gaulislam edisi 700/tahun ke-14 (8 Sya’ban 1442 H/ 22 Maret 2021)
Sobat gaulislam, udah sering kami bahas soal ini. Jadi semacam membuka arsip saja. Temanya sama, tetapi kata-kata berbeda, fakta sedikit berbeda. Namun, yang sudah pasti sama adalah solusinya, yakni berdasarkan tuntunan syariat Islam. Tentu, ada beberapa yang spesifik, tetapi secara umum tetap sama sesuai tuntunan syariat Islam. Jadi, persoalan tentang pacaran ini ibarat masalah yang sebenarnya udah pada tahu hukumnya. Iya, kan? Iya, kan? Namun demikian, kadang ada juga yang masih pura-pura lupa. Jadi, diterabas saja, alias tetap ngelakuin pacaran. Duh, jaga hati jaga diri, dong. Jangan main nge-gas aja.
Beberapa waktu lalu sempat tuh rame yang memprotes pihak yang melakukan kampanye nikah muda. Lho, jadi kebalik-balik, ya? Mestinya sih didukung, bukan diprotes. Atau kalo kurang setuju ya dicari solusinya bersama-sama. Misalnya mungkin kalo masih sekolah, ya selesaikan dulu sekolahnya. Supaya nggak memunculkan rangsangan birahi, dilarang dong yang pacaran dan berdua-duan di sekolah atau di tempat umum lainnya. Batasi pergaulan. Nggak sembarang kayak sekarang. Dilarang nikah muda, tetapi kondisi yang memungkinkan terjadinya rasangan birahi seperti pacaran, tontonan pacaran dan seks tak disensor, banyak adegan-adegan iklan dan video klip yang merangsang birahi. Akhirnya, karena nikah muda nggak boleh, banyak anak muda yang memilih pacaran. Eh, udah gitu bablas pula sampai berzina. Naudzubillahi min dzalik.
Omong-omong soal menikah, memang bukan perkara gampang. Tapi meski demikian, bukan berarti sulit untuk dilaksanakan. Masih bisa kok. Insya Allah jika kita punya niat dan komitmen yang kuat bisa kita jalani dengan mudah. Terus, nikah pun bukan pula sebagai bentuk “permainan” yang membuat kita harus merasa main-main dalam pernikahan ini. Nggak lha, ya. Nikah bukan untuk main-main, bukan pula untuk mempermainkan orang. Jadi jangan diniatkan bahwa menikah itu dengan tujuan untuk “ngadalin” pasangannya, atau orang di sekitarnya (idih, psikopat banget tuh! Sadis!)
Bro en Sis rahimakumullah, kita yakin bahwa kamu udah gede, udah dewasa. Itu sebabnya, kita berani aja ngobrolin cinta dan pernikahan ini. Nggak was-was karena memang kamu udah siap. Kita juga nggak ragu karena yakin bahwa masalah ini wajib disampaikan. Kita udah bosen dengan segala bentuk kampanye pacaran, gaul bebas, sampe seks bebas. Baik yang terang-terangan maupun terselubung. Korban pun sudah banyak. Semoga saja, kampanye kita tentang pernikahan yang tanpa melalui proses bernama “pacaran” bisa juga diterima dan dijadikan sebagai “rasa baru” dalam kehidupan kita. Meski sebetulnya konsep lama. Nggak muluk-muluk deh, targetnya sederhana saja: kamu jadi cerdas dan taat syariat. Itu saja. Nggak lebih, nggak kurang.
Kampanyekan pernikahan, bukan pacaran
Sosialisasi tentang pernikahan kepada para remaja muslim rasa-rasanya perlu digiatkan terus. Jangan sampe kalah dengan sosialisasi pacaran yang sudah berani melanggar batasan norma masyarakat, dan juga ajaran agama. Para penggagas gaul bebas ini rajin bin getol untuk menggembar-gemborkan pacaran, ketimbang pernikahan. Akibatnya, kini banyak remaja yang jika bicara tentang pernikahan malu-malu dan bahkan takut. Tapi mereka tak merasa malu, bahkan sangat nekat untuk merayakan seks bebas setelah mendapat informasi bagaimana “nikmatnya” pacaran.
Kita nggak ngiri, kok. Kita cuma ngasih wacana. Toh, semua orang sebenarnya udah diberikan akal sebagai potensi untuk berpikir. Masalahnya adalah, apakah akalnya diberdayakan untuk berpikir yang benar atau salah. Itu saja kok. Betul? Nah, itu sebabnya dalam renungan kecil ini kita ingin mengajak pembaca untuk berpikir lebih cerdas, benar, dan sesuai tuntunan syariat. Jangan asal cerdas aja, jangan pula asal benar menurut hawa nafsu kita. Namun cerdas, benar, dan emang sesuai syariat.
Oya, meski budaya pacaran dan gaul bebas udah begitu menjamur dan sepertinya sulit dihentikan, bukan berarti kita nggak punya cara untuk menumpasnya. Selain keimanan dan keilmuan yang kita miliki, ternyata aksi kita secara langsung pun amat sangat dibutuhkan. Entah melalui tulisan, boleh juga melalui kelincahan lidah kita untuk mengkampanyekan pernikahan ini dan mengalienasikan pacaran. Sehingga nanti tidak ada lagi remaja yang segan atau takut bicara tentang nikah, sekaligus rela meninggalkan budaya pacaran yang ternyata sangat menguras perhatian tanpa menyelesaikan masalah. Karena yang terjadi justru menambah masalah. Repot banget, kan? Jadi, kenapa milih pacaran jika ternyata solusi pernikahan disediakan, dan halal pula?
Sejatinya Allah Ta’ala udah wanti-wanti sejak lama dengan “mengkampanyekan” pernikahan, bukan gaul bebas. Paling nggak ada dalam firman-Nya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS an-Nuur [24]: 32)
Dalam ayat lain yang sudah sangat terkenal dan mungkin hapal di luar kepala (maklum sudah sering baca di surat undangan ya? Ehm..). Yup, Allah Ta’ala menjelaskan dalam al-Quran: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS ar-Ruum [30]: 21)
Sobat gaulislam, Allah Ta’ala sudah menerangkan pula bahwa menikah adalah sunah para nabi. Artinya, memang menikah bukan melawan ajaran agama. Itu sebabnya, beberapa rasul dan nabi yang diutus oleh Allah Ta’ala juga menikah, ““Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan Kami telah berikan kepada mereka istri dan keturunan”.(QS ar-Ra’du [13]: 38)
Nabi kita, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa Sallam juga menikah, kok. Diriwayatkan, bahwa ada tiga orang sahabat pernah datang ke salah satu rumah istri baginda Nabi shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan bertanya perihal ibadah beliau. Setelah mendapatkan keterangan, mereka merasa dirinya kecil, “Seberapalah kita ini kalau dibandingkan dengan baginda Nabi shalallahu ‘alaihi wa Sallam” kata mereka, “Padahal beliau telah diampuni dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang!” Salah seorang di antara mereka kemudian berkata: “Kalau begitu, aku akan shalat malam terus-menerus selamanya”. “Sedangkan aku akan berpuasa terus-menerus dan tidak berbuka”, sahut yang satunya. Adapun yang ketiga berkata: “Aku akan menjauhi perempuan dan tidak akan menikah selama-lamanya!” Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa Sallam datang dan bertanya: “Kalian tadi yang berkata begini dan begitu? Demi Allah, bukankah aku ini orang yang paling bertakwa kepada Allah di antara kalian, toh aku tetap berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, aku juga menikahi wanita. Siapa saja yang membenci sunnahku, berarti dia bukan dari golonganku”. (HR Bukhari dan Muslim, dari Anas radhiallahu ‘anhu)
Nah, selain Allah Ta’ala dan Rasul-Nya sudah menetapkan syariat pernikahan, ternyata Allah Ta’ala dan Rasul-Nya juga memberikan aturan tentang larangan perzinahan dan pergaulan bebas. Dalam al-Quran, Allah Ta’ala menerangkan kepada kita, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa [17]: 32)
Tuh kan, jadi kalo kamu nekat berzina, ih, itu sama dengan udah melawan dan menyepelekan Allah Ta’ala yang udah membuat aturan. Nabi kita pun, Muhammad shalallahu ‘alaihi wa Sallam udah mewanti-wanti dengan tegas, bahwa jangan sampe kita bergaul bebas dengan lawan jenis yang bukan mahram, karena khawatir akan menghantarkan kepada perzinahan setelah mendapat “support” penuh dari setan. Rasul yang mulia bersabda (yang maknanya): “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiga adalah syaitan.” (HR Ahmad)
Sekadar tahu aja, bahwa hukuman buat para pezina tuh berat, lho. Di dunia, jika hukum Islam diterapkan maka seorang gadis dan jejaka yang berzina akan dicambuk sebanyak 100 kali cambukan (dan diasingkan selama setahun). Firman Allah Ta’ala: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera,” (QS an-Nuur [24]: 2)
Sementara buat yang udah pernah menikah (muhson), kalo masih nekat juga melakukan zina, hukumannya juga berat, yakni dirajam sampai mati (tubuh dikubur, yang terlihat hanya kepala saja, lalu dilempari batu). Hmm.. cukup mengerikan bukan? Namun jangan salah, kalo pun di dunia ini lolos alias nggak dihukum, di akhirat siap menghadang, lho.
Dalam sebagian riwayat hadis Samurah bin Jundab yang disebutkan di dalam Shahih Bukhari, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda (yang artinya):“Semalam aku bermimpi didatangi dua orang. Lalu keduanya membawaku keluar, maka aku pun pergi bersama mereka, hingga tiba di sebuah bangunan yang menyerupai tungku api, bagian atas sempit dan bagian bawahnya luas. Di bawahnya dinyalakan api. Di dalam tungku itu ada orang-orang (yang terdiri dari) laki-laki dan wanita yang telanjang. Jika api dinyalakan, maka mereka naik ke atas hingga hampir mereka keluar. Jika api dipadamkan, mereka kembali masuk ke dalam tungku. Aku bertanya: ‘Siapakah mereka itu?’ Keduanya menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang berzina.” Ih, naudzubillahi min dzalik.
Sobat gaulislam, saya ngasih gambaran seperti ini saking sayangnya sama kamu semua. Jangan sampe kamu terbius oleh gemerlap kehidupan yang menawarkan kenikmatan semu. Nggak usah tergoda untuk melakukan gaul bebas, karena akibatnya udah jelas. Rugi dunia-akhirat tuh.
Bimbingan ortu
Saya khawatir banget kalo kamu sampe nggak benar dalam kehidupan ini. Emang sih, kamu, para remaja nggak bisa disalahkan 100 persen. Karena “kenakalan” kamu pun lebih banyak diakibatkan oleh kenakalan para orang tua. Cuma karena kamu ngikutin langkah jeleknya jadi deh kebawa-bawa jelek. Itu sebabnya, peran orang tua untuk membimbing anak-anaknya yang masih remaja lumayan bisa membantu mengatasi persoalan ini.
Semoga saja, para orang tua (baik di rumah maupun ortu di masyarakat dan pejabat negara) mulai bisa memahami “aktivitas” remaja yang satu ini. Dan, sebagai remaja, teman-teman juga jangan sungkan untuk curhat dengan ortu tentang apa saja yang mengganjal dalam hidupmu. Insya Allah jika kedua belah pihak saling mengetahui dan mengerti masalah masing-masing, bukan tak mungkin kita bisa bergandengan tangan untuk mewujudkan harapan indah di masa depan. Kita semua butuh bimbingan dari orang-orang yang mau ngertiin kita-kita, salah satunya dari ortu di rumah. Syukur-syukur kalo ortu di sekolah, ortu di masyarakat sekitar dan ortu yang ngurus negara pun peduli sama kita-kita, wuih betapa asyiknya.
Yuk, kita mulai lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak. Jangan terus main-main dalam masalah seserius ini. Kalo pun kita belum mampu untuk menikah, jangan nekat menikah. Karena pernikahan bukan urusan main-main. Oya, kita pun harus rela untuk membuang jauh-jauh pikiran murah dan murahan tentang “pacaran”.
Ah, rasanya tak ada salahnya jika kita mulai memikirkan masalah seserius ini. Jangan korbankan generasi muda kita hanya untuk meraih keuntungan sesaat. Mereka masih punya harapan banyak ketimbang kita. Jangan mengekangnya, tapi kita sekadar membimbing dan mengarahkannya ke arah yang benar dan baik sesuai tuntunan syariat Islam. Coba deh, rasa-rasanya masih mungkin kan? Ya, masih bisa. Insya Allah. Jadi, pernikahan adalah solusi, mengapa pilih pacaran, apalagi seks bebas? Silakan direnungkan. [O. Solihin | IG @osolihin]