Sejak heboh kasus AIDS pada tahun 1981, kini AIDS tercatat sebagai penyakit yang ikut menyumbang angka kematian bagi umat manusia. Bahkan dalam laporan UNAIDS (Badan PBB untuk program AIDS yang dibentuk tahun 1996), menyebutkan bahwa pada tahun 2001 saja, diperkirakan 21 juta orang penduduk dunia meninggal karena AIDS, termasuk 17 juta di wilayah sub-Sahara Afrika. Dilaporkan juga bahwa 36 juta orang di seluruh dunia terinfeksi HIV, dan setidaknya 26 juta orang adalah mereka yang hidup di Afrika.Nah lho?
Wabah AIDS global terus merebak, dan UNAIDS kembali mengeluarkan perkiraan bahwa sedikitnya 40 juta orang di seluruh dunia tertular HIV atau AIDS.
Tiga juta orang meninggal pada 2003 akibat AIDS, sama dengan jumlah penumpang pesawat jumbo jet Boeing 747 yang kecelakaan setiap 90 menit. Lima juta kasus baru HIV/AIDS tercatat hanya pada tahun ini, kebanyakan di sub-Sahara Afrika, meskipun AIDS dengan cepat menjadi masalah besar di China, India dan Rusia (media-indonesia.com, 2 Desember 2003)
Lebih dari 260 ribu orang Rusia tertular virus HIV, kata kantor berita Interfax yang mengutip catatan kantor PBB di Moskow.
“Sebanyak 70 persen dari seluruh orang Rusia yang positif tertular HIV berusia 15-29 tahun,� tambah pejabat itu (media-indonesia.com, 27 November 2003)
Untuk kasus di Rusia ini, disebutkan bahwa “Hanya 20 per 100 ribu warga Rusia positif tertular HIV pada awal tahun 2000 dan rata-rata itu meningkat hampir 10 kali lipat menjadi 180 per 100 ribu pada Nopember 2003,� kata Vadim Pokrovsky, kepala pusat federal untuk pemberantasan HIV/AIDS.
Bagaimana dengan kasus di Indonesia? “Pada tahun 2003 diperkirakan ada 90.000-130.000 pengidap HIV/AIDS dari 200 juta penduduk Indonesia,� ujar Menteri Kesehatan Achmad Sujudi dalam jumpa pers penutupan Konferensi Tingkat Menteri Asia Timur dan Pasifik Keenam Mengenai Anak di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, 7 Mei 2003. (detik.com, 8 Mei 2003)
Sobat muda muslim, angka-angka ini tentunya nggak semata cuma untuk dibaca biasa aja. Sebab, bilangan itu menunjukkan jumlah penderita penyakit mematikan tersebut. Angkanya dari tahun ke tahun kian meningkat. Itu artinya sinyal tanda bahaya sebenarnya sudah menyala.
Dunia kalang-kabut dengan serangan AIDS yang kian menggila. Beragam kampanye dan upaya untuk menanggulangi getol digelar, tapi penyakit ini seperti tak mau tahu. Pokoknya, hajar aja sampe banyak orang yang tewas karenanya. Wuih, gaswat bener ya?
Dari mana datangnya AIDS?
Ngomong-ngomong soal AIDS, apa sih sebenarnya penyakit itu? Hehehe.. bener juga ya, kali aja ada di antara kamu yang belum ngeh dengan penyakit ini. Oke deh, kita ngasih bocoran neh.
AIDS, alias Acquired Immune Deficiency Syndrom (sekumpulan gejala penyakit, yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh). AIDS disebabkan oleh adanya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang masuk ke tubuh kita.
Nah, virus HIV ini hidup di dalam 4 cairan tubuh manusia. Hmm.. kudu ati-ati deh. Di antaranya ada di cairan darah, cairan sperma, cairan vagina, dan bisa mengalir via air susu ibu.
Gimana menularnya? Gampang aja. Karena virus HIV bisa hidup aman dalam darah, maka penularan melalui transfusi darah bisa terjadi juga. Tentu jika darah yang dipake untuk transfusi itu udah tercemar virus laknat tersebut.
Terus, bisa juga lho lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik di kalangan pengguna narkotika suntikan. Hmm… melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya: penyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah. Waduh, ati-ati deh. Jangan sampe kita kena HIV lewat jalur ini.
Nah, kalo penularan lewat cairan sperma dan cairan vagina hanya bisa terjadi saat berhubungan intim neh. Termasuk yang melakukan seks menyimpang, misalnya lewat anus yang memungkinan cairan sperma bercampur dengan darah. Hiy jijay deh. Udah gitu bisa penyakitan lagi �digigit’ virus HIV!
HIV juga bisa menumpang lewat via ASI. Jika seorang ibu tubuhnya udah terinfeksi HIV, maka kalo sang ibu punya anak masih menyusui, walah, sudah dipastikan tuh anaknya kena HIV. Kasihan banget ya?
Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif.
Daam sebuah wawancara di SCTV pada hari AIDS sedunia 1 Desember 2003 lalu menghadirkan seorang ibu yang kena AIDS dan juga ketiga anaknya. Wow, kasihan banget ya? Nah, begitu presenter SCTV nanya dengan pertanyaan yang tajam tak bertepi (cieee..): “Apakah suami ibu suka �jajan’?� Si ibu malu-malu dan bilang, “ini terlalu pribadi�. Dalam dalam wa-wancara berikutnya akhirnya mengakui bahwa suaminya suka �jajan’ dengan pelacur!
Jadi sebetulnya kalo dirunut lebih jeli, HIV cuma tumbuh dalam dua kondisi, yakni dalam cairan sperma/vagina, dan darah. Itu artinya, HIV sangat mungkin tertular melalui hu-bungan seksual. Apa-lagi dengan yang banyak pasangan alias �jajan’ di mana-mana. Wuih, nggak terjaga tuh kesehatan-nya!
Itu sebabnya, pakar AIDS, R Smith (1995), setelah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai “sama saja mengundang kematian�. Selanjut-nya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberan-tas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah (Republika, 12 Nopember 1995)
AIDS: Akibat Intim Dengan Sekularisme
Sobat muda muslim, penyakit ini , selama 22 tahun lebih bikin heboh sekaligus membuat ketar-ketir penduduk bumi. Gimana nggak, sampe sekarang pun belum ada obatnya untuk memusnahkan sang virus. Malah, dengan dibiarkannya penularan lewat hubungan seksual di luar nikah itu, kian menjadikan virus ini berkembang biak dengan cepat. Tragisnya, sang virus menyerang siapa aja yang nggak terlibat langsung dalam kemaksiatan, yakni ibu-ibu yang suaminya tukang �jajan’ dengan para pelacur. Celakanya lagi, anak yang lahir dari keluarga seperti ini, juga terinfeksi virus HIV yang mengalir via ASI. Ciloko tenan!
Sampe saat ini AIDS memang belum bisa diobati secara medis, mungkin yang bisa dilakukan adalah pencegahan. Sayangnya, masih banyak pihak yang percaya bahwa AIDS bisa dicegah dengan menggunakan kondom manakala berhubungan seks. Wuih, kamu masih inget juga kan kampanye AIDS di televisi yang memajang Bang Harry Rusli sebagai model dalam iklan layanan masyarakat itu?
Yup, kampanye penggunaan kondom itu udah menimbulkan pro-kontra. Maklum, kampanye penggunaan kondom sama saja dengan menganjurkan untuk melakukan seks bebas. Apalagi dengan kata-kata terkenal dalam iklan tersebut, “Kenakan kondom atau.. kena!�, seolah kondom adalah tameng untuk mencegah masuknya virus HIV.
Sebetulnya para aktivis peduli AIDS sadar betul bahwa penularan AIDS yang efektif adalah via hubungan seksual yang tidak aman (berganti pasangan dan di luar nikah). Padahal, budaya tersebut adalah budaya yang bagi banyak orang masih menjadi andalan untuk bersenang-senang menikmati kebebasan seksual.
Itu sebabnya, mereka ngakalin gimana caranya agar tetep bisa berhubungan seks bebas, tapi aman. Sama seperti halnya dulu orang Inggris takut berhubungan seks dengan banyak pasangan karena adanya PMS (penyakit menular seksual) seperti gonorhoe dan sipilis. Tempat pelacuran sepi pengunjung. Tapi begitu Alexander Flemming berhasil membuat penisilin, para durjana lembah birahi ini aktif kembali dengan kemaksiatannya. Gaswat!
Nah, dalam kasus AIDS, banyak pihak meng-anggap bahwa kon-dom bisa men-cegah penularan AIDS. Maka rame-rame dikampanyekan. Dasar kaum hedonis dan per-misif ya. Kampanye sete-ngah hati tuh!
Padahal, kondom yang dibuat dengan tujuan sebagai alat kontrasepsi ini nggak tahan ditembus virus HIV yang tentu ukurannya jauh kecil ketimbang sperma. Prof. Dr. Dadang Hawari menuliskan hasil rangkuman beberapa pernyataan dari berbagai kalangan tentang kondom. Salah satu di antaranya disebutkan bahwa pada kondom (yang terbuat dari bahan lateks) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang.
Sedangkan bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-pori mencapai 10 kali. Sementara virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Jadi jelas bahwa virus HIV dapat dengan leluasa lolos melalui pori-pori kondom. (Permata, 19/VIII Desember 2003)
Nah, itu sebabnya kita bisa dengan pede dan berani menyatakan bahwa, AIDS itu lebih disebabkan akibat penyakit perilaku seks bebas, termasuk yang menyimpang. Kalo yang lewat jarum suntik, tranfusi darah dan via ASI, cuma efek samping berikutnya aja. Tul nggak?
Jadi, kebebasan tingkah laku yang menjadi budaya dalam masyarakat kapitalis-sekular inilah yang ikut menyumbang lebih banyak kerusakan, termasuk dalam penyebaran AIDS ini. Ya, inilah akibat kita intim dengan sekularisme. Jadi AIDS boleh dibilang: Akibat Intim Dengan Sekularisme! Catet euy!
Hindari gaul bebas!
Sobat muda muslim, banyak orang percaya kalau penyakit ini lebih diakibatkan faktor human’s behaviour (perilaku manusia) yang kelewat berani melawan aturan sang Pencipta. Baik pergaulan bebas dengan lawan jenis, atau dengan sesama jenis (homo dan lesbian). Karenanya, upaya penanganan penyakit ini akan sia-sia saja selama perilaku manusia sendiri tidak dibenahi. Apalagi bila ternyata ditangani dengan cara yang salah; seperti kampanye pemakaian (sori!) kondom, atau anjuran supaya setia dengan pasangan. Pasangan apa? Istri dan suami atau pasangan zina? Itu semua sama saja dengan melegalkan perzinaan di mana-mana.
Sobat, masalah yang pertama kali harus dibenahi adalah soal keyakinan hidup. Seorang remaja muslim yang percaya akan adanya hisab dan azab dari sang Pencipta, pastinya tidak akan berani melakukan perbuatan dosa sekecil apapun. Apalagi berzina. Walaupun itu bisa saja dilakukan atas dasar suka sama suka dan dijamin bebas penyakit. Itu karena dia ingat pada firman Allah; “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.â€? ( QS al-Isr?¢â€™ [17]: 32).
Berikutnya, daripada membuang uang jutaan dolar untuk riset pengobatan AIDS atau untuk mengkampanyekan kondom, akan jauh lebih berhasil bila pergaulan bebas dilarang sama sekali. Termasuk pemerintah jangan sungkan-sungkan menutup segala macam praktik-praktik pelacuran. Dan jangan ragu-ragu pula mengganjar para pelaku pergaulan bebas – sesama jenis maupun kaum homo dan lesbi — dengan sanksi yang setimpal. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?
Nah buat kamu sobat remaja, kalau masih ingin hidup sehat, selamat dunia apalagi akhirat, jangan coba-coba nekat bergaul bebas dengan lawan jenis, apalagi sampai kebablasan berzina. Selain memang dosa besar, kamu berpeluang besar menambah panjang deretan pengidap AIDS. Jadi, kobarkan perang semesta melawan AIDS. Kita kampanyekan penerapan Islam sebagai ideologi. Sekarang juga! [solihin]
(Buletin Studia – Edisi 173/Tahun ke-4/15 Desember 2003)