang direncanakan oleh Allah Ta’ala itu adalah yang terbaik untuk kita dan yang kita inginkan belum tentu yang terbaik untuk kita. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 216)

So, jangan pernah salah dalam bertindak dan mengambil keputusan jika yang sedang dipertaruhkan itu adalah keimanan kita. Sebab, Iman itu mahal harganya. Jangan sampai menukarkan iman kita dengan sekardus mie instan, kecantikan wanita, harta, jabatan,  atau iming-iming kenikmatan duniawi lainnya. Semoga kita semua dianugerahkan kesabaran dan kekuatan oleh Allah Swt. untuk menghadapi ujian keimanan yang mungkin saja sedang dan akan kita alami. Jangan menyerah. Semoga kita tetap istiqomah bersama Islam sampai akhir hayat kita. Islamlah jalan hidup kita. Allahu Akbar! [putra: utha_freak@yahoo.com]

1 thought on “Ngaku Mukmin? Akan Diuji, Lho!

Comments are closed.