Saturday, 23 November 2024, 02:26

Bulan Ramadhan, paling nggak bikin kita seneng ati. Rasanya kita jadi semangat banget untuk melakukan berbagai kegiatan yang baik-baik. Paling utama bagaimana kita suka-cita melaksanakan puasa yang emang diwajibkan di bulan ramadhan ini. Bagi orang-orang yang beriman, rasanya nggak ada alasan deh untuk tidak gembira dengan datangnya bulan ramadhan ini. Tul nggak?

Namun sayangnya, seperti tahun-tahun sebelumnya, ramadhan tahun ini pun terpaksa harus kurang gereget. Kurang seru karena kok kayaknya secara umum biasa-biasa aja. Sepertinya nggak ada yang beda. Kalo secara pribadi mungkin masing-masing orang bisa merasakan perbedaannya. Tapi masalahnya, kita kan pengen suasana ini mengimbas juga buat kehidupan sosial kita. Bener apa bener?

Yup, ramadhan yang seharusnya bisa memberi kita warna berbeda dan bikin tentrem ati, tapi akhirnya hanya jadi sekadar pelengkap bulan yang ada aja. Kita sedih banget deh. Sebab, meski kegiatan keislaman marak digelar, tapi kegiatan yang nyerempet-nyerempet dosa juga tetep digeber abis. Coba deh kalo kamu jalan-jalan ke sudut-sudut kota. Ke terminal misalnya, kamu mungkin akan memergoki orang-orang yang lagi asyik judi di tengah hari bulan ramadhan. Duh, apa nggak membangkang sama Allah tuh?

Terus, beberapa warung makan juga sigap beraksi lagi, setelah cuma sehari di awal ramadhan tutup. Sekarang, pada pertengahan ramadhan, yang tidak puasa juga kian berani menampakkan identitasnya. Cuek abis makan di sembarang tempat. Atau paling nggak sekadar merokok di sana-sini. Ah, rasanya kok kayak nggak berada di bulan ramadhan.

Belum lagi kalo ngeliat tayangan di tele-visi. Seperti bulan lalu, para pengusaha televisi tetep getol memberi persetujuan kepada para pimpinan programnya untuk menyiarkan tayangan miskin manfaat. Maka, tayangan sekelas Bidadut pun tetep digeber meski di bulan ramadhan. Lengkap dengan tiga penyanyi yang menjadi maskot tayangan dangdut itu. Katanya sih, goyangnya aja yang dikurangi, plus kostum penari dangdutnya yang dibuat sedikit sopan. Bila perlu pakai kerudung! Gubrak!

Acara infotainment yang menguliti kehidupan para seleb pun nggak absen meski ramadhan. Bahkan kesannya makin gencar aja, karena ba’da shubuh pun joss terus ditayang-kan. Sssttt.. yang mau tadarus al-Quran aja jadi tergoda melototin tayangan tersebut. Mungkin bagi yang nggak suka pasti sebel deh. Tapi kita prihatin karena sangat boleh jadi kalangan yang terbius dengan tayangan seperti itu jumlahnya mungkin banyak banget.

Yup, sepertinya para pengusaha televisi dan gerombolannya sedang menertawakan kita-kita yang puasa. Atau… apa mungkin kalo mereka ingin menghibur kaum muslimin setelah seharian lelah dan letih menahan diri untuk tidak makan dan minum?

Walah, kalo niatnya pengen menghibur harusnya memberikan tayangan yang oke punya ya? Misalnya memberikan informasi yang menarik tentang Islam. Menyampaikan pesan-pesan yang bermutu dan berilmu. Kita?  jadi tambah wawasan. Ilmu dapat, takwa meningkat. Pokoknya kita bisa mendapatkan nilai lebih dari bulan ramadhan ini.

Jangan jadi badut
Idih, emangnya jadi badut nggak boleh? Hehehe.. maksudnya kita jangan cuma bisa nyenengin ati orang lain aja, meski harus dengan menipu diri. Kalo jadi badut kan jual tampang aja. Kita berlindung di balik kedok yang bisa menghibur orang yang melihat kita.

Duh, jangan sampe deh, kita bermanis-manis di depan orang untuk menghibur mereka. Bisa jadi lho mereka seneng melihat kita berubah jadi alim. Boleh jadi mereka ngacungin 4 jempol sekaligus sebagai tanda salut ama perubahan kita pas ramadhan.

Tapi jangan salah lho, kalo kita pas ramadhan aja jadi alim, begitu selesai ramadhan malah kembali ke habitat awal yang jelek. Kan jadinya selain menipu orang, juga menipu diri sendiri. Yuk kita perbaiki amalan kita. Sayang lho, kalo sampe angus en puasa kita cuma dapetin lapar dan haus aja.

Sobat muda muslim, hal yang sama kita sampaikan juga kepada mbak-mbak dan mas-mas yang kadung menjelma jadi seleb di dunia entertainment. Mereka udah biasa menghibur kita-kita para penggemarnya. Bahkan ada yang bulan lalu jor-joran dengan gaya menghiburnya yang dahsyat bikin kelenger siapa saja yang lihat. Karena full aurat dan erotis. Kini, banyak kalangan seleb berubah jadi alim. Meski sayangnya, ini baru tampak kulitnya aja. Isinya sih, jangan-jangan masih seperti dulu.

Sekadar gambaran aja, Inul yang tampil berkerudung di sebuah tabloid hiburan mengaku akan mengerem goyang ngebornya selama bulan puasa. Setelah selesai ramadhan? Ngebor lagi bo..! Waduh!

Kita nggak bermaksud bikin ricuh suasana karena mungkin ada yang bilang kita kok kayaknya nggak rela ada orang berubah meski sedikit saja. Kita-kita senang kok kalo ramadhan ini mampu memberikan perubahan pada seseorang untuk menjadi lebih baik. Tapi kita lebih seneng lagi kalo perubahan-nya itu benar-benar nyata. Nggak palsu. Nggak cuma selama ramadhan aja. Tapi seterusnya kan jauh lebih baik. Tul nggak?

Sayangnya, banyak dari kita juga yang berubah seketika, untuk kemudian balik lagi ke kondisi awal yang agak-agak error gitu. Oya, kadang kasihan juga ngeliat kalangan seleb dunia hiburan, banyak dari mereka juga berubah pas ramadhan aja. Setelah itu mah, ya joss lagi nggak bener.

Sobat, ini sekadar taushiyah kecil buat kita semua tentang ramadhan. Nggak ada maksud menyebarkan permusuhan, kita sekadar mengajak untuk lebih baik. Dan perlu dicatat bahwa yang ngajak belum tentu lebih baik. Itu artinya, kita sama-sama belajar untuk berubah menjadi baik. Tul nggak?

Agar puasa berbuah takwa
Oke deh pertanyaan kita sekarang, gimana supaya puasa kita ada bekasnya? Pertama, luruskan niat. Yup, pastikan niat kita melaksanakan puasa ramadhan benar-benar hanya karena Allah semata. Bukan karena paksaan ortu, atau sekadar menutupi rasa malu sama teman. Suer. Kayaknya malu deh kalo udah gede kayak kita-kita ini niat puasanya karena ingin mendapatkan jatah jajan dari ortu en sodara-sodara waktu lebaran nanti. Jadi, luruskan dan mantapkan niat, karena puasa ini pahalanya gede lho. Bener.

Dalam sebuah hadis qudsiy Rasulullah saw. bersabda: Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, bau mulut orang berpuasa benar-benar lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi. Dia meninggalkan makanannya, minumannya, syahwatnya semata-mata karena Aku. Puasa itu adalah bagi-Ku. Dan Aku sendirilah yang akan memberikan pahalanya. Dan kebajikan (pada bulan Ramadhan) diberi pahala dengan sepuluh kali lipat kebajikan yang semisalnya. (HR Bukhari dari Abu Hurayrah)

Kedua, kuasai ilmunya. Benar. Karena puasa bukan semata menahan diri dari rasa lapar dan haus. Tapi juga sekaligus menahan hawa nafsu. Boleh dibilang tutup mulut, tutup mata, en tutup telinga dari segala aktivitas yang bisa nguras pahala puasa kita. Kamu boleh jadi kuat nahan mulut untuk tidak makan dan minum, tapi banyak yang tergoda untuk ngebusa ngegosipin kejelekan teman. Tahan pandangan dari melihat hal-hal yang nggak boleh dilihat. Juga tutup telinga dari dengerin gosip supaya nggak tergoda pengen nimbrung.

Itu sebabnya, kamu juga kudu ngeh ilmunya. Biar puasa kita mantep. Kalo tahu ilmunya, insya Allah akan membekas dalam diri kita bahwa puasa adalah kewa-jiban dan ladang amal yang luas. Maka, nggak bakalan disia-siakan tuh kesem-patan emas ini untuk ibadah mendulang pahala. Terus, kita juga nggak bakalan gegabah balik ke �habitat’ awal perbuatan kita agak-agak error itu, karena kita tahu bahwa perbuatan maksiat haram dilaksanakan di bulan mana pun, apalagi di bulan ramadhan. Insya Allah nantinya kamu bisa jaga diri untuk tidak kembali jadi senewen pascapuasa. Kita jadi orang-orang yang bertakwa. Lagian kita nggak mau dong berbuat dosa yang buahnya nanti neraka. Naudzubillahi min dzalik. Jadi, belajar adalah kuncinya. Baca en ikuti kajian Islam yang marak selama bulan ramadhan ini. Ayo, kamu bisa!

Ketiga, kondusifkan suasana. Nah, suasana ramadhan mampu memberikan warna tersendiri dalam hidup kita. Warna yang ten-tunya sedap dipandang mata. Di bulan ini, rasanya kita jadi getol baca al-Quran, jadi giat sholat wajib dan sunnah, juga sregep ikut kajian Islam tanpa disuruh-suruh lagi. Kita melakukannya dengan penuh semangat dan insya Allah ikhlas. Nggak heran, sebab hampir semua orang-orang terdekat kita juga giat melakukan ibadah. Saling mengingatkan, saling menasihati, juga saling menolong tumbuh saat ramadhan. Rasa kebersamaan kita terwujud karena individu lain pun memberi dukungan. Salah satunya dengan melakukan aktivitas yang sama. Enak bukan? Tanpa sadar kita pun kebawa. Suasana kondusif seperti ini tentunya bikin enak ati kita.

Nah, supaya ketika ramadhan berlalu tapi kegiatan seperti ini bisa bertahan, buatlah suasana yang juga mirip dengan ramadhan. Minimal di keluarga kita dulu. Kita kondisikan misalnya dengan melaksanakan shaum 6 hari di bulan syawal. Seterusnya, seluruh anggota, bila perlu teman-teman di sekolah membia-sakan diri untuk melakukan ibadah puasa sunnah senin-kamis. Dengan harapan, puasa tersebut bisa menahan kita untuk tidak berbuat maksiat. Baca al-Quran setiap hari, insya Allah bisa menghidupkan kembali �ruh’ ramadhan.

Keempat, pahami Islam sebagai ideologi. Oya, supaya lebih mantap lagi dan insya Allah berta-han lebih lama tanpa efek samping (obat kalii..?), kita juga kudu memahami Islam sebagai ideologi. Dengan kata lain, kita kudu ngeh dan memahami bahwa Islam adalah akidah dan syariat. Kegagalan yang banyak dilakukan saudara-saudara kita dalam memahami Islam adalah karena Islam dipahami sebatas ibadah ritual saja. Nggak utuh jadinya.

Faktanya? Hmm… bisa kita saksikan sendiri saat ini. Ramadhan tahun lalu begitu khusyu ibadah. Begitu ramadhan berlalu, semua aktivitas mulia yang biasa dilakukan di ramadhan nguap entah kemana. Balik lagi deh jadi amburadul (backsound: Kasihan deh luh!)

Insya Allah jika kita memahami Islam sebagai jalan hidup, maka seluruh aktivitas kita, baik di bulan ramadhan maupun di bulan lain, selalu menyandarkan kepada syariat Islam. Bukan yang lain.

Oke deh, selamat berpuasa, perdalam Islam, dan mari berjuang untuk menegakkan syariat Islam. Tetap semangat! [solihin]

(Buletin Studia – Edisi 170/Tahun ke-4/10 Nopember 2003)