gaulislam edisi 562/tahun ke-11 (17 Dzulqa’dah 1439 H/ 30 Juli 2018)
Sobat gaulislam, sejujurnya kangen banget sama kamu, lho. Saya berharap semoga kamu semua selalu dalam lindungan Allah ya, gaes. Oh ya, by the way, di edisi kali ini, buletin kesayangan kamu akan membahas tentang… baca, dong, judulnya. Eh? Nah, kalo udah, berarti udah pada tahu, dong ya pembahasannya. So, menurut kamu semua, siapa nih yang bakalan menang? Pacaran atau Pernikahan Dini? Ya, kita lihat aja. Ok, tanpa basa-basi yang panjang kali lebar, yuk bahas dua ‘klan’ ini. Check it out!
Di zaman sekarang, nikah dini itu kalah vote dibandingin pacaran. Why? Coznya, remaja sekarang banyak yang berpikiran bahwa nikah dini itu ribet! Yai yalah. Kalau udah nikah, pasti bakalan repot. Apalagi kalau nikah sambil kuliah. Duh, udah harus ngladenin dosen yang galaknya minta ampun, pulang ke rumah masih harus ngelayanin suami, beres-beres rumah, ngurusin anak, ngerjain tugas kampus, dan semesta alasan ribet lainnya.
Hmm… kita manusia yang punya nafsu. Ada rasa suka sama lawan jenis, ketertarikan sama lawan jenis, dan lain-lain. But, kalau disuruh nikah, pasti nolak karena belum siap. And then, pacaran menjadi solusi. Hish, ajaran siapa tuh, solusinya kok pacaran? Di Islam kan nggak ngajarin kayak gitu. Apalagi pacaran zaman now itu udah nggak bisa disebut pantas, guys. Habisnya nih, banyak banget anak SD, SMP, dan SMA yang gaya pacarannya tuh, anti-mainstream, deh. Dari cara manggil pasangannya aja udah berlagak dewasa. Mama, Papa, Abi, Ummi. Astaghfirullah… What the hell is this! Kalau dari cara manggil aja udah kayak gitu, apalagi kelakuannya. Saya kok nggak yakin mereka bisa tahan godaan. Sebab, dari info-info yang beredar menghiasiu media massa, biasanya kalo udah kayak gitu atau lebih dari itu, bisa kebablasan, tuh. Naudzubillah.
Apa sih, yang bisa kamu dapatkan dari berzina? Kepuasan batin? Halah, omong kosong, itu. Malah menekan batin, dan bikin stres. Bukti? Liat aja. Hamil duluan, yang hamilin nggak mau tanggungjawab. Yang dihamilin bingung luntang-lantung bawa perut yang membuncit sambil menangis penuh penyesalan. Bahkan nggak sedikit yang saking stresnya nih, nekat nggugurin kandungan, and nekat bunuh diri. Duh, dosanya kan jadi berlipat-lipat. Astaghfirullah. Miris, kan, Bro en Sis. Hiks.
Kecil-kecil udah nikah
Baru-baru ini, ada beberapa remaja SMP melakukan pernikahan dini. Salah satunya yang bikin geger, nih, dua anak remaja yang berinisial IR dan ZA. Iya, yang diundang di acara Hitam Putih itu. Awal kisah mereka adalah, ketika mereka bertemu di pasar malam. Pandangan pertama awal aku berjumpa.. lalalal…. (eh, malah nyanyi. Fokus! Fokus!) Setelah itu, barulah saling Whatsapp. Dan, ternyata mereka menyatakan akan menikah. Jedder!
Alasan mereka ingin segera menikah karena ingin menghindari dosa dan perzinaan. Kata sang Ibu ZA, bahwa mereka sering ketemuan, malem-malem lagi. Ibunya udah ngelarang, tapi dua anak ABC eh, ABG, ding, nekat mau ketemu. Akhirnya neneknya saranin buat nikahin mereka berdua aja. Awalnya kedua pihak keluarga nggak setuju. Cuman ya, mau gimana lagi, dua anak ini udah dimabuk cinta. Jadi direstuin aja, deh. Tapi walaupun pernikahan mereka akhirnya dibatalkan karena tidak disetujui oleh KUA.
Dalam acara Hitam Putih saat itu juga membahas tentang bahayanya menikah di usia dini secara kesehatan. Salah satunya, wanita usia 10-14 tahun memiliki risiko lima kali lebih besar untuk meninggal saat hamil dan persalinan daripada wanita usia 20-24 tahun. Pernikahan seharusnya dilakukan karena pasangan telah siap secara psikologis, emosional, fisik, serta finansial.
Padahal, di masa lalu, banyak tuh yang nikah dini dan nggak ada masalah. Sebab, kekhawatiran tersebut hanya menurut ukuran manusia. Kehidupan manusia adalah Allah Ta’ala yang mengatur. Jadi nggak usah khawatir. Terpenting itu, ninggalin dosa, raih rahmat-Nya.
Okelah, guys. Daripada pacaran, pernikahan dini menjadi solusi agar nggak mendekati zina. Sebagaimana Allah telah ungkapkan dalam firman-Nya di Surat al-Isra’ ayat 32: “ Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”
Tapi, guys. Nikah dini sih, boleh aja selama udah sama-sama baligh. Cuma nih ya, ada sedikit pertanyaan, “apakah kita sudah siap secara lahir dan batin dalam menikah?” Syariat Islam emang nggak ngelarang kita nikah umur berapa pun (selama udah baligh). Tapi Islam memberikan tanggungjawab dalam pernikahan. Tanggungjawab sebagai istri yang melayani suami dan mendidik anak, dan tanggungjawab suami dalam menafkahi keluarganya.
Di zaman dulu, banyak orang yang menikah di usia muda. Namun tak diragukan lagi kualitas mereka dalam hal tanggungjawab. Apalagi di zaman kejayaan Islam, banyak orang-orang yang hebat, salah satunya adalah Imam Syafi’i yang baru berusia tujuh belas tahun saat itu, sudah menjadi qadhi’ (hakim). Wah, kalau itu sih, udah pasti siap aja kalau dihadepin sama nikah muda, hehe. Kalau sekarang sih, boro-boro jadi qadhi di usia tersebut, yang jadi pengacara di umur segitu aja nggak ada kayaknya. Tapi anehnya kalo pacaran banyak yang mahir ya? Hmm.. giliran dosa aja pada gas pol deh. Ckckck…
Bekal pernikahan dini
Pernikahan dini menurut Islam? Boleh aja, dong. Asal udah baligh dan siap secara lahir dan batin. Pernikahan itu nggak sekadar untuk kita menghindari perbuatan dosa dan zina. Tapi juga untuk meraih keberkahan. Gimana cara ngeraihnya? Caranya adalah, nyiapin bekal secukupnya.
Mengurus keluarga mungkin akan lebih sulit kalau tidak menyiapkan bekal dengan sebaik-baiknya. Apalagi kalau menjadi seorang ibu. Apa aja bekalnya? Kita harus meluruskan niat agar kita bisa bersungguh-sungguh dalam menjalani rumah tangga itu. Bukan hanya untuk menghindari pandangan buruk orang, ataupun yang lainnya. Cukup agar Allah ridha karena kita menghindari maksiat, dan ibadah. Nah, kalau memang mau nikah muda, nih, jangan juga asal ada yang mau. Kita—terutama kaum wanita—harus pintar dan cermat dalam menyeleksi pasangan kita. Kalau dia belum cukup mampu dalam tanggungjawab, jangan main terima aja. Nantinya takutnya malah jadi berantakan rumahtangganya. Ya, jangan tinggi-tinggi amatlah dalam hal kriteria calon pasangan kita. Kita yang wanita sih, paling tidak menetapkan kriteria calon suami itu: harus rajin sholat, pinter, kaya, cakep, hafal al-Quran. Yais, boleh aja, sih. Kalau nemu. Kalau nggak, ya, setidaknya imannya lurus dan benar, rajin sholat, bertanggungjawab dan dapat dipercaya dululah. Shalih itu pastinya.
Jadi, kalo ingin calon suami yang begitu, kita juga kudu nyiapin diri dong. Jadi shalihah juga. Ya iyalah, mana ada cowok shalih punya gandengan cewek berandalan? Selain itu, menyiapkan mental dan ilmu menjadi keharusan. Sambil berdoa dipertemukan dengan yang kita inginkan, kita berbenah jadi lebih baik lagi.
Kalo belum siap?
Sobat gaulislam, kalo kamu belum siap nikah muda, ya tebalkan iman biar nggak kegoda sama setan yang hobinya emang ngajak manusia untuk maksiat. Caranya? Ngaji, lah. Nuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Baca al-Quran, tadabbur al-Quran, hafalkan, dan upayakan agar bisa juga diamalkan dalam kehidupan sehari-sehari. Loh. Kok al-Qur’n terus? Ya iyalah. Kan sumber ilmu, dan bisa membuat kita dekat sama Allah Ta’ala secara lahir dan batin. Nah, kalau kita semakin deket sama Allah, insyaa Allah iman kita akan tebal. Dan, kalau bisa tambahin juga puasa. Biar makin ampuh.
So, gimana kalau udah yakin mau nikah dini? Ya, silahkan. Asal udah siap secara keseluruhan, ya. Ilmu, mental, dan finansial. Ya, ilmu berumahtangga untuk menjadi istri dan ibu (ayah dan suami) dalam mendidik anak kelak. Tuntunan fiqih berumahtangga lainnya juga perlu kita perdalam. Ingat ya, kalau nikah itu tujuannya nggak cuma buat ngehindari dosa besar perzinaan, tapi juga tanggungjawab ibadah kepada Allah dan melahirkan generasi yang shalih dan shalihah untuk menegakkan agama Allah di muka bumi ini.
Huh, dari tadi kok yang jadi kendala mendidik anak, sih. Emang susah? Eits, susah-susah gampang, tahu. Di zaman sekarang nggak sedikit ibu-ibu, apalagi hasil dari pernikahan muda yang sebenarnya belum siap, hasil didikan mereka ke anaknya salah. Eh, tapi yang nikahnya di atas 25 tahun juga banyak kok yang masih minim ilmu agama dalam mendidik anak. Jadi intinya sih, bukan fikus pada usia muda atau tua ketika menikah, tapi mau belajar dengan benar dan baik untuk masalah ini sejak dini atau nggak.
Nah, karena kesalahan yang banyak masyarakat kita tidak paham, menimbulkan banyak akibat di lingkungannya. Contoh dari segi akhlak dalam pergaulan, kalau orangtua yang tidak mengerti bagaimana mengontrol pergaulan anaknya, tidak tegas, maka akan mengakibatkan hal yang tak sewajarnya. Misalnya dibebaskan berpacaran, padahal itu dosa dan bikin susah. Akibatnya, ya seperti hamil duluan (sebelum menikah, maksudnya), terkena penyakit karena mengonsumsi alkohol dan obat-obatan, dan banyak bencana lainnya. Nah, nggak mau kan kalau anak kita jadi kayak gitu? Ya iyalah. Ngeri! So, gimana, nih caranya didik anak menurut Islam yang insyaa Allah terjamin akan menghasilkan generasi yang baik? Cus!
Tips mendidik anak (kita nyiapin diri, yuk!) menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan, nih. Pertama, didiklah sejak masa kecilnya dengan iman kepada Allah, beribadah, dan berserah diri kepada-Nya, sehingga anak tidak takut ketika mendapatkan cobaan dan tidak gelisah jika ditimpa musibah. Kedua, berikan kesempatan pada anak untuk memikul tanggungjawab dan berlatih menjalankan tugas-tugas sesuai dengan tingkat tumbuh kembangnya. Ketiga, tidak menakut-nakuti dengan sebutan setan, jin, hantu, binatang, terutama di saat menangis, agar terlepas dari bayang-bayang rasa takut.
Keempat, tanamkan di dalam hatinya kesadaran bahwa dirinya adalah tempat kasih sayang, kecintaan, perhatian, dan kehormatan. Kelima, ajarkan kisah-kisah ke-heroik-an pada anak, sebagaimana mengajarkan mereka al-Quran (Saad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu). Keenam, ajarkan anak memanah, berenang, dan melompat ke atas kuda (wasiat Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu). Ketujuh, didiklah anak atas tiga hal, yaitu: mencintai Nabi, mencintai keluarganya, dan membaca al-Quran (HR Tabrani).
MasyaAllah. Betapa indahnya Allah dan Rasululullah mengatur Islam dan kaum muslimin. Memang, di usia muda ini seharusnya kita lebih banyak belajar dan meraih cita-cita. Tapi kalau cita-citanya nikah muda, asal udah siap menjalani secara ilmu, fisik, dan mental, mau nikah muda? Why not?
Meski tentu di negeri kita nggak mudah karena terbendung syarat-syarat di undang-undang perkawinan yang membatasi usia minimal yang dibolehkan menikah. Satu sisi menghambat yang sudah siap walau usia muda, tapi di sisi lain bisa mencegah mereka yang nggak siap untuk menikah. Padahal, menikah banyak tanggung jawabnya.
Tapi masalahnya nih Bro en Sis pembaca setia gaulislam. Ya, di negeri kita, tak ada aturan jelas tentang pergaulan antar lawan jenis. Akibatnya, pacaran dibiarkan merajalela, selingkuh diamini. Memang ada yang melarang dari pihak individu dan ormas Islam yang ngerti, tapi negara kan nggak melarang. Ini aneh bin ajaib. Kalo mau adil, berikan edukasi agar tak ada remaja yang pacaran. Berikan fasilitas dibolehkannya menikah di usia remaja jika sudah siap ilmu, fisik, mental, dan tanggungjawabnya. Setuju? Harusnya sih, ya! [Natasha ADW | IG @natashaara11]
pernihakan terlalu dini kurang bagus
tapi pacaran juga dk bagus
hee