Friday, 22 November 2024, 06:50

gaulislam edisi 349/tahun ke-7 (2 Ramadhan 1435 H/ 30 Juni 2014)
 

Bulan Ramadhan sudah tiba, kita semua mestinya bergembira. Sebagai muslim, rasa-rasanya tak ada yang perlu ditanyakan lagi kenapa kita harus gembira menyambut Ramadhan dan mengisi hari-harinya dengan ibadah. Di edisi pekan kemarin udah disebutkan panjang lebar mulianya bulan Ramadhan dan bagaimana nilai pahala yang akan didapat jika kita beramal shalih, serta wanti-wanti jangan sampai puasa kita hanya mendapatkan lapar dan haus doang. Masih ingat kan? Kalo udah lupa atau baru baca edisi ini, silakan tengok lagi deh di website gaulislam.

Nah, masih ngomongin soal Ramadhan. Pada edisi 349 ini (Senin, 30 Juni 2014) yang bertepatan dengan 2 Ramadhan 1435 H, gaulislam mau bahas soal hubungan antara Ramadhan dengan belajar dan sabar. Wah, ini sih menggabungkan tiga hal ya: Ramadhan, belajar dan sabar. Pastinya bakalan seru deh karena kita mencoba menelaah hubungan dari ketiganya. Siap-siap ya!

 

Belajar dari Ramadhan

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Umumnya kita belajar itu dari orang ya, ada gurunya. Tetapi dalam subjudul ini saya menulis, belajar dari bulan, yakni Ramadhan. Memangnya kita bisa? Itu bergantung persepsi aja sih, sobat. Toh, kita juga kadang dapat pelajaran dari kesalahan kita, bisa belajar dari momen ibadah haji, momen Idul Fitri, momen terkait peristiwa musiman lainnya macam ajang world cup atau tradisi mudik. Nah, yang dimaksud belajar dari Ramadhan adalah bagaimana kita mengambil hikmah dari adanya bulan Ramadhan sebagai proses pembelajaran kita dalam kehidupan ini. Semoga kamu paham ya.

Bulan Ramadhan adalah bulam mulia. Di dalamnya banyak barokah dan ketika kita beramal shalih akan mendapatkan pahala berlipat ganda selama kita ikhlas dan benar caranya ketika melaksanakan amal shalih dan ibadah di dalamnya. Lalu apa makna belajar? Wah, rasa-rasanya kamu semua udah pada tahu deh makna belajar. Iya kan? Hah, ada yang belum ngeh? Oke deh. Saya jelasin secara singkat aja ya. Kalo dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), asal kata belajar itu dari ajar yang bermakna petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut. Sementara arti kata belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Bisa juga makna belajar adalah berlatih. Selain itu, masih menurut KBBI, belajar itu bermakna berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Islam juga memandang bahwa belajar itu selain kewajiban juga memiliki keutamaan. Itu sebabnya, orang yang berilmu tak mungkin bisa begitu saja pintar tanpa belajar. Maka dalam Islam belajar amat penting dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-Mujaadilah [58]: 11)

Sobat gaulislam, jika melihat definisinya, ketika kita belajar dari Ramadhan, maka yang bisa kita pahami adalah bagaimana kita berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu dari Ramadhan. Kita juga bisa mencoba untuk mengubah tingkah laku kita tersebab oleh pengalaman yang kita dapatkan selama Ramadhan. Ya, kira-kira begitu deh penjelasannya. Kamu setuju nggak? Kalo nggak, ya kudu setuju. Lho?

Ramadhan ini ibarat tempat berlatih bagi kita untuk menahan hawa nafsu. Kalo di luar Ramadhan mata remaja cowok suka jelalatan kalo melihat cewek, atau kamu yang cewek nggak bisa nahan pandangan nafsu kalo ngeliat makhluk ganteng dan cool, maka di bulan Ramadhan kamu semua bisa belajar untuk tidak sembarangan melemparkan pandangan. Kita jadi berhati-hati karena takut puasa kita sia-sia gara-gara nggak bisa menahan hawa nafsu. Inilah satu pelajaran yang bisa kita dapatkan dari Ramadhan.

Bagaimana dengan nafsu jasmani? Waduh, di bulan Ramadhan kita dilarang makan dan minum di siang hari. Itu sebabnya, kita belajar untuk menahan diri dari makan dan minum yang mungkin biasa kita lakukan sesuka kita di bulan selain Ramadhan. Bisa jadi apa saja kita jejalkan ke mulut kita saking nafsunya nggak ketulungan. Tetapi di bulan Ramadhan kita belajar untuk mengendalikan nafsu makan dengan cara hanya makan di waktu sahur dan berbuka saja. Itu artinya kita memberi kesempatan kepada pencernaan kita untuk tidak ‘menggerus’ makanan sepanjang hari. Ada waktu istirahat bagi lambung dari kerja keras menggiling makanan yang masuk. Ini pelajaran berikutnya dari Ramadhan.

Sobat gaulislam, bulan Ramadhan ini istimewa. Ibadah dan amal shalih yang kita kerjakan dengan ikhlas dan caranya benar akan diganjar pahala yang besar. Manfaatkan ‘bulan bonus pahala’ ini, jangan sampe kelewat begitu saja. Allah telah memberikan kemudahan bagi hamba-Nya untuk memperoleh jalan-jalan yang dapat mengangkat derajat seseorang dan meleburkan dosa-dosanya. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Quran, dibukakannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dibelenggunya setan sebagaimana yang Allah terangkan dalam hadits qudsi:

كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به

“Setiap amalan anak Adam baginya sepuluh  kebaikan yang semisal dengannya kecuali puasa. Maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberinya pahala.” (HR Bukhari)

Nah, ini pelajaran berikutnya. Kita bisa memanfaatkan momen spesial. Coba, kalo kamu dikasih kesempatan untuk belajar di sekolah secara gratis, apa kamu mau begitu saja melewatkannya, atau memanfaatkannya? Rasa-rasanya semua orang kalo dikasih kesempatan emas seperti itu bakalan memanfaatkannya. Di bulan Ramadhan ini Allah Ta’ala memudahkan kita untuk bisa beramal shalih dan diberikan pahala yang melimpah. Maka, apa alasan kita tak memanfaatkannya?

Selain itu, momen Ramadhan ini kita gunakan juga untuk belajar hal lain. Misalnya, kita harus lebih giat lagi belajar banyak ilmu di sekolah maupun di pesantren atau di tempat manapun yang ada majelis ilmu. Memang sih, umumnya di negeri kita kalo awal-awal Ramadhan justru libur sekolah. Di satu sisi ada bagusnya juga, yakni memberikan kesempatan siswa untuk bisa fokus menjalankan ibadah shaum Ramadhan di rumah bersama keluarga. Tetapi ada sisi kurang baiknya juga, yakni justru dijadikan saatnya santai karena terbebas dari belenggu pelajaran. Namun kamu kudu ati-ati karena bisa menjadi semacam perangkap yang membuat kamu jadi malas. Misalnya saja, malah main game seharian sambil ngabuburit. Atau melakukan aktivitas nyantai lainnya yang bikin otak tumpul. Kalo ini yang terjadi, bahaya Bro en Sis. Mengapa? Karena kita terjebak dalam rutinitas tanpa manfaat. Waspadalah!

 

Sabar bersama Ramadhan

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kayaknya kamu udah pada ngeh deh kalo ngomongin soal sabar. Kamu tahu juga kan arti sabar? Apa? Nggak tahu? Waduh, berarti kudu dijelasin lagi. Kalo menurut KBBI sih, sabar itu artinya tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah. Bisa juga berarti tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu. Ini pengertian yang umum kita dapatkan. Bagaimana menurut Islam? Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “Shobaro”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “shabran”. Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Sedangkan dari segi istilah (hukum syara’-nya), sabar adalah menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah. Menurut Imam al-Ghazali bahwa sabar itu adalah suatu tegaknya dorongan agama yang telah berhadapan dengan dorongan hawa nafsu.

Nah, dari definisi sabar ini, kita umumnya bisa bersabar di bulan Ramadhan. Misalnya nih, sabar menunggu bukan puasa. Selama menunggu buka puasa tentu kita puasa alias menahan diri dari makan dan minum di siang hari, tidak berkata kotor, menjaga lisan dari ghibah, tidak bertengkar dengan sesama manusia. Itu semua kita lakukan karena kita sabar menjalani ibadah puasa. Tuh, keren kan?

Oya, apa aja sih bentuk-bentuk kesabaran itu? Mengutip dari situs eramuslim.com dijelaskan bahwa para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah.

Apa itu sabar dalam ketaatan kepada Allah? Sobat, untuk merealisasikan ketaatan kepada Allah kita membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan manusia sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.

Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal. Pertama, dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya’. Kedua, kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya. Ketiga, kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.

Bagaimana dengan sabar dalam meninggalkan kemaksiatan? Ya, meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa manusia, suka pada hal-hal yang buruk dan “menyenangkan”. Umumnya perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang “menyenangkan” seperti pacaran, seks bebas, berzina, dan sejenisnya.

Bro en Sis, kita juga kudu sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.

Nah, di bulan Ramadhan kita bisa sabar bersamanya dalam menjalani ketaatan kepada Allah (melaksanakan ibadah shaum Ramadhan, shalat lima waktu, berbakti kepada orang dan bentuk ketaatan lainnya). Bersama Ramadhan, semoga menjadi momen spesial bagi kita untuk makin sabar dalam meninggalkan kemaksiatan (pacaran dihentikan, ngomongin kejelekan orag lain alias ghibah ditinggalkan, dan bentuk kemaksiatan lainnya). Bersama Ramadhan, adalah juga momen yang tepat untuk tetap sabar menghadapi ujian dari Allah Ta’ala. Subhanallah!

Sip! Semoga di Ramadhan ini kita bisa belajar dan mengamalkannya untuk makin moncer ibadahnya, makin giat amal shalihnya, kian taat kepada Allah Ta’ala, berani tinggalkan maksiat dan tetap sabar menghadapi ujian yang diberikan Allah Ta’ala. Tetap semangat raih ridho-Nya. Yuk, manfaatkan Ramadhan untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. [solihin | Twitter @osolihin]