Thursday, 21 November 2024, 21:04

gaulislam edisi 301/tahun ke-6 (20 Ramadhan 1434 H/ 29 Juli 2013)

 

Wah, nggak terasa ya, Ramadhan akan segera berakhir (saat buletin kesayanganmu ini terbit—29 Juli 2013, Ramadhan udah di hari ke-20). Orang-orang sudah mulai disibukkan dengan aktivitas menyambut lebaran. Ada yang sibuk bikin kue, ‘maraton’ cari baju lebaran, ada yang udah mudik, merenovasi rumah dll. Semua aktivitas yang semula ditujukan untuk fokus menyambut Ramadhan, teralihkan menjadi euforia menyambut lebaran.

Para produsen dan pedagang juga tak mau ketinggalan, turut ambil bagian. Mulai dari pemberian hadiah paket lebaran sampai diskon besar-besaran. Manusia bak semut beriringan, tumpah ruah di pasar, di mall dan pusat perbelanjaan lainnya. Bahkan yang mudik, rela tidur di emperan, demi mendapat selembar tiket menuju kampung halaman.

Nah, sobat gaulislam, pertanyaannya, wajar nggak sih kita berbuat demikian? Boleh nggak kita berusaha begitu keras mempersiapkan lebaran yang hanya datang setahun sekali ini? Daripada bingung bin galau, yuk kita ngulik kegiatan yang pas di akhir Ramadhan!

 

Berburu Lailatul Qadar dengan i’tikaf

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, pasti kalian udah tahu kan, bahwa pada bulan Ramadhan ada satu malam yang teramat istimewa. Malam istimewa ini terdapat pada salah satu malam di sepuluh hari terakhir Ramadhan, namanya Lailatul Qadar.

Lailatul Qadar sendiri berasal dari kata Lailat atau Lailah artinya malam dan al-qadar artinya mulia. Jadi, Lailat al-Qadar (biasa kita lafalkan: Lailatul Qadar secara harfiah berarti malam mulia atau malam kemuliaan). Allah Ta’ala berfirman, “Malam Qadr (kemuliaan) lebih baik dari seribu bulan”. (QS al-Qadr [97] : 3)

Hadits Nabi pun banyak lho yang membahas mengenai malam istimewa ini. Maka nggak usah heran, kalo sejak dulu, orang banyak membicarakannya, terutama jika puasa Ramadhan sudah mencapai separuh bulan.

Menurut Al-Quran, di surah al-Qadr tadi, malam al-Qadr adalah malam di mana Allah menurunkan al-Quran. Tentu saja malam di mana al-Quran turun, adalah malam yang sangat istimewa, terutama bagi hamba Allah. Bayangkan, Allah Yang Maha Besar, Yang Menciptakan Segala, berkenan berfirman kepada kita, makhluk yang sangat kecil dan lemah ini. Mengistimewakan kita dari makhluk-makhluk-Nya yang lain dengan memberikan tuntutan dan pedoman hidup bagi kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.

Maka untuk memperingati malam yang luar biasa itu, sudah sepatutnya dong kita mengistimewakannya. Salah satunya dengan i’tikaf. Rasulullah Saw. sendiri, seperti dikatakan istrinya ‘Aisyah r.a., jika memasuki hari-hari sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan, Beliau lebih bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah. Beliau bangunkan seluruh keluarganya agar melakukan hal yang sama, meningkatkan taqarrub, pendekatan kepada Allah. Dalam sebuah riwayaty dikatakan, “Apabila telah masuk sepuluh yang akhir di bulan Ramadhan, Nabi Saw. lebih giat menghidupkan malamnya dengan beribadah; beliau bangunkan keluarganya, beliau lebih tekun, dan beliau kencangkan ikat pakaiannya.” (HR Muslim)

Nah, sebagai remaja yang bertakwa, kita juga kudu mempersiapkan diri dong. Memasuki hari-hari sepuluh terakhir bulan Ramadhan ini, kita harus turut berburu Lailatul Qadar dengan cara memperbanyak ibadah dan i’tikaf. Jangan sampai kita ‘miskin’ pahala di bulan penuh berkah ini. Selain itu, siapa tahu ini merupakan Ramadhan terakhir kita. Sayang kan, jika berlalu begitu saja?

Bro n Sis rahimakumullah, balik lagi ke masalah mempersiapkan lebaran. Wajar nggak, kalo kita berusaha keras mempersiapkan lebaran yang hanya datang setahun sekali ini? Jawabannya, tentu saja boleh. Tapi mengingat limpahan pahala yang sudah saya uraikan di atas, jangan sampai waktu kita malah habis tercurahkan untuk mempersiapkan lebaran sampai-sampai lalai membiarkan momen Laitul Qadar dan hari-hari sepuluh terakhir Ramadhan berlalu begitu saja.

 

Ramadhan, bulan ‘obral’ pahala

Sobat gaulislam, bulan Ramadhan itu adalah bulan penuh dengan limpahan pahala lho. Bahkan pahala setiap amalan akan dilipatgandakan di bulan Ramadhan. Allah Ta’ala berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS al-Baqarah [2]: 185)

Ayat ini diperjelas oleh Ibnu Katsir yang menerangkan bahwa Allah Ta’ala memuji bulan Ramadhan (bulan puasa) dibanding bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan tersebut, Allah memilihnya sebagai waktu turunnya al-Quran yang mulia. Berarti, ini menunjukkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa dari bulan lainnya.

Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

Juga dalam hadits lain, “Pada malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru: “Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan(HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

 

Ramadhan: momen paling indah dalam ibadah

Sobat gaulislam, kalau Ramadhan dikatakan sebagai momen paling indah dalam ibadah, hal itu wajar sekali. Bagaimana tidak, selain mendapatkan pahala dari amalan wajib kita yaitu puasa, kita juga dianjurkan memperbanyak ibadah berupa amalan sunah yang itu semua diberi ganjaran yang juga berlipat ganda.

Beramal sunah pada bulan Ramadhan akan diberi pahala seperti ibadah wajib; sedangkan beribadah wajib pahalanya akan dilipat gandakan pahalanya menjadi 70 kali lipat dibanding pada bulan yang lain.

Nah, kalo sebelumnya tadi kita udah membahas ibadah sunnah berupa i’tikaf dan berburu Lailatul Qadar, maka amalan sunnah yang lain, yang bisa kita lakukan di antaranya:

Pertama, shalat tarawih (shalat malam). Rasulullah saw. bersabda,“Barang siapa shalat malam di bulan Ramadhan karena beriman kepada Allah dan mengharap keridhaanNya, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kedua, membaca al-Quran. Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah olehmu sekalian al-Quran, maka sesungguhnya al-Quran itu akan datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya” (HR Muslim)

Ketiga, memberi makanan kepada orang lain untuk berbuka puasa. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa memberi makan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa, maka ia memperoleh pahala seperti pahala yang diperoleh oleh orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun. (HR Ahmad)

Keempat, memperbanyak shadaqah. Menurut al-Quran surat al-Baqarah ayat 261, bershadaqah (infaq fii sabiilillah) pahalanya dilipatgandakan 700 kali. Kemudian menurut hadits Rasulullah riwayat Ibnu Huzaimah, keistimaan beramal sunah di bulan Ramadhan pahalanya disamakan dengan ibadah wajib. Jadi kalau bershadaqah di bulan Ramadhan tentu pahalanya akan lebih banyak lagi. Rasulullah saw. bersabda, “Seutama-utama shadaqah adalah shadaqah di bulan Ramadhan.” (HR at-Tirmidzi)

 

Puasa oke, ngaji oke

Sobat gaulislam rahimakumullah, banyak dari masyarakat yang ketika bulan puasa malah menghentikan acara pengajian dan majelis taklimnya untuk sementara. Alasan utamanya, untuk menghemat energi selama puasa. Padahal kan sayang banget. Justru seharusnya bulan Ramadhan adalah bulan untuk menghidupkan majelis ilmu dan mengkaji Islam. Dengan memperbanyak mengkaji Islam, insya Allah akan menambah ketakwaan kita.

Hal itu sesuai dengan target akhir dari ibadah puasa, yaitu mencapai derajat takwa. Firman Allah Swt.: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS al-Baqarah [2]: 183)

Rasa takut dan takwa kepada Allah inilah yang akan menjadi kontrol bagi kita, seorang muslim saat ingin berbuat. Rasulullah saw. bersabda, Bertakwallah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada, dan ikutilah kejahatan itu dengan kebaikan niscaya akan menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia” (HR Tirmidzi)

Sobat gaulislam, jangan lupa ya untuk terus memperbaiki akidah kalian. Jadikan Ramadhan ini untuk semakin banyak belajar Islam. So, saat Ramadhan berakhir, kita tetap menjadi hamba yang bertakwa. Puasa oke, ngaji oke. Semangat! [witadahlia | wita_dahlia@yahoo.com]