Sunday, 24 November 2024, 17:22

gaulislam edisi 567/tahun ke-11 (23 Dzulhijjah 1439 H/ 3 September 2018)

 

Banyak kaum muslimin yang ngakunya muslim tapi ogah tampil islami. Di KTP sih tertulis Islam pada kolom agama, tapi kok benci Islam, ya? Namanya sih islami, tapi kelakuan bejat 27 kali lipat. Lahir dari keluarga muslim, tapi mengamalkan Islam hanya yang dia suka sesuai hawa nafsunya belaka. Dukung mendukung pilihan politik bisa jadi awalnya wajar. Tetapi kalo sampe saling serang dan saling hujat plus caci-maki, itu sih parah abis. Padahal, mereka sesama muslim. Belum lagi ada (yang ngakunya) muslim tapi membela kepentingan musuh-musuh Islam, misalnya mendukung LGBT, menghalalkan judi, membolehkan miras dan sejenisnya. Ada juga yang malah kerjasama dengan pihak yang menghina Islam. Kok, bisa?

Ya, bisa aja. Jangankan sekarang. Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam aja banyak kok orang munafik. Bedanya, kalo di masa itu orang munafik masih malu-malu dan takut nunjukkan kemunafikannya. Tetapi di zaman now, orang munafik banyak yang secara terang-terangan nunjukkin jati diri mereka. Nggak usah dijembrengin nama-namanya, entar juga pada kebuka belangnya, kok. Dan, yang pasti mereka (orang-orang munafik itu) justru semangat membela musuh-musuh Islam dan musuh kaum muslimin.

Sobat gaulislam, kita miris banget lho dengan kaum muslimin tapi kelakuannya nggak islami. Shalat aja, banyak yang malas, bahkan ada yang ninggalin sama sekali dengan berbagai alasan. Muslimahnya banyak juga yang nggak mau pake kerudung, apalagi jilbab. Ada yang bilang kuno lah, ada yang nganggepnya jilbab itu budaya Arab lah. Banyak alasan mereka dalam menolak ajaran Islam. Tapi anehnya, masih mengaku-ngaku muslim. Pas disuruh pindah agama nggak mau. Eh, sehari-hari doyan nyinyirin ajaran Islam dan membenci para ulama. Lah, jadi maunya apa? Memang begitu sih karakter orang munafik.

 

Kok, nggak mau diatur Islam?

Waduh, kalo ada di antara kita yang nggak mau diatur sama Islam, kayaknya kudu pada istighfar deh. Sori bukannya nakut-nakutin, tapi emang kenyataan, kok. Minta ampunan buruan sama Allah Ta’ala. Tobat, gitu lho. Bener Bro en Sis. Kalo kita ngaku muslim, maka tentu aja aturan kita cuma Islam. Bukan yang lain. Soalnya nih, sungguh sangat aneh bin ajaib kalo kita ngaku-ngaku muslim, tapi nggak mau diatur sama syariat Islam. Aneh pula kalo kita ngaku-ngaku cinta sama Islam tapi nggak menjadikan Islam sebagai aturan hidup kita. Nggak menjadikan Islam sebagai cara hidup kita. Piye iki, jal?

Itu sebabnya, rasa-rasanya kita pantas malu kalo ngaku-ngaku muslim tapi gaul bebas dengan lawan jenis jadi kebiasaan kita, bahkan jadi tradisi turun-temurun. Padahal, itu dilarang lho dalam ajaran Islam (silakan kamu baca arsip buletin kesayangan kamu ini, udah sering bahas seputar haramnya pacaran). Kita juga kudu malu kalo ngaku-ngaku muslim tapi kita doyan mengonsumsi narkoba dan miras. Padahal, narkoba dan miras jelas barang haram untuk dikonsumsi oleh seorang muslim. Jadi, aturan siapa yang kita pake? Hawa nafsu kita atau aturan buatan manusia lainnya? Eh, sama aja ya? Nyadar Bro en Sis, kalo kita nggak mau hidup bersama Islam, buat apa kita nyandang predikat muslim. Betul apa bener?

Sobat gaulislam, terlalu banyak fakta yang bisa kita jadikan bahan renungan tentang keberadaan kita sebagai muslim; apa kita udah benar-benar ikhlas diatur sama Islam? Soalnya nih, kita bisa aja ngaku-ngaku cinta sama Islam tapi pas prakteknya malah nggak mau diatur sama Islam, karena lebih mentingin hawa nafsu kita. Buktinya, sholat lima waktu aja banyak di antara teman kita yang bolong-bolong melaksanakannya dengan banyak alasan (terutama malas). Mungkin itu masih mending daripada nggak sama sekali. Tapi yang jelas sih, tetep aja hal itu adalah perbuatan tercela.

Selain urusan sholat, juga kejujuran. Misalnya nih, pas lagi ujian malah nyontek. Padahal, kita diajarin Islam untuk bersikap jujur. Belum lagi kalo dalam urusan berpakaian. Banyak kaum muslimin sebenarnya dalam urusan sholat taat bukan main, tapi pas berpakaian malah pake aturan selain Islam. Jadinya ancur bukan main. Buktinya banyak kok remaja cewek yang nggak mau pake jilbab dan kerudung kalo ke luar rumah dengan banyak alasan. Nggak sedikit juga anak cowok yang kalo keluar rumah cuma pake kolor doang, hingga lututnya dipamerin ke banyak orang dan udelnya dibiarin tebar pesona. Padahal, semua itu udah ada aturannya dalam Islam, yakni larangan memperlihatkan aurat di depan umum. Iya kan? Coba deh kembali baca dan direnungkan. Setuju?

Saat ini, menjelang pilpres (nggak sampe setahun lagi ke depan), perang di media sosial udah jadi kudapan sehari-hari. Bahkan obrolan sepanjang hari di media sosial, pun perang tagar nggak capek-capek. Seolah energinya berlapis-lapis kagak ada abisnya. Tapi, jika pun ngomongin Islam, hanya sedikit saja. Solusinya tetap aturan demokrasi, aturan buatan manusia. Ada juga sih yang mencoba menjadikan Islam sebagai solusi, tapi biasanya sedikit dukungan dan malah ada yang nyinyir karena negeri ini bukan berlandaskan ajaran Islam. Padahal, yang ngomong tampilannya sih Islam. Apa cuma ngaku doang, ya? Awas, jangan tertipu!

 

Jangan sampe sesat dan menyimpang

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Coba kita merenung sejenak en pikir-pikir tentang keberadaan kita saat ini. Malu nggak sih kalo kita dapetin predikat muslim, sementara kita nggak mau diatur sama ajaran Islam? Malah ngatur sesuka hawa nafsu sendiri dan ternyata memang akidahnya bukan Islam, syariatnya jauh dari Islam. Bahaya! Padahal, dengan predikat muslim itu kita jadi punya komunitas dan memiliki ciri khas. So, kalo menjauh dari Islam dan aturannya, dampaknya kita bakalan sesat. Termasuk nih, kalo kita menyimpang dari ajaran Islam karena nggak mau diatur sama Islam, ada kemungkinan juga akhirnya celaka karena akan dapetin azab Allah di akhirat nanti. Sumpah!

Firman Allah Ta’ala tentang orang-orang yang sesat akibat menjauh dari kebenaran Islam: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 256)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala menjelaskan: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)

Nah, yang berkaitan dengan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran Islam, Allah Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka Jahannam”. (QS al-Jin [72]: 14-15)

Bro en Sis, beberapa ayat yang dipaparin ini bukan sekadar informasi belaka apalagi sekadar dipamerin doang. Tapi emang kudu jadi wawasan pengetahuan dan dipahami serta diamalkan dalam aktivitas kehidupan kita. Soalnya, rugi banget kalo kita cuma kenal Islam tapi sebatas pengetahuannya aja, itu pun hanya untuk dapetin nilai bagus di rapor atau transkrip nilai ijazah. So, sangat boleh jadi banyak dari kita yang tahu cara sholat, tahu bilangan rokaat sholat sehari semalam, tahu tentang ibadah zakat dan puasa, tahu juga bahwa al-Quran adalah pedoman hidup kaum muslimin. Oke, secara teori kita boleh dibilang mantep banget dah, tapi pelaksanaannya? Hmm.. nol besar. Why? Karena kita nggak ngamalin tuh aturan.

“Waah, jangan nuduh kejam gitu dong,” teriak sebagian dari kamu protes. Oke..oke.. sori deh. Mungkin ada juga sih di antara kita yang ngamalin dan taat sama aturan Islam. But, dalam pelaksanaannya malah setengah-setengah. Terus, nggak nutup kemungkinan juga kita pilih-pilih aturan Islam. Mana aturan yang cocok dengan selera kita ya diamalkan, kalo aturan Islam tuh nggak suka menurut ukuran kita ya ditinggalin dah. Halah! Ati-ati deh, Bro! Bahaya itu!

Semoga kita semua yang mengaku muslim, bisa ikhlas menerima aturan Islam. Ya, demi kebaikan kita sendiri di dunia dan di akhirat. Duh, nggak asyik banget kalo ngakunya muslim tapi malah ogah tampil islami. Ngakunya muslim tapi ibadahnya nggak islami. Nggak sesuai dengan Islam. Berkoar-koar ngaku muslim, tapi dalam berpolitik praktis, malah merapat ke kubu yang justru membenci Islam. Konon kabarnya hafal al-Quran, tapi kebijakannya dan pembelaannya terhadap Islam malah melempem. Kok, bisa? Ya, bisa aja. Ini akibat dijejali duit dan cara pandang yang salah. Beneran. Jadi inget ormas yang hobinya jagain gereja tapi doyan bubarin pengajian di masjid. Maklum lah, kalo jagain gereja dapat duit setidaknya Rp 50 juta. Ini berdasarkan kabar yang beredar di medsos, lho. Bisa benar, bisa nggak salah (eh, sama aja dong, ya?). Waspadalah!

Sobat gaulislam, yuk kita cintai Islam sepenuh hati kita. Jangan setengah-setengah, jangan pilih-pilih aturan Islam tapi sesuai selera hawa nafsu kita, apalagi sampe nggak taat sama sekali dengan seluruh aturan Islam. Atau kamu malah benci banget sama Islam dan kaum muslmin yang memperjuangkan tegaknya Islam sebagai ideologi negara? Jangan sampe deh. Padahal kaum muslimin yang berjuang menegakkan Islam adalah sebaik-baik perjuangan dakwah.

Wah, kalo sampe membenci dan nyinyir terhadap Islam, bisa bahaya. Itu sebabnya, saya sekadar ngingetin aja nih: “Jangan bilang cinta sama Islam kalo prakteknya kita nggak mau diatur oleh syariat Islam. Jangan ngaku muslim kalo nggak mau tampil islami. Yuk, jadilah muslim sejati yang mencintai dan membela Islam sepenuh hati, yang juga cinta sesama muslim dengan kecintaan sejati. Iya nggak sih?”[O. Solihin | IG @osolihin]