gaulislam edisi 798/tahun ke-16 (15 Rajab 1444 H/ 6 Februari 2023)
Remaja diperdaya cinta. Atas nama cinta, karena tak punya peta ilmu, akhirnya melabrak apa aja sambil berteriak atas nama cinta. Cinta jadi semacam panglima, atau malah jadi berhala. Dijadikan sesembahan di atas segalanya. Pacaran dijabanin, alasannya atas nama cinta. Bahkan ada yang nekat berzina, bilangnya juga karena cinta. Apa benar begitu?
Jangan-jangan yang terjadi adalah memasang jerat untuk disikat. Mirip dengan ungkapan almarhum Kyai Haji Zainuddin MZ yang pernah saya dengar dalam salah satu ceramahnya yang menceritakan perihal kelakuan remaja zaman itu yang punya semboyan: “aku lihat, aku pikat, aku sikat, aku minggat”. Kalo gitu caranya, kata beliau, “itu namanya bangsat”. Hmm.. ada benernya juga, ya. Itu sama aja habis manis sepah dibuang. Cuma nyipin doang, lalu kabur karena emang nggak mau bertanggung jawab. Lagi hot-hotnya sekarang bilang love, begitu berhasil didapat, besoknya minggat dan bilang: sudah lupa, tuh! Hadeuuh… itu sih sama kayak judul buletin edisi kali ini: now love, besok lupa.
Sobat gaulislam, perkara cinta nih, kalo mau diobrolin kagak ada bosennya. Masih nyenengin aja dari dulu, walau cuma jadi obrolan bagi sebagian orang karena ada yang belum berani melanjutkan ke jenjang pernikahan. Alasannya ada aja, sih. Bagi yang masih malu dan takut melanggar, ya diam aja. Nikmatin cinta sambil bersabar. Kalo yang nggak sabaran, ya udah gerasak gerusuk cari mangsa untuk dijadikan pacarnya. Begitulah fakta yang ada di masyarakat. Remaja banyak yang memilih pacaran dengan alasan saling cinta, tetapi nggak mikirin dampaknya. Udah kejadian aja, perempuannya halim, eh hamil duluan, baru nyadar atas apa yang dilakukannya. Ah, emang parah banget, sih.
Cinta buta
Cinta buta adalah cinta yang tak mengikuti aturan Islam. Ia bebas berbuat apa saja. Termasuk saat orang yang model begitu tuh jatuh cinta, maka ia akan buta dan gelap mata. Berbuat sesukanya dan mencampakkan norma agama.
Ada beberapa kerusakan akibat cinta buta ini (dikutip dari al-Jawabul Kafi Liman Saala’ Anid Dawaaisy-syafi, edisi terjemah, hlm. 242-244). Pertama, lupa mengingat Allah. Betul, malah lebih sibuk mengingat makhluk-Nya, yakni orang yang dicintainya, misalnya. Jika dia lebih kuat mengingat Allah, insya Allah mengingat makhluk-Nya jadi terkendali. Tapi jika lebih kuat mengingat makhluk-Nya, maka mengingat Allah akan dikalahkan.
Kedua, menyiksa hati. Cinta buta, meski adakalanya dinikmati oleh pelakunya, namun sebenarnya ia merasakan ketersiksaan hati yang paling berat.
Ketiga, hatinya tertawan dan terhina. Ya, hatinya akan tertawan dengan orang yang dicintainya. Namun, karena ia mabuk cinta, maka ia tidak merasakan musibah yang menimpa. So, ati-ati deh kalo jatuh cinta. Jangan sampe hati kita tertawan dengannya, hingga lupa segalanya.
Keempat, melupakan agama. Tak ada orang yang paling menyia-nyiakan agama dan dunia melebihi orang yang sedang dirundung cinta buta. Ia menyia-nyiakan maslahat agamanya karena hatinya lalai untuk beribadah kepada Allah. Kalo ada teman kita ketika jatuh cinta tuh sampe nggak sholat, nggak sekolah, dan nggak belajar, karena cuma mikirin dia, maka itu udah dibilang cinta buta. Jadi, kita kudu ingatkan supaya jangan keterusan.
Kelima, mengundang bahaya. Beneran deh. Bahaya-bahaya dunia dan akhirat lebih cepat menimpa kepada orang yang dirundung cinta buta melebihi kecepatan api membakar kayu kering. Ketika hati berdekatan dengan orang yang dicintainya secara buta itu, ia akan menjauh dari Allah. Jika hati jauh dari Allah, semua jenis marabahaya akan mengancamnya dari segala sisi karena setan menguasainya. Jika setan telah menguasainya, maka mana ada musuh yang senang lawannya senang? Semua musuh ingin musuhnya dalam bahaya. Duh, jangan sampe kejadian. Cukup fakta-fakta soal perzinahan dan penularan penyakit seksual itu menjadi perhatian bagi kita untuk nggak melakukan hal yang sama. Naudzubillahi min dzalik.
Keenam, setan akan menguasai. Waduh, jika kekuatan setan menguasai seseorang, ia akan merusak akalnya dan memberikan rasa waswas. Padahal yang paling berharga bagi manusia adalah akalnya yang membedakan ia dengan binatang. So, nggak heran dong kalo banyak yang kejerumus berbuat maksiat karena mikirnya instan banget. Cuma kepikiran enak aja menurut hawa nafsunya. Nggak mikir jauh ke depan: soal dosa dan akibat dosa tersebut.
Ketujuh, mengurangi kepekaan. Cinta buta akan merusak indera atau mengurangi kepekaannya, baik indera suriya (konkret) maupun indera maknawi (abstrak). Kerusakan indera maknawi mengikuti rusaknya hati, sebab jika hati telah rusak, maka organ pengindera lain, seperti mata, lisan, telinga, juga turut rusak. Artinya, ia akan melihat yang buruk pada diri orang yang dicintainya secara buta itu sebagai sebuah kebaikan dan juga sebaliknya. Disebutkan oleh Imam Ahmad, “Cintamu kepada sesuatu membutakanmu dan membuatmu tuli.” Ibnu Abbas pernah mendengar berita ada seorang laki-laki yang sangat kurus sehingga yang tersisa hanya kulit dan tulang. Ibnu Abbas berkata, “Kenapa ia?” “Ia terkena jatuh cinta, isyq (cinta buta)”, jawab seseorang. Ibnu Abbas berdoa dan berlindung kepada Allah sepanjang hari dari penyakit isyq.
Sobat gaulislam, inilah beberapa mafsadat alias kerusakan akibat cinta buta. Cinta buta adalah seseorang yang mencintai secara berlebihan, sehingga orang yang dicintainya sudah pada level menguasai dan mengendalikannya. Seperti kata orang, cinta buta itu awalnya ringan dan manis, pertengahannya sedih, kesibukan, dan sakitnya hati, dan ujung-ujungnya adalah kebinasaan dan kematian, jika nggak diselamatkan oleh Allah Ta’ala. Jadi, ati-ati deh.
Oya, sekadar penjelasan tambahan nih. Kalo isyq adalah cinta yang berlebihan (cinta buta), maka syauq adalah kedamaian hati kepada yang dicintai atau orang yang dicintai tertulis pada hati dalam bentuk kerinduan. Tingkatan ini digunakan kepada Allah, disebutkan dalam Musnad Ahmad, bahwa Ammar bin Yasir melakukan shalat yang singkat dan ia ditanya tentang hal itu. Lalu ia menjawab, “Saya berdoa seperti yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu, “Ya Allah aku meminta kepada-Mu dengan ilmu-Mu tentang yang gaib dan dengan kekuasaan-Mu kepada makhluk, hidupkanlah aku jika kehidupan itu lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian lebih baik bagiku. Aku memohon kepada-Mu ketakutan kepada-Mu di saat sepi dan di keramaian. Aku memohon kepada-Mu berkata yang benar di saat aku senang atau di saat marah. Aku memohon kepada-Mu sikap sederhana dan tenang di saat fakir dan kaya. Aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang tidak akan hilang dan kebahagiaan yang tidak terputus. Aku memohon kepada-Mu ridha kepada keputusan-Mu, kesejukan hidup setelah mati, kenikmatan melihat wajah-Mu, syauq (kerinduan) berjumpa kepada-Mu, dan jauhkan aku dari kesempitan hidup yang berbahaya dan fitnah yang menyesatkanku. Ya Allah hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikan kami orang yang memberi petunjuk dan diberi petunjuk.”
Nah, kalo kamu lebih mentingin hawa nafsumu ketimbangan cinta sejati, itu namanya cintamu buta, karena melanggar aturan yang ditetapkan ajaran Islam. So, nggak layak deh bilang cinta kepada lawan jenis, kalo ternyata dalam mengekspresikan cintamu kepada lawan jenis malah bertentangan dengan cara-cara Islam. Betul nggak sih?
Pacaran? Rayain Valentine?
Nggak level banget sih, kalo cinta malah diekspresikan seperti ini. Udah kuno dan hanya dilakukan para pecundang. Eits, tunggu dulu. Jangan tersungging, eh, tersinggung, ya. Pacaran itu hanya dilakukan sama mereka yang nggak bertanggung jawab. Apalagi cuma berani mengencani di hari Valentine. Nggak banget, deh.
Memang sih, kamu pasti udah denger juga, ya. Ada sebagian orang menganggap bahwa bila jatuh cinta harus diwujudkan lewat pacaran. Sebab, rasa cinta itu menurut kalangan ini harus diekspresikan segera. Sementara cara mengekspresikan cinta yang paling mudah saat ini adalah dengan pacaran. Jadinya pacaran sebagai ajang pembuktian diri mereka bahwa mereka mencintai lawan jenis yang mereka sukai.
Betul, pacaran boleh dibilang mudah dilakukan. Setelah dapetin kekasih hati yang cocok dengan pilihan dan selera mereka, maka mereka bisa mengikat diri untuk saling mencintai dan memiliki. Tanpa harus repot-repot lapor kepada ortu, tanpa harus ribet ngurus ke KUA (Kantor Urusan Agama), tanpa harus susah mikirin cara ngundang orang untuk mengetahui hubungan mereka, juga tanpa harus terikat kewajiban lainnya dalam ikatan dengan sang pacar.
Sementara untuk menikah, ribetnya bukan main. Selain harus mengurus berbagai macam keperluan untuk berlangsungnya pernikahan, juga nantinya mereka akan terikat dengan pasangan masing-masing sebagai suami-istri dan keduanya punya hak dan kewajiban. Orang yang mikirnya instan dan nggak mau pusing, kemungkinan besar akan memilih pacaran aja dalam mengekspresikan kecintaannya kepada lawan jenis ketimbang menikah. Kan sesuai motonya, “Now Love, Besok Lupa!” Ciloko!
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Sungguh sangat menyedihkan dan memprihatinkan kalo kamu mencintai lawan jenis tapi kamu malah lebih suka mengekspresikannya dengan pacaran ketimbang pernikahan. Padahal, sebagai muslim kita hanya terikat dengan aturan Islam. Buka aturan lain. Itu artinya, ketika kamu cinta kepada lawan jenis, sejatinya satu paket dengan kecintaan kita kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, juga kecintaan kita kepada ortu dan diri kita sendiri.
So, kalo emang cinta kepada lawan jenis, maka ekspresi cinta kita harus sesuai dengan tuntunan dari Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Nah, karena pacaran adalah salah satu aktivitas yang dilarang dalam ajaran Islam karena bertentangan dengan aturan pernikahan, maka nggak boleh dan bahkan haram kamu lakukan. Setuju kan?
Oke, kalo setuju berarti kamu udah paham dengan aturan Allah Ta’ala yang udah dijelasin dalam al-Quran: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa’ [17]: 32)
Pacaran tuh ngedekatin zina banget. Itu artinya, sebelum kita bicara bahaya dari dampak pacaran seharusnya kita udah taat duluan kepada aturan Allah Ta’ala ini. Sebab, aturan-Nya pasti mendatangkan maslahat alias kebaikan. Ini artinya, nggak lagi dilihat apakah pacaran tersebut bisa mengundang bahaya atau nggak, tetap aja nggak boleh dilakukan.
Kita kudu yakin dengan aturan Allah Ta’ala bahwa kalo diikuti akan mendapatkan kebaikan, maka jelas banget kalo hal itu dilanggar bakalan nimbulin bahaya, plus murka dari Allah Ta’ala. Waduh, dobel deh hukumannya. Itu artinya kita kudu mikir seribu kali atau sejuta kali (kalo sanggup mikirnya) sebelum ngelakuin pacaran. Bener apa betul?
Oke, mungkin kita punya pendapat pribadi yang beranggapan bahwa kalo pacarannya nggak hot banget nggak bakalan kejadian deh yang namanya perzinaan. Tapi, apa benar kamu bisa kuat menahan godaan hawa nafsu yang dihembuskan setan? Apa ada jaminan kalo udah berduaan dengan lawan jenis, kamu akan tahan untuk nggak ngelakuin kemaksiatan? Kalo pun kebetulan pacaran yang dijalinnya adalah pacaran jarak jauh, tetep aja ‘membahayakan’ diri kamu. Minimal hati kamu tersita untuk selalu konek dengan dirinya ketimbang konek dengan Allah Ta’ala, sementara rindu kamu masih rindu yang terlarang, cemas kamu masih cemas yang terlarang. Beda kalo udah terikat sah sebagai suami-istri. Iya nggak, sih?
Oke deh, intinya jangan mau digombalin atas nama cinta. Lelaki yang bertanggung jawab itu berani ngajak nikah, bukan malah menyeret kamu kepada pacaran. Atau kalo dia belum siap nikahin kamu, dia nggak bakalan menyeret kamu untuk terjerumus dalam kenistaan bernama pacaran atau malah seks bebas. Tipe lelaki seperti itu bakalan bisa menjaga kamu. Beda banget sama yang cuma bisa bilang “Now love”, tapi besok-besok malah pura-pura lupa sama kamu, dan minggat ninggalin kamu yang udah digarap duluan. Nggak banget, deh! [O. Solihin | IG @osolihin]